We are most alive when we are in love
- John Updike -
🌼🌼🌼
Aku sedang memilah dress mana yang akan aku gunakan. Mengobrak abrik isi lemariku hanya untuk mencari pakaian yang cocok. Entah kenapa sepertinya semua pakaian ini terasa salah dan tidak pas.
Setalah mengeluarkan hampir semua isi lemari akhirnya pilihanku jatuh kepada dua potong pakaian yang menurutku paling baik. Keduanya adalah dress terusan, satu berwarna peach yang imut dan girly, dan satunya lagi berwarna hitam. Aku memikirkannya dengan serius, membolak balik baju itu dan menatap pantulan diriku dalam cermin.
Setelah lama berfikir akhirnya aku memutuskan untuk mengenakan dress yang berwarna hitam, dengan potongan lurus selutut. Black will never fail, right?
Aku pergi dengan dress hitam yang kupilih, menggunakan sepatu dengan heels tipis berwarna hitam. Rambutku kali ini ku biarkan tergerai, aku ingin tampil cantik dihadapan Namjoon. Tak lupa mengunakan sedikit riasan di wajahku. Aku membubuhkan bedak dan juga menyapukan lipstik berwarna nude di bibirku. Kemudian aku tersenyum pada pantulan diriku sendiri didalam cermin.
"Cantik." aku berkata pada pantulan wajahku sendiri.
Bukan karena aku tipe orang yang terlalu percaya diri hingga memuji diriku sendiri, tapi sejak kecil mendiang ibuku selalu mengajariku untuk melalukan hal itu. Beliau berkata jika itu bisa menjadi mantra untukku menjadi lebih percaya diri. Entah bagaimana aku selalu melakukannya setiap kali aku gugup dan itu benar-benar menjadi mantra yang ampuh selama ini.
Aku sudah membatalkan janji dengan Baek-kyung, aku bahkan memintanya mengajak Bora. Dia adalah gadis baik, jika sedikit berdandan Bora juga sangat cantik, perlu diingat juga dia fans setia Baek-kyung. Aku tahu pria itu pasti kecewa. Tapi aku sungguh tidak mungkin melewatkan tawaran Namjoon, sekalipun aku sedikit takut jika dia akan bermain-main lagi denganku. Aku takut Namjoon hanya ingin mematahkan harapanku. Tapi -sekali lagi- aku tidak ingin melewatinya begitu saja.
Aku selalu berfikir sekalipun aku menyukainya secara sepihak itu tidak masalah, bisa mengobrol dengannya dan mengungkapkan perasaan yang ku pendam selama ini saja aku merasa sangat bersyukur. Dia bahkan mengizinkanku satu kelompok di pelajaran Kimia dan juga pernah mengajakku ke perpustakaan Nasional. Rasanya kesenangan kecil ini membuatku bahagia.
"Apa aku terlambat?" Namjoon bertanya padaku yang sudah menunggunya lebih dulu, aku hanya mengelengkan kepalaku sambil tersenyum.
Kami bertemu di halte yang tak jauh dari perpustakaan nasional, apa dia mengajakku berkencan di perpustakaan? Ah.. syukurnya tidak. Dia mengajakku ke sebuah pameran seni.
Benar-benar luar biasa pria satu ini. Sekali lagi aku belum pernah diajak seorang pria ketempat seperti ini. Tapi siapa yang perduli, aku senang asal bersama dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
PERSONA [ KIM NAMJOON ]
Science Fiction#1 BTSFF #1 Namjoon Ini hanya cinta masa SMA. Ini hanya cinta pertama yang sudah berlalu. Ini hanya kisah kami yang telah ku pendam dalam-dalam didasar lubuk hatiku. Bagitulah aku meyakinkan diriku. (Jung Youra) Kisah tentang hasrat dan godaan yan...