5. Tak terduga

560 180 182
                                    

"Kenapa gue harus dipertemukan sama cowok kayak lo??"
-Caca belum punya jodoh.

***

Pagi ini sangatlah menawan, mentari senantiasa memamerkan sinarnya yang terang. Namun, tidak dengan satu gadis yang masih anteng dibalik selimut bergambar Zayn Malik miliknya, menikmati setiap aliran iler yang menetes ke spreinya, tanpa memperdulikan waktu yang semakin siang.

Tok.. Tok.. Tok...

Ketukan pintu yang cukup keras, pun sama sekali tak bisa membangunkan gadis molor itu.

Hingga sang pengetuk membuka paksa pintu, sampai netranya menatap sang putri yang masih asik menggeluti dunia mimpi.

Segera ia bertindak.

"Saurrrrr!!! Saurrrrr!!" serunya sembari mencipratkan air.

"Banjirrrrr!! Allahuuu!! Banjirrrrr!" Caca terbangun, sembari memegangi kepalanya yang agak pusing akibat sedang tidur langsung lari-larian begini.

"Ibu! Ngapain ciprat-ciprat sih?" tanya Caca begitu sudah sempurna sadar.

"Kamu itu! Mata mana mata? Liat jam, udah siang," balas Fara garang.

"Tapi kan bu, apa gak bisa pake cara baik-baik?"

"Gak, udah sana cepetan kamu mandi!"

"Iya-iya ini mandi," pungkas Caca dan mengambil handuk lalu berniat untuk segera ke kamar mandi.

Baru saja membelokkan arah kakinya ke kamar mandi, ibu berujar di penghujung pintu kamar Caca.

"Malam nanti, kamu jangan pulang terlambat. Harus tepat waktu, kita ada acara penting," kata Fara dengan tampang judes nan galaknya, kemudian perlahan raganya tertutup dibalik pintu.


***

"Oy, Ca!"

"Eh, hai mang Ogah!"

"Kok mang Ogah sih? Muka ganteng begini kok dikata kernet angkot," tanyanya heran, memang sudah biasa sih manusia satu ini memanggil aneh dirinya.

"Sebelas dua belas sih ka," ucapnya.

"Darimananya? Jauh kali."

"Iya sebelas dua belas kok. Tapi jarak sebelas ke dua belasnya itu jauuuuuuuuuuhhh banget."

Selepas mengungkapkan itu, Caca ngibrit lari ke kelas. Tak ingin menampakkan muka bodohnya ke Cakra.

Karena, meski Caca sudah merasa sangat salting pake banget, tapi pipinya tak memerah sama sekali. Makanya yang tersisa hanya tampang bodohnya.

Entah itu karena apa, terakhir kali Caca sering blushing waktu menengah pertama, oleh cowok tengik itu.

Sekarang, belum ada satupun cowok yang mampu bikin pipi Caca merah-merah delima pinokio.

Dikarenakan Caca berlari sambil sesekali menengok kebelakang, melihat Cakra yang membuntutinya dengan larian kecil sambil tersenyum manis.

Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang