Hai!
Sebelum baca yuk ingat aturan awal. "Sayangi aku dan karyaku" aku gak bakal bosen buat ingatin temen-temen semua buat Vote dan Komen.Makasih ya kemarin komennya banyak banget. Aku seneng kalian aktif di storyku. Bahkan sampai ada yang debat segala. Hihi, aku baca lho. Aku selalu baca komen kalian meskipun jarang balesin. Tapi aku bahagia banget. Makasih ya 💜
___
Seorang gadis kecil berdiri tepat di atas bak pasir. Meski cuaca dingin semangatnya tetap berapi-api untuk bermain di luar rumah, lebih tepatnya taman bermain sekitar apartemen. Setidaknya ada tiga anak-anak lain seusianya disana.
"Ma, Yoobi haus." Ia menghampiri ibunya yang duduk di dekat ayunan tunggal. Disana ada kursi yang panjangnya cukup untuk tiga orang dewasa.
"Yoobi bisa tunggu disini sebentar?"
Yoobi pun mengangguk. Lalu membiarkan Hayoung pergi ke sebuah toserba dekat taman bermain.
Di dalam bak pasir itu ada bola-bola kecil berwarna-warni. Setiap kali main pasir Yoobi selalu membawa bola-bola tersebut, katanya kalau membuat kue harus ada cokelat warna warni di atasnya agar kue itu enak dan berwarna.
Gadis kecil itu meraih satu persatu bola tersebut untuk diletakkan di atas gundukan pasir, pertama warna merah, kemudian kuning dan yang ketiga—ah, bola biru itu bergelinding menjauh darinya.
"Hm?" Yoobi menengadah ke atas seraya berdiri di tempatnya. "Ahjussi, itu bolaku."
Lelaki tersebut tersenyum, sembari melangkah mendekat kemudian berjongkok agar tubuh mereka sejajar. "Ini bolanya."
"Terima kasih." Ucap Yoobi sembari menunduk samar.
Namun sebelum gadis itu kembali pada bak pasirnya. Lelaki yang dipanggil ahjussi tadi menahan pergelangan tangan Yoobi. Gadis kecil itu pun menoleh dengan wajah bingung. Kini tangan lelaki tersebut mengusap lembut puncak kepala Yoobi.
"Berapa umurmu?"
"Tiga tahun."
Sudah tiga tahun, sejauh apa lagi dia akan menutupi semuanya.
"Ada pasir di pipimu." Lelaki itu pun menyingkirkan pasir tersebut dengan usapan lembut. "Siapa namamu?"
"Yoobi, Ahn Yoobi."
Lelaki tersebut melihat Yoobi seperti orang yang sudah lama sekali tidak ia temui. Meski sebenarnya ia tak yakin, apakah benar perasaannya ini atau hanya merasa kasihan.
Ia terus mengusap lembut pipi Yoobi dengan tangan kanannya hingga beberapa saat kemudian seorang wanita datang menyentak atensinya. "Yoobi-ya!"
Mereka pun menoleh ke arah suara itu berasal. Tidak ada ekspresi terkejut yang terpancar dari wajah lelaki tersebut.
Hanya saja Hayoung merasa percikan api baru saja menyambar kotak memorinya. Memori kejadian beberapa tahun yang lalu terbuka karena Seokjin datang padanya hari ini, dengan maksud yang Hayoung sendiri tidak ketahui.
Padahal sudah lama sekali, mereka tidak berhubungan lagi sejak hari itu. Hari pertama juga hari terakhir bagi Hayoung. Namun nyatanya, hari pertemuan itu masih berlanjut sampai detik ini.
Seokjin ada di hadapannya.
___
Setelah menitip Yoobi pada Mijung yang merupakan asisten pribadinya. Hayoung pun menyetujui keinginan Seokjin untuk duduk dan berbicara di sebuah kafe bernuansa klasik.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...