Mari ucapkan selamat kepada Mbak Dara atas kehamilannya. Semoga kuat sampai akhir. ☺️
___
Ruang kerja Seokjin dengan satu ruang pribadi yang lain menjadi tempat baginya untuk berbicara banyak hal pada Dara. Meski Dara tampak tak ingin banyak bicara. Seokjin memilih untuk tidak peduli kali ini apapun alasan nya.
"Dara,"
Setelah Seokjin membawa Dara duduk di sofa empuk miliknya ia memulai konversasi dengan sedikit hati-hati. Sulit untuk membuat Dara lebih nyaman dari sebelumnya. Tapi Seokjin pikir inilah waktu yang tepat.
"Apapun itu jangan disimpan sendirian masih ada aku tempat berbagi. Aku selalu ada jika kau butuh bantuan. Ingat di dalam perutmu ada satu nyawa lagi yang harus kau jaga."
"Aku tidak tahu masalahnya tapi aku bukan orang bodoh dan aku peduli padamu. Katakan jika kau perlu bantuan. Atau jika kau semakin memburuk aku akan mencari tahunya sendiri. Korea kecil untuk orang kaya sepertiku. Aku bisa mencari informasi detik ini juga tentang kau dan suamimu. Tapi karena aku menghargaimu, aku menahannya sejak kemarin." Seokjin mengatakannya dengan penuh penekanan dan tersirat peringatan di setiap katanya.
Dara tidak tahu dari mana ia harus mulai bicara. Lidahnya terasa kaku, bibirnya terkatup rapat. Kedua tangannya teremat kuat.
"Terkadang sebuah masalah sulit untuk diselesaikan sendiri." Seokjin kembali meyakinkan Dara. Bahwa apapun yang ingin Dara sampaikan, sungguh hal tersebut tidak akan menambah masalahnya.
"Dara.." Seokjin menghela nafas samar. Keningnya mengkerut, matanya terasa panas. Bukan ia hendak marah namun ia paham pasti Dara sangat kesulitan selama ini, hatinya juga merasakan pilu yang mendalam.
Wanita itu hanya diam dengan wajah memerah hingga tak lama setelah itu ia kembali menangis. Sungguh Dara bukan wanita yang seperti ini enam tahun lalu, yang Seokjin tahu Dara adalah gadis ceria dan jarang menangis.
Seokjin tahu kalau Dara hanya menangis ketika cokelat yang dia simpan di dalam tas kemudian dimakan setelah pulang sekolah, tiba-tiba saja direbut olehnya. Hal tersebut berhasil membuat Dara menangis. Sebab tak mampu meraih cokelatnya yang berada di tangan Seokjin.
"Kembalikan cokelatku!"
"Kau datang kesini hanya membawa satu bungkus cokelat bar tanpa memberiku sama sekali?"
"Kau bisa beli sendiri!"
"Tapi yang gratis justru lebih menarik."
Seokjin membuat Dara jengkel bukan main. Gadis itu terus melompat demi meraih cokelat barnya yang di genggam tinggi oleh Seokjin.
"Kak Seokjin!"
"No! Tidak sopan makan sendirian di depan orang kaya sepertiku."
Sebenarnya Seokjin saat itu sudah spoiler akan dirinya yang memang kaya sejak lahir. Dara hanya tidak menyadari hal tersebut.
"Kaya pantatmu! Kalau kau kaya kau tidak perlu meminta cokelat gratis dariku. Kak Seokjin kembalikan..." Dara mulai merengek.
Seokjin tersenyum hampir mendekati kemenangan.
"Aku buka ya.." Ia berlari menjauh dari Dara.
"Moon Seokjin!"
Setelah meneriaki nama Seokjin, Dara pun menangis meraung-raung seperti anak kecil. Ia menghentakkan kakinya berkali-kali dengan kesal bukan main.
Ia menahannya selama berjam-jam. Ingin memakan cokelatnya di waktu tenang. Namun Seokjin malah mengambilnya.
Dara pun keluar rumah dengan mata dan wajah yang sembab khas orang menangis. Ia tak ingin melihat Seokjin. Seperti anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fanfic[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...