"Good morning." Suara parau setengah sadar itu menggelitik telinga Dara. Satu tangan Taehyung mengelus lembut pipi sang istri. Taehyung ingin melakukan yang terbaik untuk istrinya. Meski pada kenyataannya ia lebih buruk dari seorang pembunuh yang menganiaya fisik korbannya dengan kejam.
"Rasanya aku tidak ingin bekerja hari ini." Taehyung menenggelamkan tubuhnya bergulung di dalam selimut sembari menarik tubuh Dara untuk masuk lebih dalam ke kubangan kebohongannya. Tidak. Kali ini ke dalam dekapannya untuk saling bersentuhan dengan tubuh hangat milik Taehyung.
Matahari semakin naik Dara tidak mungkin membiarkan Taehyung untuk tetap bergulung di dalam selimut seperti ini. "Masih ada akhir pekan, hanya tinggal satu hari lagi Tae. Kau bisa bersabar sampai hari itu untuk bergulung di dalam selimut seperti ini."
"Ini bukan tentang bergulung di dalam selimut Sayang... Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu melakukan hal-hal kecil entah itu memasak atau hanya membersihkan rumah."
Dara pun menggeleng cepat, seperti tidak memberi celah bagi Taehyung untuk melakukan keinginannya. Dengan cepat Dara bangun menyingkirkan selimut dan turun dari ranjang empuknya.
"Sayang..." Rengek Taehyung.
"Tidak boleh seperti itu Tae. Kita makan apa jika kau tidak bekerja?"
Tidak tinggal diam Taehyung pun duduk demi protes atas ucapan Dara barusan. "Aku hanya tidak bekerja sehari Sayang, itu tidak akan menghabiskan apapun."
"Jangan bertingkah seperti anak kecil Ahn Taehyung. Kau tidak boleh membiasakan diri menyepelekan hal kecil. Cepat bergerak atau aku marah padamu."
"Ya Tuhan..." Gerutu Taehyung sembari beranjak dari ranjang empuknya.
___
If you are too good to be true and would it be alright. If I pulled you closer.
Pagi itu Taehyung tetap melangkahkan kakinya menuju kantor Vynix dengan wajah bahagia dan satu kecupan manis di pagi hari untuk istrinya. Dan langkah serta raut wajahnya masih tenang, setenang air di Danau Ilsan. Belum ada tanda-tanda jika sesuatu sedang terjadi.
Berbeda dengan Dara, ia malah pusing setengah mati. Sebab mendapat kecupan manis di pagi hari tepat di bibir merah mudanya yang lembut. Ia ingin menolak perlakuan Taehyung tersebut hanya saja ia tidak bisa menolaknya. Alhasil ia malah pergi ke kamar mandi duduk di atas lantai yang basah dan dingin dengan kepala yang mendadak pening hingga membuat perutnya memuntahkan kembali apa yang baru saja ia makan saat sarapan tadi bersama Taehyung.
Elevator itu baru saja membawa Taehyung ke koridor tempat dimana ruang kerjanya terletak. Tentu saja ia masuk tanpa menggedor terlebih dahulu. Namun siapa sangka ia malah dikejutkan oleh presensi seseorang yang tidak pernah ia duga sebelumnya akan menginjakkan kaki di tempat ini, hingga membuat tenggorokannya menjadi kering.
"Papa!" Yoobi berlari kegirangan menuju ayahnya yang berdiri stagnan di ambang pintu.
Gadis kecil itu juga stagnan tepat di depan ayahnya. Sebab sang ayah tidak merentangkan tangan untuk menyambut dan memeluk dirinya.
Taehyung meremas rambut belakangnya yang mulai panjang, kemudian setelah stagnan beberapa detik serta melihat raut wajah anaknya yang tak biasa, Taehyung pun mulai bersuara "Ah... Maaf Sayang, papa terkejut Yoobi disini." Ya aku sangat terkejut, sampai punggungku terasa berat sekali. Imbuhnya dalam hati. Taehyung pun berjongkok dengan wajah panik sembari memegang kedua lengan anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...