28 - Khilaf

425 29 0
                                        

Happy reading

*****

Malam harinya, Ray sama sekali tidak menghubungi Airen. Bahkan sampai pagi ini tidak ada kabar dari Ray. Airen pergi dengan rasa sesak di dadanya. Kejadian kemarin mampu membuat Airen susah tidur.

Begitu sampai di sekolah, Airen dikejutkan dengan keberadaan Ghina yang baru saja turun dari motor Ray. Airen pun menghiraukan kejadian itu, dia langsung pergi ke kelasnya.

Beberapa menit setelah dirinya berada di kelas, Ray datang menghampirinya. Seperti tidak merasa melakukan kesalahan, Ray langsung mendudukan diri di bangku samping Airen.

"Hai," sapa Ray. Airen sama sekali tidak menjawab sapaan tersebut. Hingga akhirnya Syafira datang.

"Ngapain lo pagi-pagi udah ada di sini?" tanya Syafira sinis.

"Ngapelin pacar gue lah. Gak kaya lo jomblo," sahut Ray antusias.

"Mendingan jomblo dari pada kaya lo, punya pacar tapi di belakang main sama cewek lain," sindir Syafira yang mampu membuat Airen menoleh ke arah Syafira berada. Berbeda dengan Ray, dia kaget saat Syafira mengucapkan kalimat itu.

"Diem kan lo. Mending lo pergi deh dari sini, ganggu suasana pagi aja," kesal Syafira. Tanpa menjawab ucapan Syafira, Ray akhirnya memutuskan untuk meninggalkan kelas tersebut.

"Eh sorry ya Ren, gue udah usir pacar lo," ucap Syafira meminta maaf.

"Gak papa, gue juga masih males ngobrol sama Ray," sahut Airen dengan senyum tipisnya.

Pelajaran pun berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Sampai tiba saatnya jam istirahat. Karena pagi tadi Ray gagal mengobrol dengan Airen, kini ia memutuskan untuk mengajak Airen istirahat bersama.

"Hai cantik, istirahat bareng yu," ajak Ray saat menemui Airen yang baru saja keluar dari kelas. Tapi Airen masih saja tetap cuek kepada Ray.

"Danial, ke kantin bareng yu." Melihat Danial yang melewati kelasnya, akhirnya Airen memutuskan untuk mengajaknya ke kantin. Mungkin hanya ingin membuat Ray cemburu.

"What? Gue kan pacarnya kenapa dia malah ke kantin bareng cowok lain," kesal Ray. "Gue gak bisa biarin ini semua, enak aja murid baru itu ngerebut Airen dari gue," lanjut Ray.

Akhirnya Ray memutuskan untuk mengikuti Airen dari belakang. Dari awal Airen memanggil Danial, lelaki itu sangat tidak percaya jika Airen memilih dirinya dibandingkan dengan Ray yang statusnya sebagai pacar.

"Lo kenapa sih? Tumben banget ngajak gue ke kantin bareng?" tanya Danial penasaran.

"Y-ya gak papa, gue pengen ke kantin sama lo aja. Emangnya gak boleh?" tanya Airen balik.

"Ya gak salah sih, tapi kan tadi ada pacar lo. Jangan bilang lo masih marah sama dia gara-gara masalah kemarin itu?" Danial mencoba menebak-nebak sikap Airen yang berubah kepada Ray.

"Apaan sih, sok tau banget jadi orang," sahut Airen berpura-pura. Padahal apa yang dikatakan oleh Danial benar adanya.

"Gak usah pura-pura gitu deh gue tau kalau lo masih marah karena kejadian kemarin," ucap Danial.

"Udah deh gak usah dibahas mending lo pesenin gue makan nanti gue teraktir lo gimana?" tanya Airen mengalihkan pembicaraan.

"Gak usah, gue bisa bayar makanan gue sendiri," sahut Danial santai. "Lo mau pesen apa?" tanya Danial.

"Emm enaknya apa ya? Samain aja deh sama lo." Setelah mendapatkan jawaban dari Airen, Danial langsung memesan makanan untuk mereka berdua.

Beberapa menit kemudia makanan yang dipesan sudah tersaji di atas meja. Mereka melahap pesananan masing-masing dengan tenang. Di belakang sana, Ray masih saja memperhatikan Airen dan juga Danial.

"Gue gak akan biarin lo rebut Airen dari gue," batin Ray.

Akhirnya Ray pergi dari tempat itu. Rasanya dia tidak nafsu makan setelah melihat sang pacar berduaan dengan lelaki lain.

Setelah menghabiskan makanannya Airen dan Danial pun kembali ke kelasnya masing-masing. Sebelum balik ke kelasnya, Danial menyempatkan diri untuk mengantar Airen ke kelasnya.

"Oh ya makasih udah mau nemenin gue makan," ucap Airen berterima kasih.

"Santai aja kali," sahut Danial. "Ya udah kalau gitu gue balik ke kelas ya," pamitnya dan meninggalkan Airen.

Di perjalanan menuju kelas, Danial dihadang oleh Ray. Karena kaget Danial menghentikan langkahnya.

"Apa-apaan sih ngalangin jalan gue aja," kesal Danial.

"Jangan banyak bacot lo, ikut gue!" perintah Ray sambil menarik kerah baju milik Danial. Perlakuannya Ray terhadap Danial tak lepas dari pandangan murid-murid lain termasuk ke dua sahabat Ray.

Karena merasa akan ada keributan, Rendi dan Randi memutuskan untuk mengikuti mereka berdua. Benar saja setelah sampai di tempat tujuan, Ray langsung mendaratkan pukulannya ke perut Danial.

Bughh!

Satu pukulan berhasil mengenai perut Danial. Untuk pukulan ke dua, Danial bisa mencegahnya. Dia mencoba untuk mengendalikan emosi Ray.

"Maksud lo apa hah, mukul gue kaya gitu?" tanya Danial kesal.

"Gak usah sok polos lo jadi laki. Airen itu milik gue dan selamanya akan jadi milik gue ngerti lo?" ucap Ray dengan emosi yang membara.

"Apa lo bilang? Airen milik lo? Cih lo laki tapi beraninya nyakitin cewek," sahut Danial sinis.

"Kurang ajar!" teriak Ray. Tangannya sudah siap menghantam Danial. Tapi tangannya ditahan oleh Rendi.

"Cukup Ray!" teriak Rendi.

"Lo apa-apaan sih ngalangin gue?" tanya Ray kesal.

"Lo yang apa-apaan cuma karena Airen lo mukulin orang, gila kali lo." Bukan Rendi yang menjawab melainkan Randi.

"Arghhh!" teriak Ray dan pergi meninggalkan yang lain.

Rendi dan Randi akhirnya mengikuti kemana Ray pergi. Setelah sampai di kelas, Randi langsung menghampiri Ray yang masih saja emosi.

"Kenapa lo jadi kaya gini sih? Lo udah mulai suka sama Airen?" tanya Randi menebak-nebak. Ray sama sekali tidak menjawab pertanyaan itu.

"Bego, kenapa gue sepeduli itu sama Airen," batin Ray.

Pelajaran berjalan dengan lancar tetapi Ray masih merasa cemas. Dia merasa bersalah dengan kejadian kemarin. Enatah kenapa hatinya tidak terima jika Airen mendiamkannya.

Setelah bel pulang berbunyi, Ray akhirnya memutuskan untuk menemui Airen di kelasnya. Tepat saat Airen baru saja keluar dari kelasnya, Ray langsung mengajak Airen ke suatu tempat.

"Kamu ngapain sih bawa aku ke sini?" tanya Airen kesal.

"Aku mau jelasin semuanya, kamu marah kan sama aku?" tanya Ray lembut. Tapi yang ditanya hanya diam.

"Jawab sayang," ucap Ray masih dengan kalimat yang lembut.

"Aku gak marah sama kamu. Tapi aku kecewa sama kamu," sahut Airen yang menahan air matanya keluar.

"Kenapa?" tanya Ray memastikan.

"Kamu masih nanya kenapa? Kemarin aku liat kamu gandengan sama Ghina. Kamu pikir aku gak kecewa hah?" Sial air mata Airen keluar dengan sendirinya.

"Maaf, kemarin aku khilaf sayang. Aku gak berniat buat tinggalin kamu dan pergi sama cewek lain," ucap Ray meyakinkan.

"Kamu percaya kan sama aku? Jangan nangis gini dong, aku merasa bersalah banget bikin kamu nangis kaya gini," ucapnya sambil menghapus jejak air mata di pipi Airen.

Mereka tidak sadar jika ada yang memerhatikan mereka dari kejauhan.

Brak!

******

Aku kembali dah lama ya gak up. Maafin aku sibuk belakangan ini.

Untuk penggantinya aku double up yuk cek part selanjutnya.

Jangan lupa vomentnya ya

INSECURE (Segera Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang