SA 18

30K 1.6K 28
                                    

Sasa sedang memasukkan alat tulisnya ke dalam tas, didalam kelas sudah mulai sepi hanya ada beberapa teman-temannya yang sedang piket. Veny pun sudah duluan keluar kelas, Papi nya sudah menjemput katanya.

"Buruan deh Sa, lelet banget ahelah." Seru Amel kesal mengibaskan rambutnya, pasalnya hari ini bagian dia yang piket tapi Sasa terlalu lama hanya untuk sekedar membereskan tas nya.

"Iya rewel!" Sasa meraih tas nya keras, tapi entah kenapa juga pembawaannya makin lama makin santai bahkan bisa dihitung sangat lelet padahal dulu Sasa itu orangnya gercep. Mungkin bawaan hamil, pikirnya.

"Dari tadi ge!"

Meninggalkan Amel si cewek centil dari kelas, Sasa berjalan dikoridor sekolah yang mulai sepi hanya tersisa beberapa murid kelas lain yang sedang piket.

Mengeluarkan ponselnya dari saku seragamnya, membuka aplikasi Whatsapp nama Aksa terpampang paling atas karna tadi dia kirim pesan pada Sasa untuk pulang telat, padahal biasanya juga pulang telat mulu, gak inget waktu.

Menutup aplikasi itu kembali, tidak ada yang kirim pesan selain Aksa, biasanya memang tidak ada yang chat, makanya Sasa jarang bukan ponsel lebih baik baca novel favoritnya.

"DOR!"

Sasa yang baru mau memasukkan ponselnya ke saku dikagetkan seseorang, sampai tanpa sadar ponsel yang dia pegang terlempar.

"HP GUA!" Teriak Sasa shok melihat ponselnya terlempar tinggi bahkan sampai kepentok plafon koridor.

Sasa mengangkat tangan guna menangkap ponselnya yang masih mengapung di udara. Tapi sayang ponselnya lolos begitu saja dari gapaiannya, sebentar lagi pasti ponselnya sudah tidak berbentuk.

"Hap! Ketangkep!" Satu tangan seseorang itu berhasil menangkap ponselnya dengan mudah padahal jarak antara ponsel dengan lantai hanya sisa sejengkal saja.

"Bang Arga!" Sasa bahkan baru sadar seseorang yang mengagetkan nya itu ternyata Arga, laki-laki tersenyum lebar sambil memegang ponsel Sasa.

"Ngagetin aja." Sasa meraih ponselnya dengan kesal "sengaja banget pasti nangkepnya pas udah mau jatuh." Lanjut Sasa jengkel.

Dari raut wajah tak bersalah Arga, Sasa yakin dia memang sengaja menangkap ponselnya pas diambang kehancuran. Senyumnya merekah seperti itu jelas-jelas memang berniat mengerjai Sasa.

"Kan yang penting enggak jatuh." Arga terkekeh, menyandarkan sikunya di tiang koridor

"kepentok tapi." Sasa membuka hardcase yang membungkus ponselnya, agak retak sedikit dibagian paling atas ponselnya.

"Yang penting enggak benjol." Arga cengengesan

Sasa memutar bola matanya malas
"Abang ngapain? Ruang guru gak lewat sini kali."

"Tadi abis ke perpus kok." Jawab Arga

"Masa?" Tanya Sasa mengangkat sebelah alisnya. Pasti lagi modus nih si Arga, ngapain juga ke perpustakaan, disana tidak ada pelajaran mahasiswa, baca novel juga tidak mungkin, dia sendiri yang bilang tidak suka fiksi walaupun sering memberikan novel pada Sasa.

"Bener." Gugup Arga, jangan sampai Sasa tahu kalau sebenarnya dia sengaja nungguin Sasa keluar kelas hanya untuk mengajaknya pulang bareng.

"Yaudah sana balik ke kantor." Sasa berjalan melewati Arga begitu saja

"Kok ditinggal sih!" Arga kesal, manarik tas Sasa pelan sampai sang empu berhenti tiba-tiba.

"Terus?"

"Pulang bareng yuk." Ajak Arga dengan senyum lebarnya.

"Engg-

"Ayo, keburu guru lain ada yang liat." Tanpa mendengar jawaban Sasa, Arga menuntunnya menuju parkiran.

SAKSA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang