Trentadue

893 93 8
                                    

Sebentar lagi mau end, huhu. Ga nyangka sih, secepat ini, dan juga ini karya pertama saya🧚‍♀️

Jangan Lupa Vote dan Come💅




Luna dari tadi bersin bersin, sepertinya ada yang membicarakan Luna, maid yang khawatir memberi air hangat kepada Luna, Luna mengambil gelas berisi air hangat dibuat maid, sedikit reda.

"Aku rasa, Stella dan Bella sudah berumur 20an, wajah mereka sedikit dewasa dibanding diriku." Kata Luna kepada Sophia yang kebetulan duduk didepan Luna.

"Dari mana kau tau? Kata orang orang, wajah Bella menggemaskan, dan Stella memang dia dewasa wajahnya," Sophia mengambil foto di dompetnya.

"Inikan, Bella dan Stella?" Luna melihat, lalu mengangguk kecil.

"Iya, tapi lihatlah wajahnya lebih muda dibanding sekarang, hahh sudahlah, tak ada gunanya kita membahas mereka, lebih baik kita membahas yang lebih penting." Sophia berdecih, padahal Luna sendiri yang begitu.

"Luna, kau tak pernah merasa ada kekuatan besar ditubuhmu? Atau, kau pernah bermimpi melihat sepasang suami istri?"

Luna mengangguk. "Waktu aku memegang pedang pemberianmu, aku merasa kekuatan besar yang menyuruhku untuk ke gunung dan membawa pedang itu, kalo sepasang suami istri pernah, mereka berkata seperti ini 'anakku kau kembali'."

Jantung Sophia berdegup cepat. "Ke gu–gunung? Buat apa?"

Luna menggeleng, kemudian menjulurkan tangannya. "Coba kau berikan aku senjata tajam," Sophia memberikan Luna pisau untuk memotong buah.

Luna mengambilnya dan memegang tidak terlalu kuat, tiba tiba pegangannya menjadi kuat, membuat urat nadi Luna bermunculan. "Kau lihat? Inilah yang terjadi jika aku menyentuh senjata tajam."

Luna langsung melempar pisau itu, takut hancur. Sungguh, di jantung Sophia benar benar kencang.

"Luna, besok kita ke gunung, hanya berdua, jangan ajak kedua adikmu,"

"He! Kok cepat sekali, aku saja belum memutuskan, lah kok kok?!" Tandas Luna kepada Sophia, nih bocah kenapa sih.

"Aku serius, Luna. Kau lihat bulan di langit," kebetulan mereka di balkon kamar Luna. Luna langsung melihat langit gelap dihiasi bulan saja, tidak ada bintang.

"Loh, masih dikit lagi, kau tau, butuh waktu berbulan bulan, agar membulat sempurna." Sophia memukul pegangan kursi.

"Jangan main main, Luna! Walaupun berbulan bulan, kau bukan manusia seperti biasa, kau memiliki darah spesial yang hanya dimiliki beberapa manusia," Luna langsung diam, tatapan Luna sengit kepada Sophia.

"Jadi, mau mu, aku Vampire gitu? Manusia serigala? Konyol." Sophia tak tahan lagi, Sophia memukul kepala Luna.

Luna hanya diam, tak merasakan apa apa. "Bukan, bodoh! Kau akan tau jika ke gunung itu." Sophia menunjuk bukit yang tak jauh dari mansion Luna.

"Itu bukan gunung, tapi bukit,"

"Aku tak menunjuk bukit itu, tapi diujung nya lagi," Luna melihat dengan teleskop.

"Oke deh, jadi kita ga bawa apa apa, dan perginya manual?" Sophia memutar matanya malas.

"Percuma kau ada helikopter, tapi tak digunakan, keperluan? Tidak usah, cukup bawa makanan dan minuman, jangan lupa pedang yang aku berikan." Suruh Sophia.

Luna mengangguk, dan setuju juga dengan Sophia. "Aku akan menyuruh bodyguard untuk mengantar kita,"

Sophie menggeleng. "Tak usah, biar aku saja." Luna kaget. "Kau bisa mengendarai helikopter?" Sophia mengangguk.

The Dark Queen's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang