Namjoon meletakkan dua cangkir gelas yang berisi teh herbal hangat di atas meja makan rumahnya. Sebelum akhirnya ia meraih ponsel pintar yang tak jauh dari jangkauan kemudian mengusap tombol hijau di sana. "Dia di sini jangan khawatir. Dara aman bersamaku."
Panggilan telepon itu terputus setelah helaan nafas lega terdengar dari seberang sana. Taehyung baru saja menghubungi Namjoon menanyai akan keberadaan istrinya.
Sempat keluar mencari keberadaan sang istri yang baru saja menamparnya, setidaknya Taehyung bisa bernafas lega tatkala Namjoon mengirim pesan tentang "Apa yang terjadi? Istrimu meneleponku."
Setelah pesan singkat itu setidaknya Taehyung tahu di mana keberadaan istrinya sekarang. Taehyung tak lantas menjemput Dara, karena ia tahu bahwa Dara tidak dalam suasana hati yang baik saat ini. Ia membiarkan istrinya pergi untuk mungkin setidaknya menenangkan diri.
Dara tengah berdiri di balkon dekat ruang makan rumah Namjoon dengan surai yang tergerai lembut. Ia menatap kosong ke depan dengan mata sembab sehabis menangis tadi. Hingga presensi Namjoon tak sedikitpun mengusiknya yang tengah termenung entah memikirkan apa.
"Dara.."
Sedikit tersentak gadis bersurai hitam itu pun menoleh saat Namjoon juga mengulurkan satu gelas teh herbal hangat padanya.
"Terima kasih Kak." Dara meraih teh hangat itu kemudian menyesapnya perlahan, ketika aroma dari teh herbal hangat itu menyeruak masuk ke dalam rongga pernafasan, Dara sedikit bisa melegakan pikiran.
Sejemang mereka berdua diam menatap ke depan dengan pikiran masing-masing hingga kemudian Dara memulai konversasi "Kak Namjoon, Kakak tidak ingin bertanya kenapa aku ada di sini?"
Namjoon tersenyum mendengar pertanyaan Dara yang dirasa lucu. Dengan satu tangan memegang teh hangat juga tangan lainnya yang masuk ke dalam saku celana, pria dengan lesung pipit itu lekas menjawab, "Tidak, aku pikir kau hanya butuh kenyamanan bukan pertanyaan."
Dara mengulum bibirnya samar seraya mengangguk setelah jawaban Namjoon mengalun indah pada kedua rungunya. "Maaf Kak, karena sudah merepotkan Kak Namjoon. Tapi Kak... Izinkan aku menginap di sini ya. Tidur di ruang tamu juga tidak apa-apa."
Menanggapi hal tersebut Namjoon terkekeh tipis. "Dara-ssi ayolah, aku tidak setega itu membiarkanmu tidur di luar. Masih ada satu kamar kosong di sini kamar adikku. Dia sedang berada di Seoul. Lagipula jika hanya ada satu kamar, lebih baik kau saja yang tidur di kamarku."
Dara pun mengangguk sambil tersenyum "Terima kasih Kak Namjoon."
Keduanya lagi-lagi membawa sepi. Dara masih betah dengan piyama satinnya juga coat berwarna khaki. Ia enggan melepaskan coat itu lantaran tidak nyaman dengan dress piyamanya. Dan tidak enak juga jika ia harus memakai pakaian seperti itu di depan sahabat baik suaminya.
"By the way, kau pernah memiliki seseorang yang sangat kau cintai?" Namjoon bertanya manakala ia sudah bersandar pada pembatas besi balkon rumahnya. Sembari melirik ke arah Dara.
Gadis itu menaikkan salah satu alisnya seraya berpikir untuk mengingat kembali kepingan memori lama yang masih tersimpan di dalam ingatannya. "Tentu saja pernah, tapi itu tidak berakhir bahagia."
Namjoon mengerutkan kening memusatkan atensinya pada istri sahabatnya itu. "Memangnya apa yang terjadi?"
"Dia menghilang, dan kami juga tidak berkencan." Kedua manik Dara tampak menunjukkan perasaan kecewa yang masih tertahan. Manakala ia semakin menjelaskan seperti apa sosok lelaki yang pernah dicintainya itu. "Kami terpaut usia cukup jauh menurutku. Dia berusia satu tahun lebih tua dari Kak Namjoon saat ini, tinggi, juga tampan, dan yang paling penting dia sangat baik padaku. Selalu saja ada lelucon baru yang dia buat sendiri, membuatku sangat nyaman berada di dekatnya. Dan itu terjadi saat aku berusia 18 Tahun."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...