Chapter 38

1.7K 231 79
                                    

Siang itu, Namjoon baru saja kembali dari perpustakaan. Sesaat ia mendengar ponselnya yang berdering nyaring dari balik saku celana. Namun ia tak lantas mengangkat panggilan telepon tersebut, sebab hal ini jarang sekali terjadi. Hayoung hampir tidak pernah menelponnya sejak ia berada di Paris. Karena seingat pria berusia 27 Tahun itu, sebelum Taehyung menikah, Hayoung menelponnya untuk menanyakan apakah Taehyung sedang bersamanya atau tidak selama ia masih berada di Seoul. Sebab Taehyung, Hoseok, dan Namjoon mereka sering terlihat bersama dikala senggang atau pada jam istirahat kerja masing-masing.

Namun kali ini Namjoon sedikit ragu, ia merasa sesuatu yang penting akan disampaikan oleh Hayoung lewat panggilan telepon ini. Dan benar, sesuatu benar-benar terjadi.

"Tolong aku.." Hayoung merintih lirih, isak tangisnya benar-benar terasa sakit dan perih. Ini bukanlah sakit karena luka yang menyebabkan kulit serta daging di tubuhnya menganga. Ini lebih dari itu.

Namjoon tidak punya pilihan, karena memang sudah waktunya. Sebagai seorang manusia, ia harus membantu Hayoung. Sudah cukup semua ini. Bagi Namjoon, Taehyung sudah keterlaluan, sampai kapan pria itu akan menutupi semuanya sementara anak itu semakin tumbuh.

Pagi-pagi sekali di hari presentasi. Namjoon sempat bertemu Yoongi yaitu orang yang menyajikan data dan informasi saat presentasi. Pria itu bisa masuk dengan mudah karena memang saat ia masih berada di Seoul, Namjoon sering kali bertemu Taehyung. Tentu Yoongi juga mengenalnya. Namun sebagai seorang pegawai Yoongi juga ceroboh karena meninggalkan materi presentasi yang sudah diatur dan dibuat sedemikian baik oleh Taehyung dalam sebuah laptop. Alhasil Namjoon berhasil mengganti berkas materi dengan fakta-fakta menyakitkan yang ia dapat dari Hayoung.

Pria itu sadar ia juga menyakiti banyak orang, tapi cepat atau lambat semuanya juga akan tahu kebenaran ini. Dan sebagai seorang sahabat Namjoon tak ingin mengulur waktu lebih lama lagi. Ini demi kebaikan bersama pikirnya. Ada orang-orang yang tidak bersalah akan menderita karena masalah ini. Baik anak Hayoung, Dara istri Taehyung, dan juga anak yang sedang dikandung Dara.

"Kau yakin akan membiarkan anakmu tersorot media?" Tanya Namjoon saat ia sudah selesai dengan tugasnya.

"Aku tidak punya pilihan."

"Kita bisa lakukan rencana lain tanpa harus mengorbankan mental anakmu." Namjoon tampaknya agak khawatir.

"Bagaimana denganku?" Hayoung bertanya dengan nada tidak terima. "Aku juga terluka, mentalku juga hancur. Lalu bagaimana denganku? Apa aku harus sakit sendiri?"

Namjoon terdiam sejenak, ia ragu akan mengatakan ini atau tidak namun, "Kau orang yang jahat."

"Benar. Kau tidak salah tentang hal itu."

Pria pipi lubang itu hanya menghela nafas berat di hadapan Hayoung. Ia enggan untuk berbicara lebih lama karena presentasi akan segera dimulai.

"Tapi, kau juga sama sepertiku karena mengkhianati temanmu." Lalu Hayoung berjalan lebih dulu meninggalkan Namjoon untuk masuk ke aula presentasi sembari membawa Yoobi.

Malaikat kecil itu dikelilingi oleh iblis.

___

"Pihak rumah sakit baru saja menelponku."

"Kenapa?" Tanya Seokjin pada kakaknya Seo Rin.

"Ibu Taehyung menanyakan keberadaan Dara dan mencariku. Menurutmu apa pilihan kita ini sungguh tepat?" Seo Rin bertanya ragu.

"Jangan khawatir Kak." Dara menginterupsi sembari melangkahkan tungkainya menghampiri Seokjin dan Seo Rin yang tengah duduk di ruang tamu.

"Dara-ya, kenapa kau keluar?" Tanya Seokjin khawatir. Ia langsung menuntun Dara untuk duduk di sofa.

L'Arbre ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang