Happy reading
******
Di jalan pulang, Ray dan juga Ghina terjebak hujan. Mereka akhirnya memutuskan untuk menepi ke halte. Hujan semakin deras membuat Ghina kedinginan. Ray tidak mungkin membiarkan gadis yang ia cintai kedinginan. Akhirnya Ray memberikan jaket yang ia gunakan untuk dipakai oleh Ghina.
"Mending lo pake jaket gue, biar gak dingin," ucap Ray sambil memakaikan jaketnya kepada Ghina.
"Makasih," sahutnya.
Sudah berapa menit lamanya mereka berdiam diri di halte, tapi hujan tak kunjung berhenti. Mereka tidak mungkin harus diam di halte itu sampai larut malam. Akhirnya mereka memutuskan untuk pulang menerobos derasnya hujan.
"Kita pulang aja sekarang keburu malem," ajak Ghina.
"Lo serius ini hujan gede banget loh," sahut Ray tak yakin.
"Gue serius dari pada kita nunggu hujan reda sampai malam," jelas Ghina.
"Ya udah ayo," sahut Ray dan bergegas menyalakan motornya.
Hujan semakin deras dan hari semakin malam. Ray harus mengantar Ghina sampai rumahnya. Dia tidak memikirkan apa yang akan terjadi jika harus menerobos hujan yang sangat deras.
"Masuk dulu yuk, hujannya makin deras," ajak Ghina. Mereka berdua sudah sampai di rumah Ghina.
"Gak usah, gak enak basah-basahan kaya gini. Gue langsung pulang aja ya," tolak Ray. Dia langsung bergegas pulang ke apartemennya. Iya Ray lebih memilih tinggal di apartemen dibanding tinggal di rumah.
"Ya udah hati-hati," ucap Ghina. Saat Ray sudah mulai tidak terlihat, Ghina ingat akan sesuatu hal. Jaket yang ia gunakan adalah jaket Ray. Dia lupa untuk mengembalikannya.
"Ya ampun Ghina kenapa lo sampe lupa sih, kan kasian Ray gak pake jaket," sesal Ghina.
Kini Ray sudah sampai di apartemennya. Tak lupa dia langsung membersihkan badannya. Setelah itu dia mengambil ponselnya dan mulai memanggil telepon seseorang. Ghina—layar ponselnya terdapat nama Ghina.
"Hallo, Ray. Lo udah sampai?" tanya Ghina dari seberang sana.
"Iya gue udah sampai, lo udah ganti baju kan? Langsung minum air anget biar gak sakit!" perintah Ray.
"Ihh apaan sih, harusnya gue yang ngomong gitu sama lo. Yang kehujanan kan lo. Badan gue terlindungin jaket yang dari lo," ungkap Ghina.
"Hehehe ... emm Ghin," panggil Ray.
"Iya," sahut Ghina.
"Thank ya lo udah buat hari-hari gue berwarna," ucap Ray lembut.
"Seharusnya gue yang bilang makasih, karena lo lebih milih jalan sama gue dari pada sama Airen," sahut Ghina senang. Mereka melanjutkan percakapannya sampai larut malam.
Di seberang sana Airen sedang sibuk menghubungi kekasih barunya. Iya, Ray kekasih Airen. Sejak tadi nomor yang Airen hubungi sedang dalam panggilan lain. Ada rasa khawatir dalan diri Airen. Sampai saat ini Ray belum saja menjawab telepon dari Airen.
"Hufft ... Ray kemana sih, kok dari tadi sedang dalam panggilan lain mulu. Dia lagi teleponan sama siapa sih sampai pacarnya dibiarin nunggu," kesal Airen.
Waktu sudah menunjukan malam hari, tapi belum ada kabar dari Ray. Airen semakin khawatir, bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Ray. Sampai-sampai Ray tidak bisa menelepon kembali Airen.
Airen masih mencoba menelepon Ray. Tapi naas sekarang nomornya sudah tidak aktif. Apa yang sudah dilakukan Ray hari ini benar-benar membuat Airen khawatir.
Airen sampai tertidur dengan ponsel yang masih terdapat di tangannya. Dia masih berharap jika Ray akan menghubunginya. Sampai waktu sudah pagi pun Ray masih saja tidak menghubunginya.
Kini Airen sudah berada di sekolah. Tapi sejak tadi Airen tidak melihat keberadaan Ray. Biasanya Ray akan menemuinya terlebih dahulu, berbeda dengan sekarang Ray sama sekali tidak menemuinya.
"Ra," panggil Airen. Syafira yang asik dengan ponselnya langsung melirik Airen sekejap.
"Hmm," sahutnya.
"Temenin gue ke kelasnya Ray," ajak Airen.
"Ngapain?" tanya Syafira heran. Baru kali ini Airen mengajak Syafira menemui Ray.
"Dari semalem dia gak angkat telepon gue terus dari tadi dia gak nemuin gue," jelas Airen lirih.
"Hufft ... baru jadian aja udah ngilang, udah gue bilang dia tuh cowok yang gak bener masih aja gak percaya," kesal Syafira.
"Huss apaan sih dia sekarang udah jadi pacar gue Ra," ucap Airen tidak terima jika Ray selalu dianggap cowok tidak baik oleh Syafira.
"Ya udah terserah lo, gue gak mau ikut campur dengan urusan percintaan lo itu," ucapnya menyerah. Mau sampai kapanpun Airen tidak akan pernah mendengarkan perkataan Syafira lagi. Karena di pikirannya sekarang sudah dipenuhi oleh Ray.
Kini mereka berdua sudah berada di depan kelas Ray. Airen melihat seisi kelas tapi dia tidak melihat keberadaan Ray. Untung saya ada salah satu teman Ray yang keluar dari kelasnya.
"Rendi, Ray nya ada?" tanya Airen saat Rendi keluar dari kelas.
"Ray? Oh dia gak masuk hari ini," sahutnya.
"Gak masuk? Emang dia kenapa? Dari kemarin gue teleponin hpnya sibuk terus," tutur Airen.
"Mana gue tau, katanya sih gak enak badan. Lo cek aja sendiri ke apartemennya," ucap Rendi.
"Apa dia sakit ya, emm ... gue boleh minta alamat apartemennya Ray?" tanya Airen.
"Hadeh ... lo pacarnya Ray bukan sih? Masa alamat apartemennya aja gak tau," sinis Rendi.
"Banyak ngomong banget sih lo, tinggal sebutin aja apa susahnya sih." Kali ini bukan Airen yang menjawab tetapi Syafira. Sejak tadi Rendi sama sekali tidak tahu keadaan Ray dan buat apa juga mereka berlama-lamaan bertanya kepada orang yang sama sekali tidak tahu apa-apa.
"Santai aja kali Ra jangan ngegas," sahutnya.
"Udah buruan kasih elah," ucap Syafira kesal. Akhirnya Rendi menyebutkan alamat apartemen Ray.
Setelah mendapatkan apa yang Airen inginkan mereka kembali ke kelas karena sebentar lagi bel masuk berbunyi.
Airen mengikuti pelajaran dengan tidak tenang. Pikirannya masih memikirkan Ray, dia sangat khawatir dengan keadaan Ray sekarang.
Jam istirahat sudah tiba. Ghina mencoba untuk menemui Ray di kelasnya. Tapi nihil dia tidak menemukan Ray sama sekali. Kemana dia?
"Eh, Ren. Ray mana?" tanya Ghina saat melihat Rendi.
"Gak masuk sekolah dia hari ini," jawabnya.
"Apa? Gak masuk sekolah? Apa dia sakit ya," ucap Ghina menebak-nebak.
"Kayanya sih gitu, tadi dia telepon gue katanya gak enak badan," jelas Rendi. Sebenarnya sebelum berangkat sekolah Ray sempat menelepon Rendi jika dirinya tidak bisa masuk sekolah.
"Ini pasti gara-gara kehujanan kemarin deh," monolog Ghina.
"Oh iya, Ray di apartemennya kan?" tanya Ghina yang langsunh dijawab anggukan oleh Rendi.
"Ya udah makasih infonya. Nanti pulang sekolah gue langsung jenguk Ray di apartemennya," ucap Ghina sambil berlalu pergi meninggalkan Rendi.
"Mampus gue," sesal Rendi. Dia baru ingat jika tadi Airen meminta alamat apartemen Ray. Mungkin saja saat pulang sekolah nanti Airen akan menemui Ray di apartemennya.
Bagaimana jika Airen dan Ghina datang bersamaan. Apa semuanya akan terbongkar?
******
Jangan lupa vote and komennya yh biar aku semakin semangat lanjutin ceritanya.
See you gayss👋👋😊

KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE (Segera Terbit)
ChickLitCOMPLETED!! Dikisahkan seorang gadis sederhana yang sudah kebal dengan semua bully-an yang teman-temannya lakukan. Tanpa kita pungkiri dia memiliki hati baja yang tahan banting dalam segala hal. Seorang lelaki yang terkenal playboy berhasil mendapat...