SA 6

49.3K 2.7K 82
                                    

Langit sudah merubah warnanya menjadi jingga, Aksa lekas memarkirkan mobilnya didepan garasi rumah Sasa. Turun membukakan pintu untuknya, gadis itu masih saja menagangis walau tanpa suara.

"Turun!" Perintah Aksa, membukakan pintu untuk Sasa.

"Gak mau." Sasa menggeleng cepat, tidak sedikitpun dia berani menyorotkan matanya tepat dimanik mata Aksa. Ada sedikit kelegaan, Sasa bersyukur Aksa gak membawanya pergi jauh, atau membuangnya ke tempat yang tidak akan bisa ditemukan dirinya.

"Turun!" Sengit Aksa dengan nada pelan, ini bukan teritorialnya, dia bisa habis lagi kalau ketahuan membentak anak orang.

"Gak!" Yang langsung mendapat dengusan dari Aksa.

Jengah dengan penolakan, Aksa pura-pura ninggalin Sasa dimobil, palingan nanti dia nyusul, pikir Aksa.

Aksa sudah membuka garasi, sedikit menengok kebelakang, tapi Sasa tidak juga beranjak keluar mobil, pintu mobil memang terbuka lebar, Aksa bisa lihat Sasa yang sedang menunduk dengan raut cemberut ketakutan.

Dan sekarang Aksa sudah sampai depan pintu, Sasa belum juga beranjak. Gak mungkin dia masuk kedalam tanpa Sasa.

"Anjing!" um3pat Aksa saking kesalnya, kembali menghampiri Sasa dengan menahan emosi.

Membungkukkan badan, melihat lebih dekat kepada si perempuan menyebalkan ini. Menarik nafasnya perlahan.

"Masuk yuk, orangtua lu dari tadi khawatir lho." Kata Aksa dengan lembut yang dibuat-buat. Jujur saja Aksa sangat lelah, badannya sakit dimana-mana, kalo terusan berdebat, jadi gak kelar-kelar masalah nya.

Sasa pun menoleh, ah rupanya dia tertipu senyum palsu. Aksa cekikikan dalam hati.

"Gendong," Katanya pelan, mengangkat kedua tangannya untuk Aksa gapai.

"Hah?!" Aksa melongo, kedua tangan gadis itu bahkan sudah bertengger dikedua bahunya. Berkat Aksa yang membungkuk membuat Sasa mudah menggapai bahunya.

Sontak Aksa menegakkan tubuhnya, juga mundur selangkah.

"IH!" Seru Sasa kesal, tangannya menggantung kosong.

"Gendong! Yang kaya tadi!" Rengek Sasa, beringsut maju guna menjangkau kembali bahu Aksa.

Sasa gak tahu, digendong Aksa rasanya enak, terlebih dari semenjak dia kabur semalam, Sasa berjalan tanpa arah, betisnya sekarang benar-benar sakit.

"Heh yang bener aja lo!" Sungut Aksa yang tiba-tiba saja badannya ditarik paksa.

Sasa merengut marah, mendorong bahu Aksa kencang.

"Yaudah! Pulang aja sendiri sana!"

"Lo tuh ya! Badan gua rasanya mau remuk tau gak! Badan lo tuh berat!" Sengit Aksa geregetan.

Sumpah, badannya memang sakit, rasanya remuk kalau ditambah menggendong badan perempuan itu lagi, memar disekujur badan saja belum diobati, ini biang masalah malah mau nambah-nambahin.

"Masuk sendiri sana!" Jawab Sasa tak kalah sengit.

Aksa menghela napas kasar, mengacak rambutnya frustasi. Kalo kaya gini, Aksa bener-bener sudah jadi budak.

"Yaudah ayo!" Seru Aksa ngegas.

"Biasa aja dong!" Kata Sasa, tak urung menggapai tangan Aksa dan naik ke gendongannya.

Aksa yang kesusahan berjalan dengan Sasa di gendongannya, tak berenti-berenti menyumpah serapahi Sasa. Gadis itu malah asik balas mengumpat dibalik bahu Aksa.
Sepertinya habis ini Aksa benar-benar butuh tukang pijat.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang