[Aku menemukannya.]
Keesokan paginya setelah Taehyung menerima satu gelembung pesan yang ia abaikan saat bercinta dengan Dara, ia pun langsung pergi menuju ke kediaman Hoseok.
Kabarnya pria itu membawa Hayoung yang selama ini bersembunyi di Ilsan bersama Namjoon.
Setibanya Taehyung disana ia langsung stagnan ketika Hayoung memeluknya tiba-tiba.
"Taehyung.." Lirihnya.
Taehyung hanya diam sembari mengepalkan kedua tangan hingga membuat buku-buku jarinya memutih.
Sementara Namjoon tertunduk menyesali perbuatannya.
"Tae, jangan tinggalkan aku.." Pinta Hayoung memohon.
Masih saja, masih saja Hayoung memohon untuk tidak ditinggalkan. Padahal sudah jelas, tidak ada alasan bagi Taehyung untuk bersamanya.
"Kau lebih percaya orang lain daripada aku yang melahirkan anakmu?"
"Jangan konyol Na Hayoung!" Taehyung mendorong tubuh Hayoung untuk menjauh dari tubuhnya.
Hoseok yang melihat hal tersebut tak kuasa menahan diri dari mata yang berkaca-kaca. Ia lebih baik membuang muka ketimbang melihat wanita menangis seperti apa yang tengah Hayoung lakukan karena hal tersebut mengingatkannya pada sang kakak. Tidak tega, begitulah.
"Tapi Tae, kau sudah membesarkan Yoobi bersamaku selama ini. Kau bilang aku hanya perlu menunggu. Dan aku sudah menunggumu sampai sekarang."
Hayoung menatap Taehyung nanar dengan suara bergetar. Kantung matanya telah penuh oleh air mata hingga membuat cairan dengan rasa asin itu tumpah keluar dengan menganak sungai.
Sementara Taehyung, pria itu tidak ingin melihat ke arah Hayoung dan memilih untuk membuang muka seperti apa yang Hoseok lakukan.
"Tae..." Panggilnya lagi sembari mengambil satu tangan Taehyung untuk ia genggam.
Bola mata Taehyung melihat ke arah tangannya lalu bergerak ke atas melihat wajah Hayoung. Kini ia tidak akan membiarkan Hayoung mempermainkannya.
"Dengar, tidak ada alasan bagiku untuk bertahan. Yoobi..." Ucapannya tertahan. Lalu kembali melanjutkan dengan satu tarikan nafas hingga membuat ia tercekat. Untuk pertama kalinya ia mengatakan hal ini dengan begitu kepayahan. "Yoobi, bukan anakku."
Hayoung semakin terpukul hingga membuat tubuhnya merosot ke bawah tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Taehyung. Wanita itu menangis terisak hingga membuat ia kesulitan bernafas. Tentu Taehyung tidak begitu berbeda. Satu air matanya telah menetes keluar mendobrak pertahanan agar tidak menangis jika menyebut nama Yoobi. Namun perkiraannya salah, ia tetaplah manusia yang tidak suka perpisahan.
Bukan perpisahan dengan Hayoung yang ia benci namun perpisahan dengan putri kecil yang telah hidup bersamanya selama kurang lebih 4 tahun lamanya. Namun tidak ada alasan bagi Taehyung untuk mempertahankan Yoobi. Masa depan Dara dan anak kandungnya menjadi taruhan dan Taehyung tidak akan mengorbankan darah dagingnya sendiri.
Taehyung mengambil tubuh Hayoung sembari meremas lengan wanita itu. Ia berkata dengan suara lembut agar mudah dimengerti oleh wanita yang telah menjadi kekasihnya selama beberapa tahun terakhir. "Hayoung-ah, lihat aku." Perintahnya agar Hayoung melihat ke kedalaman matanya agar Hayoung tahu bahwa apa yang ia ucapkan sebagai salam terakhir kali ini adalah kalimat yang jujur dan tulus.
"Kau adalah wanita yang sangat baik yang pernah ku kenal. Sejak kita bersahabat aku tahu kau wanita yang cerdas dan kuat. Pikirkan semua ini dengan baik dan ingat anakmu, ingat Yoobi. Gadis kecil itu tidak bersalah. Aku yakin kau dan Jungkook mampu mendidik dan membesarkannya. Jangan menikah dengan pria lain apalagi dengan pria sepertiku. Aku lebih tahu sepupuku sendiri dan aku percaya Jungkook adalah orang yang tepat untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...