Ventitré

981 91 16
                                    

Jangan Lupa Vote dan Comen✨





Ray memasuki sebuah mansion besar bak istana, walaupun masih besaran mansion milik Luna.

Ray memandang tajam sosok paruh baya dihadapannya.

"Aku bersekolah! Bukan mencari dia!"

Sosok paruh baya itu memandang sinis Ray. "Omongan mu, basi!"

Ray terkekeh. "Mwhehehe, Walaupun umur ku 20 tahun, tapi wajahku seperti 17 tahun. Jadi, santai saja, paa" Ray mengambil sebatang rokok di sakunya.

Iya, sosok paruh baya itu adalah papanya Ray. Mereka berdua terlihat seperti teman. Ray sudah biasa merokok dihadapan Papanya.

"Awas loh, mamamu sedang PMS. Papa aja ga berani merokok." Ujar papa Ray.

Ray terdiam, lalu mematikan rokok yang sempat di hidupkan. "Kenapa, ga bilang!"

Papa Ray memandang anaknya serius. "Aku tahu tujuanmu, nak. Jangan sembunyikan apapun dari papamu ini!"

Ray terkekeh lagi. "Hehehe, maaf pa. Ray ketemu kok sama dia. Tapi, dalam keadaan yang aneh." Papa Ray tersenyum manis.

"Sudahlah, nak. Ikuti saja, alur dari cerita ini."

•••

Luna menghapus make up-nya, mata Luna memerah menahan tangis. Luna tahu kok, kalo ia anak yatim piatu. Luna paling benci, jika ada yang menghina ayah dan ibunya. Walaupun, Luna belum bertemu dengan 'mereka' Luna tetap menjaga nama baik 'mereka'.

Tadi, saat Luna masuk kelas. Bella dan Stella Menjauhinya. Luna menatap datar kedua perempuan itu. Lagian, Luna tidak membutuhkan mereka. Cukup adiknya saja.

Leo menduduki dirinya di sebelah Luna. Dengan lembut, Leo mengelus rambut Luna.

"Maaf, kak. Aku ga bisa belain kakak."

Leo mendekap Luna dengan erat, tangan besarnya mengelus rambut hitam Luna yang lembut. Luna mengeluarkan semua  masalah masalah yang ia pendam.

"Ak–aku tahu kok, kalo aku anak yatim-piatu, tapi aku tidak suka di bilang begitu." Luna memeluk adiknya dengan erat.

Zean menatap Luna dengan datar. Zean mengambil handphonenya dan mengetik sesuatu.

"Saya tidak ingin tau, siksa dia!"

Zean mematikan telfon. Wajah Zean berganti dengan sendu saat memasuki kamar Luna. Zean mengecup pipi Luna dengan lama.

"Maaf kak, kali ini Zean ga bisa bantu kakak."

Zean menidurkan dirinya disebelah Luna.

"Zean akan bantu kakak untuk, membalas dendam, Opa."

•••

Ray menatap datar perempuan dihadapannya. Masker hitam menutupi setengah wajahnya. Ray mengambil pisau kecil yang beracun.

"Clara, kau benar benar mencari masalah dengan ku."

Clara menangis. "Lo siapa?! Salah gue, apa?!"

Plak

Ray menatap tajam Clara. "Kau tidak tahu salah mu, hah?!" Bentak Ray.

Clara semakin menangis. Ray menatap sinis Clara. "Kau pikir aku, kasihan?! Mau kau menangis darah, aku tidak perduli. Kali ini aku membebaskanmu, bukan aku yang akan membunuhmu, tapi..."

"Ratuku, Queen Of Darkness."

•••

Luna mengambil rokok yang selama ia simpan, kedua adiknya tidak tahu menahu tentang ini. Luna tersenyum pedih. Luna memandang mahkota yang ia letakkan di lemari kaca.

The Dark Queen's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang