Ventinove

888 93 2
                                    

Hahh, banyak sekali yg cuman baca tapi ga vote, ck. Yaudah, saya tetap up cerita walaupun, gda yg vote, capek saya.

Jangan Lupa Vote dan Comen💅



Luna membuka matanya, pandangan pertama kali yang Luna lihat ialah perperangan, Luna melihat banyak sekali darah, Luna melihat pasukan yang masih bertahan, terlihat perempuan dengan gaun panjang, kedua tangannya memegang pedang tajam, mahkota diatas kepalanya, jangan lupakan elang di bahu, kedua matanya menyala dengan warna yang berbeda.

Luna tak bisa bergerak, perempuan itu menoleh kearah Luna, Luna berusaha untuk berdiri. Ketika Luna menggeleng pandangannya tertukar, kini Luna melihat sebuah kerajaan, Luna masuk, terlihat raja dan ratu yang tersenyum hangat kepada mereka.

Luna syok, mendengar kalimat keluar dari mulut sang raja.

"Anakku, kau kembali."

Luna langsung terbangun, jantung Luna berdegup kencang, Luna memegang suatu benda yang mengganjal di dahinya, kompres?

Leo dan Zean masuk kekamar Luna. "Rupanya, kakak sudah sadar, syukurlah." Zean langsung memeluk badan kecil Luna. Leo mengelus rambut Luna. "Kakak jangan kelelahan."

"Oh, ya. Di depan kamar kakak, ada Sophia, katanya ada urusan penting," Sophia masuk dengan baju khasnya, berwarna hitam dengan tanda bunga mawar.

Leo dan Zean langsung keluar tak ingin, mendengar pembicaraan dari kedua perempuan itu. Sophia langsung memegang bahu Luna.

"Bunuh, Delano, Clara, dan David." Apa apaan ini? Luna baru bangun disuruh bunuh orang, sabar elah.

"Untuk?" Luna menyerngit bingung.

"Perintah dari ratu kegelapan,"

Luna langsung mengangguk cepat, tak perduli mau dia sakit atau tidak, jika ini perintah ratu maka ia kabulkan.

"Tunggu? Kenapa kau disini? Bukankah, kau harus bersama ratu?" Sophia tersenyum.

"Tidak lagi, sekarang aku akan menjadi pelayanmu, dan juga, aku bersekolah di tempatmu, jangan halang aku."

Luna oke oke aja, Luna ingin berbicara tentang mimpi Luna tadi, aneh.

"Aku harus memanggilmu, apa? Queen? Atau, nama?" Luna berpikir sejenak. "Luna saja." Sophia mengangguk.

"Qu–eh Luna, hari ini aku akan melatihmu, perang akan terjadi dalam waktu dekat, seperti yang kau katakan, bulan purnama ingin menampakkan dirinya, bersiaplah." Luna bingung, berlatih? Untuk apa? Dia sudah berlatih bertahun tahun.

"Aku mengerti, kau bingung, latihan ini hanya untuk melatih kekuatan mu, karena kau memiliki kekuatan..." Ackerman, Sophia melanjutkan kata di batinya saja.

"Kekuatan?"

"Tidak ada,"

"Kapan latihannya?"

"Hari ini."

Luna mendorong Sophia dari kasurnya. "Sana, hush! Keluar aku ingin mandi dulu!"

Sophia mengangguk, Sophia tersenyum.

"Sifatmu seperti Ratu, jika kau bukan anak ratu, sudahku bunuh kau, Luna."

•••

Luna duduk disebelah Sophia dengan rasa penasaran, Sophia masih bermain dengan Handphonenya, dimeja ada koper yang tak tau isinya apa.

Sophia meletakkan handphone, tangannya membuka koper, terlihat pisau, belati, dan senapan. Luna yang tau hanya diam.

"Secepat ini? Padahal aku ingin membunuh perlahan lahan." Sophia mengangguk, memberikan pisau sebelah kiri Sophia ada pedang panjang, ada berlian merah di pegangannya.

The Dark Queen's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang