Dara baru saja tiba di Bandara Incheon, ia harus mengejar Taehyung yang hendak pergi jauh meninggalkan dirinya beserta calon bayi mereka. Pada kenyataannya meski Dara mati-matian berusaha agar mereka tidak jadi bercerai namun Taehyung tetaplah dirinya yang percaya bahwa takdir yang ia pilih adalah pilihan yang tepat.
Taehyung setuju untuk bercerai, meski Dara sedang mengandung calon buah hati mereka. Taehyung tetap memilih untuk membesarkan Yoobi bersama Hayoung. Tentulah itu membuat Dara semakin hancur, dunianya berantakan, seisi semesta tak mampu menggantikan hatinya yang hancur berkeping-keping. "Ahn Taehyung!" Dara terengah ketika ia telah mendapati presensi Taehyung sembari membawa Yoobi dalam genggamannya. Tak lupa Hayoung yang menatap Dara sengit. Wanita itu takut Taehyung berubah pikiran dan kembali pada Dara.
"Tae, jangan terhasut." Bisik Hayoung pada kekasihnya itu yang sebentar lagi akan menjadi suaminya ketika Dara dan Taehyung resmi bercerai diiringi ketukan palu oleh sang hakim.
Taehyung lantas mengangguk yakin bahwa ia tidak akan meninggalkan Hayoung demi Dara. Pria itu lantas menghampiri Dara dan melepaskan genggaman tangannya pada Yoobi.
Kini mereka sudah berdiri saling berhadapan, pada waktu yang krusial itu Taehyung dan Dara tak bicara. Mereka hanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang sulit. Sesaat Taehyung menunduk membuang tatapannya agar tidak merasa kasihan sedikitpun pada Dara yang masih berstatus istrinya.
"Tae," Dara menggantungkan air matanya yang tak lama setelah itu jatuh luruh melewati permukaan pipi sembari meraih tangan Taehyung. "Kumohon, jangan tinggalkan aku." Pinta Dara nyaris membuat tenggorokannya terluka. Sebab rasa sakitnya membuat ia sulit untuk bicara.
Taehyung sama sekali tidak bicara, ia hanya diam, mulutnya terkunci rapat karena Hayoung memegang kunci hatinya. Ia tak mengizinkan Dara untuk mengubah pikirannya.
Dara pun kembali berujar nyaris membuat tubuhnya merosot jatuh ke permukaan lantai. "Bukankah kau berjanji padaku akan membesarkan anak kita bersama-sama? Kau bilang 2 bulan sebelum anak kita lahir kita akan pergi berbelanja dan menyiapkan kamar yang nyaman untuk anak kita Tae, katamu juga ketika anak kita berumur 3 tahun kau akan mengajarinya bermain piano. Bukankah untuk memenuhi semua itu kita harus tetap bersama sampai akhir hayat kita dan melihat anak kita tumbuh. Kau berjanji padaku." Ucap Dara lirih dengan isak tangis yang tak mampu lagi ia bendung.
Selain berharap Taehyung tidak meninggalkannya Dara juga berharap bahwa kisahnya ini hanyalah kisah dari novel usang yang tak punya keadilan yang baik untuk setiap tokohnya. Jika memang benar ini adalah sebuah karya fiksi yang membuat ia terus tersiksa, maka ia akan mengutuk penulis yang tak mampu memberikan akhir hidup yang bahagia padanya. Sungguh tidak adil. Meski begitu ia tetap berharap bahwa kehidupannya ini bukanlah kehidupan yang sebenarnya, biarlah ia tersiksa tanpa keadilan di dalam sebuah novel. Itu lebih baik daripada harus menderita di kehidupan nyata.
Namun soal tinggal meninggalkan tetap saja selalu ada, Taehyung dengan keteguhan hati lantas tersenyum─seolah senyum itu tidak akan pernah bisa Dara lihat lagi seumur hidupnya. Berpikir bahwa itu adalah usaha terakhir yang bisa ia lakukan agar tak menyakiti Dara lebih dalam lagi meski pada kenyataannya rasa sakit yang Dara terima bahkan menusuk sampai ke ulu hati─nyaris membuat ia terperosok dengan tubuh lunglai di atas permukaan lantai yang dingin.
"Choi Dara, ku kembalikan marga itu padamu. Dan hiduplah bahagia, aku yakin di belahan bumi lain ada lelaki yang akan selalu mencintaimu tanpa harus membuatmu terluka. Tetaplah sehat. Selamat tinggal istriku."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...