Ventisei

904 74 0
                                    

Jangan Lupa Vote dan Comen💅
Gue double up✨




Wajah Luna memucat melihat sebuah foto Leo dan Zean dipenuhi dengan bercak bercak darah segar.

"LEO!! ZEAN!!!"

Leo dan Zean langsung berlari menuju kamar Luna, teriakan Luna kali ini lebih keras, hingga maid yang berada di taman belakang terdengar.

Luna langsung memeluk kedua adiknya dengan erat. "Jangan tinggalkan aku, kumohon.." Air mata Luna turun seketika. Luna tidak mau kehilangan sosok yang ia sayangi lagi. Cukup, Opanya saja. Kedua adiknya, jangan.

"Kami, disini kak. Menemani kakak, kami tidak akan meninggalkan kakak sendiri."

Luna mengeratkan pelukannya, seolah tidak ingin terpisahkan.

Zean mengambil foto yang ditangan Luna, kakaknya sedang diteror! Tidak boleh dibiarkan, kemarahan Zean terlihat dengan jelas, wajah Zean sangat merah, urat urat leher Zean tampak jelas.

Leo meneguk ludah kaku, kemarahan Zean sangat diwaspadai, Zean memang agak ramah, tapi sekali marah. Udah deh, Leo tidak cukup menanganinya.

"Aku sudah tahu pikiranmu, bang Leo."

"Jangan panggil aku Abang!"

"Hm, yah. Aku tahu pikiranmu, Leo."

Walaupun, tuaan Leo, Leo tidak ingin dipanggil Abang ataupun kakak. Leo tidak mau terlihat tua.

"Dia, kah?"

Zean tersenyum miring, pertanyaan Leo sudah sangat tepat.

"Bahkan dari awal, aku sudah menduganya."

"Jadi?"

Leo memukul bahu Zean. "Tak, mau! Cukup, sekali saja! Aku tidak ingin!"

"Sayang sekali, wahai abangku. Semua sudah dipersiapkan, penyamaran yang akan diulang lagi seperti 3 tahun yang lalu, hihi."

"Adik, kurang ajar."

Zean tersadar, Luna sudah tertidur dengan tangannya yang melingkar di pinggang Zean.

"Kaulah yang kurang ajar, Leo. Kau tidak lihat? Kakakmu tidur sambil berdiri."

Jitakan mulus mengenai jidat Zean.

"Lambemu! Cepat gendong kak Luna!"

Leo dan Zean menganga mendengar gumaman Luna.

"Kalian, adikku yang sangat kurang ajar, tapi aku sayang.",

Leo dan Zean tersenyum, sejahat apapun Luna, ia tetap kakak mereka. Tidak ada Luna, mungkin mereka menjadi gembel yang berada di jalanan.

"Kami juga menyayangimu, kakak singa."

•••

Luna merenggangkan kedua tangannya, Luna tidur dengan nyenyak, tanpa sedikit gangguan. Luna baru ingat, mereka bertiga masih di Rusia.

Mungkin, esok mereka harus pulang. Sebenarnya, rapat yang kemarin di adakan, tidaklah penting, hanya rapat biasa. Karena Luna mendapatkan informasi bahwa musuh yang ia incar berada di Rusia.

Tapi, Luna mendapatkan telefon dari anak buahnya, musuh Luna berada di Indonesia. Luna jadi bingung.

Delano, tidak mungkin musuh yang ia incar, ada lagi. Kali ini, musuhnya lebih kuat dibandingkan Delano.

Luna berpikir, apakah Delano hanyalah umpan? Agar, Luna tidak mencari tahu musuh yang sebenar, Luna tidak paham dengan pikiran Opanya. Luna hanya tahu satu hal.

The Dark Queen's Secret Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang