15 - Jadian

471 54 64
                                    

Happy reading

******

Setelah pertengkaran Airen dengan Syafira tadi, dia langsung pergi membawa buku ke ruang guru. Dia masih merasa kesal dengan apa yang sudah dilakukan oleh Syafira tapi itu semua belum jelas kebenarannya.

Baru saja Airen keluar dari ruang guru, dia sudah dikagetkan oleh seorang lelaki yang sejak belakangan ini membuat Airen nyaman. Iya dia Ray, dia menarik tangan Airen menuju lapangan.

"Ray, mau ngapain?" tanya Airen heran.

"Lo tunggu sini!" perintah Ray agar Airen tetap berdiri di tengah-tengah lapangan. Tiba-tiba saja terdapat murid-murid yang berbaris menghadap Airen.

Mereka semua membawa sebuah kertas yang lumayan cukup besar dengan tulisan I-♡-A-I-R-E-N. Airen menutup mulutnya, dia sangat tidak percaya akan hal ini. Semua murid berkumpul menyaksikan apa yang Ray lakukan.

Ray langsung berjongkok di hadapan Airen dengan membawa sebuket bunga yang entah dari mana ia dapatkan.

"Will you be my girlfriend?" tanya Ray yang membuat Airen semakin tidak percaya.

"M-maksud lo apa?" tanya Airen masih tidak percaya.

"Gue cinta, gue sayang sama lo, Airen. Gue mau lo jadi milik gue," ungkap Ray lantang. Sontak semua murid yang menyaksikannya membulatkan mata tak percaya dengan apa yang Ray ucapkan.

"Ehh itu serius si Ray nembak si Airen?"

"Jodoh gue diambil cewek kampungan kek dia."

"Gak, gak ini semua pasti mimpikan."

"Huaaa Ray kenapa lo tega hianatin gue."

Begitulah ucapan-ucapan para murid yang menyaksikan aksi Ray saat menyatakan cintanya kepada Airen.

"Lo mau kan, Ren jadi pacar gue?" tanya Ray memastikan.

"G-gue emm g-gue mau jadi pacar lo," ucap Airen sambil menutup matanya tak yakin. Mendengar jawaban itu Ray berdiri dan langsung memeluk tubuh Airen.

Airen sangat kaget saat Ray memeluknya, tapi hanya sekejap. Setelahnya dia merasa nyaman berada di pelukan Ray.

"Makasih lo udah mau nerima gue, Ren," ucap Ray yang masih setia memeluk Airen.

Semua murid kini tidak menyaksikan drama itu lagi, karena mereka tidak percaya jika akhirnya Ray akan jadian dengan Airen.

"Semoga rencana lo berhasil," batin Ghina. Iya, sejak tadi dia memperhatikan Ray dan juga Airen.

Di sebrang sana Syafira pun menyaksikan kejadian itu. Dia sangat tidak percaya jika Ray akan menyatakannya dengan cepat. Dan dia juga tidak nyangka jika sahabatnya sekarang sudah berada di sisi orang yang salah.

Tapi apa boleh buat, Syafira tidak bisa melakukan apa-apa. Itu semua sudah menjadi keputusan Airen. Baik buruknya yang akan datang bukan urusannya.

"Kantin yu," ajak Ray. Airen hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Ray langsung menggenggam tangan Airen dan membawanya ke kantin.

Setelah sampai di kantin mereka langsung mencari meja yang kosong. Pas sekali masih ada satu meja yang belum ditempati.

"Mau makan apa? Biar aku yang beliin," ucap Ray dengan lembut. Bahkan kata 'gue' sudah ia ganti menjadi 'aku'.

"Emm samaain aja deh," sahut Airen.

Beberapa menit kemudian Ray datang dengan membawa dua mangkuk baso di tangannya. Tak lupa dengan dua botol air mineral. Belum saja mereka memakannya sudah ada dua makhluk yang mengganggu mereka.

"Widihh udah ada yang jadian aja nih, pj nya mana?" ucap Randi yang baru saja datang bersama kembarannya.

"Ganggu aja deh lo berdua," ucap Ray kesal. Airen dan Ray melanjutkan makannya tanpa memperdulikan dua makhluk yang menatapnya dengan heran.

"Gak ada niatan buat neraktir kita apa?" ucap Randi yang merasa kedatangannya tidak direspon dengan baik.

"Udah lah, Ran. Mereka lagi asik menikmati masa pacarannya gak usah diganggu napa," ungkap Rendi membuka suara.

"Tuhh kembaran lo aja paham, masa lo engga," sahut Ray menyetujui ucapan Rendi.

"Ya udah iya. Kita balik ke kelas aja, Ren. Gak enak di sini kita jadi nyamuk," ungkap Randi kemudian pergi bersama kembarannya itu.

Setelah menyelesaikan makannya, Ray mengantarkan Airen ke kelasnya. Dia tidak mau terjadi apa-apa dengan sang pacar. Apa lagi dia tau pasti banyak cewek-cewek lain yang tidak menerima jika mereka jadian.

"Nanti aku anter kamu pulang ya? Gak ada penolakan," ucap Ray kepada Airen.

"T-tapi?" sahut Airen gugup. Dia tidak mau Ray mengetahui rumahnya sekarang. Apa lagi jika dia ketemu dengan Aris semuanya akan kacau.

"Tapi apa hmm. Kan aku pacar kamu sekarang, masa iya aku gak boleh anter kamu pulang," ungkap Ray tak percaya jika Airen masih saja menolak untuk diantarkan pulang.

"B-bukan gitu, maksud aku takut ngerepotin kamu aja," sahut Airen mencoba untuk menetralkan wajahnya.

"Aku pacar kamu sekarang Ren, gak ada yang direpotin sama sekali. Ini udah kewajiban aku sebagai pacar kamu," ucap Ray meyakinkan.

"Ya udah aku balik ke kelas ya, nanti aku tunggu di parkiran." Ray langsung pergi tanpa menunggu jawaban dari Airen.

"Mampus gue, gimana kalau bang Aris tau. Dia pasti bakal marah banget," monolog Airen.

"Gimana seneng jadi pacarnya Ray?" Tiba-tiba saja terdengar suara dari arah belakang Airen. Saat membalikan badannya Airen bisa melihat keberadaan Syafira di sana.

"Bukan urusan lo," sahut Airen dan berlalu pergi ke tempat duduknya.

"Selamat atas jadiannya lo sama Ray. Gue doain semoga Ray gak akan nyakitin lo," sindir Syafira sambil mengekori Airen ke bangkunya.

"Makasih," ucap Airen singkat. Sejak kejadian tadi mereka semakin menjauh. Entah kenapa rasanya ada tembok penghalang antara mereka berdua.

Persahabatan mereka berubah. Tidak ada keharmonisan lagi yang ada hanya saling kesal dengan perbuatan mereka satu sama lain. Airen yang kesal karena menganggap Syafira yang sudah membocorkan semua hal tentang Ray kepada Aris. Dan Syafira yang merasa kesal karena Airen tidak pernah mendengarkan perkataannya dan jadian dengan Ray.

Bel pulang berbunyi semua murid berhamburan ke luar kelas. Kini hanya ada Airen dan juga Syafira di dalam kelas. Mereka sibuk membereskan buku mereka masing-masing tidak ada pembicaraan di antara mereka berdua.

"Gue pulang duluan," pamit Syafira. Dia tidak menyangka jika persahabatannya akan menjadi seperti ini. Syafira langsung pergi meninggalkan Airen sendirian.

Setelah selesai Airen langsung pergi ke parkiran menemui Ray yang sudah menunggunya. Sebelum menghampiri Ray, Airen menghembuskan napas kasarnya. Dia tidak bisa berpikir sekarang, bagaimana jika Ray bertemu dengan Aris.

"Udah lama ya nunggunya," ucap Airen yang baru saja sampai di dekat Ray.

"Engga kok, yu pulang," ajak Ray, Airen hanya menganggukan kepalanya dan naik ke motor milik Ray.

"Kok malah diem, ayo jalan," ucap Airen heran.

"Dipeluk dong pacarnya, masa boncengannya jauh-jauh gini," ucap Ray cengengesan. Tanpa perlu berdebat Airen langsung melingkarkan tangannya di pinggang Ray.

Merasa badannya sudah dipeluk oleh Airen, Ray langsung melajukan motornya. Dari kejauhan sana Syafira masih memperhatikan Airen dan Ray.

"Gue harap lo bahagia sama Ray," monolog Syafira.

******

Jangan lupa vote and coment nya

Kalau ada typo mohon dimaafkan yah

See you👋

INSECURE (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang