Dari bagian terperih itu, kuharap akulah penyembuh terbaik disaat tak ada lagi harapan untukmu bertahan hidup. - Moon Seokjin -
Malam itu adalah hari pertama mereka bertemu setelah 6 tahun berlalu. Hari dimana air hujan yang menetes dari langit yang sendu seakan-akan berubah menjadi batu. Menghantam tubuh yang rapuh bahkan menyerbu habis sampai ke dalam tulang yang tak lagi sanggup menopang tubuh.
Dia lemah, tempat yang ia kira adalah rumah ternyaman baginya, kini benar-benar menjadi tempat menakutkan. Dia mengetahui semuanya terlalu cepat. Sayang sekali, bunga itu mulai layu. Bahkan ia belum mekar sebanyak yang ia mau.
Seokjin mengusap lembut tangan Dara yang tampak mulai menghangat setelah tersapu dingin oleh hujan malam itu.
Dara tak mengatakan apapun setelah apa yang terjadi menimpa dirinya. Ia hanya diam dan berkata seperlunya. Bagi Dara di situasi semacam ini ia tak harus mengatakan banyak hal. Seokjin paham sebab ia sangat mengenal gadisnya itu.
Meski ada desakan dari dalam sana untuk menanyakan banyak hal. Seokjin memilih bungkam dan hanya bersikap layaknya orang yang mengerti segalanya. Ia harus benar-benar tahu kapan waktunya bertanya dan kapan waktunya untuk diam walau hanya berkomunikasi lewat tatapan mata.
Dara sangat terluka.
Seokjin tak mendapati apa-apa setelah pertemuan mereka. Selain cincin yang melingkar di jari manis Dara. Ia tahu seberapa mahalnya cincin itu, namun bukan itu poin pentingnya.
Hal pertama yang terbesit dari dalam hatinya adalah, kau sudah bertunangan? Atau mungkin kau sudah menikah?
Yang ia dapatkan hanyalah. "Jangan bertanya apapun. Karena kau tak pantas menanyakannya." Dara memberi batasan pada Seokjin.
Ini seperti kekesalan yang selama ini ia rasakan. Sebab Seokjin pergi tanpa mengatakan apapun padanya.
Seokjin hanya menghela nafas sekaligus khawatir. Ia tak begitu kecewa atas batasan yang Dara buat. Karena ia merasa bahwa ia memang pantas mendapatkannya. Meski alasan sesungguhnya kenapa ia pergi bukanlah seperti yang Dara pikirkan.
"Menurutmu apa yang kupikirkan?" Tanya Dara.
"Aku tak pantas menjelaskannya padamu."
Dara hanya menatap Seokjin dengan perasaan rindu bercampur kecewa.
"Kenapa kau terlambat?"
"Apa maksudmu?" Seokjin tak mengerti mengapa Dara begitu berbeda. Namun ia dibuat tersentak dan terhempas oleh kenyataan bahwa Dara bukan lagi wanita yang bisa ia miliki. Sebab...
"Aku sudah menikah."
___
Wonhee membawa Dara masuk ke dalam kamar Taehyung.
Akhir-akhir ini beliau begitu sibuk melakukan banyak hal salah satunya adalah menyiapkan benda penting sebagai pertanda bahwa jika seseorang memakai benda ini, maka ia adalah keluarga inti dari Vynix Group.
"Ibu tidak tahu kalau kau akan sangat merindukan suamimu. Sampai-sampai kau menjadi seperti ini Sayang." Tangan Wonhee terulur mengusap lembut pipi sang menantu ketika mereka telah duduk di tepi ranjang.
Satu tangan Dara pun meraih tangan Wonhee yang masih senantiasa mengusap lembut pipinya. "Ini pertama kalinya untukku. Dan aku akan terbiasa. Ada atau tidaknya Taehyung aku harus terbiasa Bu." Dara pun mengulas senyum.
Senyum itu pun dibalas dengan kekehan kecil oleh Wonhee. "Apa yang kau pikirkan? Kau seperti akan ditinggal pergi saja."
Dara hanya diam tanpa tahu harus berkata apa lagi. Bukankah Taehyung sudah pergi sejak beberapa hari lalu. Dengan wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fiksi Penggemar[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...