Kemungkinan ku adalah kamu.
Mungkin pertemuan kita adalah sesuatu yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Bahkan kita saling tidak menginginkan satu sama lain.
Orang bilang cinta tumbuh seiring berjalannya waktu, aku pikir itu adalah ungkapan yang naif dan juga klise. Namun faktanya kami mengalami hal itu.
Aku dan Taehyung selalu bersama, bahkan ketika pria itu bepergian jauh. Lalu kami bertengkar kemudian berdamai setelahnya hingga memakan waktu serta menguras emosi.
Semua masalah yang kami hadapi selesai dengan melakukan percakapan, berbicara melalui tatapan yang tulus lalu saling memaafkan satu sama lain. Begitulah aku menerima Taehyung sebagai tempatku pulang.
___
"Aku sudah atur tanggal penerbangannya Bu. Baiklah, ibu juga harus menjaga kesehatan." Panggilan telepon selesai. Taehyung pun segera menuju dapur.
"Ibu bilang apa?" Tanya Dara pada Taehyung di sela-sela pekerjaannya menyiapkan makan siang.
"Ibu meminta kita untuk kembali ke Seoul seminggu sebelum ulang tahun Dantae."
"Lalu?" Dara membuka lemari pendingin mengambil sebotol air mineral, dan memperhatikan Taehyung sejenak yang berdiri tak jauh darinya.
"Ya tidak bisa, kita hanya bisa pulang tiga hari sebelum ulang tahun Dantae."
"Padahal bisa saja." Dara berbalik untuk kembali mengiris wortel.
Taehyung yang melihat perubahan ekspresi wajah Dara lantas tersenyum lalu memeluk istrinya tersebut dari belakang.
Mungkin Dara merasa sedikit kesal tapi tidak begitu kecewa. Dara hanya tidak sabar untuk segera kembali ke Seoul setelah 4 tahun mereka tinggal di Jepang.
Demi menjaga harga diri Taehyung ataupun kenyamanan bersama. Kakek meminta Taehyung untuk mengurus anak perusahaan bidang elektronik yang ada di Jepang. Jadi sejak saat itu mereka tidak tinggal di Seoul.
"Jangan memelukku Tae, aku sedang memasak."
"Tidak mau..." Tolak Taehyung manja seperti anak kecil sembari menggerakkan tubuhnya bersama Dara ke kiri dan ke kanan.
"Ahn Taehyung..."
"Aaa... tidak mau Dara Sayang.... Ingin peluk Istriku."
Dara pun berusaha melepaskan diri namun nihil, Taehyung malah menggigit daun telinga Dara gemas.
"AKH!" Taehyung memekik ketika merasakan sesuatu yang perih mengenai bokongnya.
"Ahn Dantae???"
Taehyung berbalik dan mendapati buah hatinya yang berusia 4 tahun menatap ayahnya nyalang, sembari memegang satu ketapel karet di atas mobil remot miliknya.
"Kenapa menembak Ayah? Sakit!" Taehyung mengusap bokongnya yang berbalut bokser tipis sembari meringis hingga membuat Dara hampir tergelak geli.
"Jangan sakiti Ibuku!"
"Apa ini Dara?" Tanya Taehyung dengan mulut menganga. "Kau yang mengajarinya?"
Dara kontan menggeleng polos karena sebenarnya bukan dia yang mengajari Dantae.
"Dantae-ya... Jangan lakukan itu pada Ayah oke? Ayah tidak jahat." Taehyung memberi pengertian pada Dantae agar anaknya itu tidak lagi menembaknya dengan ketapel karet.
"Target berusaha menipu, aku akan menembak dalam 3 detik." Dantae tidak peduli dengan apa yang dikatakan Taehyung barusan, kini anak itu kembali bersiap untuk menembak ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
L'Arbre ✔️
Fanfiction[COMPLETED] Aku pikir hujan selalu bersama kita. Seperti pertemuanku denganmu untuk pertama kali dimana kurasa dunia tidak memihakku, hari itu kau datang dengan payung transparan lalu melindungi tubuhku yang sudah terlanjur basah. Dan kini setelah...