24. Menunggu kesadaran Caca

291 68 27
                                    

***

Adib berlari dengan guratan kecemasan yang amat ketara, dirinya tak peduli dengan peluh yang mengucur deras di pelipisnya. Karena yang ada pada pikirannya kini hanyalah sosok gadis cebol menyebalkan yang cerewet dan rada bego, ralat sangat sangat bego.

Tidakkkk!!!

Bukan karena dirinya takut kehilangan istri dan akan menduda muda setelahnya, tentu tidak. Dirinya tak mengkhawatirkan itu sama sekali. Sebab ia tahu dirinya tampan, pintar, kece, agak badboy ala-ala cowok di novel yang sering Chia ceritakan— ups kesebut deh.

Namun, dirinya takut Dita akan sedih dan menangis darah, mending kalau mutiara bisa di jual, lah darah? Ngundang setan?

Mengapa Adib berpikiran Dita akan menangis? Karena Adib tahu, Caca itu diibaratkan Oryza oleh Dita, tentu jika Caca menghilang itu akan menjadi kehilangan kedua kalinya bagi Dita.

"ADIIB!!! ADIIBB!!! TOLOL LO GOBLOK EDAN SINTING!" Seruan yang memekikan gendang telinga Adib menyapa dengan sangat tidak mengenakkan.

Adib menghentikan derap lamgkahnya dan menoleh ke belakang. Netranya mendapati Fagan tengah berlari kearahnya dengan napas tersenggal. Dirinya mengernyitkan dahi kala Fagan telah di hadapannya, "Apa?!" tanya Adib kesal.

"Cewe lo, udah selamet sama Adit tolol."

Adib tercengang, dirinya terlambat jadi hero nya Caca?

Iya gak salah sih kata Fagan, dirinya tolol binti bego.

"Sekarang dimana?"

***

"Ca, bangun ntar gue kasih permen ting-ting," bisik Adib pelan.

Kini, Caca tengah tak sadarkan diri selepas insiden penculikan tadi. Bak putri salju yang tengah pingsan setelah memakan apel beracun lalu di kelilingi oleh para kurcaci, bedanya Caca tengah di kelilingi oleh cowo gagah nan tampan di sirkuit.

Ada 8 ekor jantan yang tak lain dan tak bukan adalah Adib, Adit, Chiko yang tengah fokus memandangi Caca yang terbaring, dan ada Segar, Taqy, Deo, dan Dino yang tengah duduk disetiap sisi Caca sembari bermain ponsel, sementara Fagan tengah sibuk mempotret Caca yang menurutnya cantik puolll.

Chiko yang tepat berada di samping Adib tak segan menggeplak pundakmya lumayan keras, "Agak high class dikit njirr, coklat kek, atau bunga, cake, atau apalah. Ini permen, halah gak ganteng," ucapnya menye-menye.

"Keren lah bro, permen ting-ting itu udah langka. Jadi mesti terharu kalo gue kasih itu," balas Adib datar.

"Ya ALLAH BRO! Medit banget lo, dia siapa lo sih sebenernya?" Kesal Chiko, Adib ini biasanya tipe cowok gak pelit sama orang yang dia sayang. Tapi kalau sama orang yang gak berarti dihidupnya, hutang budi pun bakal di ingat sampai mati.

Di lain sisi, ada Caca yang sudah sadarkan diri. Caca kaget tentu saja, bangun-bangun kok udah ada cogan aja, ini bukan di surga, kan?!

Namun, hal itu tak diketahui yang lain sebab mereka tak lagi fokus memandangi Caca. Caca kagok sendiri, gimana cara memberitahu mereka kalau dirinya sudah siuman?

Apakah dia harus teriak 'HELOW GENGS GUA UDAH BANGUN!' malu dong.

Atau layaknya di sinetron dengan peran dirinya gadis imut lugu yang sadar dengan cara aestetik yaitu mengucek pelan matanya dengan anggun.

Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang