32. Bermalam

286 66 101
                                    

"Gue gak tahu, getaran jantung ini sebuah kewajaran, atau perihal lain?"
-Adib gans.

***

Hari makin petang, namun dua sejoli ini masih sibuk menikmati ikan bakar yang rada hambar, tapi tetap kerasa enak banget karena lagi lapar.

Wajar sih, modal MSG bawaan Caca yang gak masuk akal tapi syukurnya berguna.

Lebih tepatnya Caca sih yang doyan banget, sewaktu ikan yang tak jadi diajak nikah sama Adib kelar dibakar, Caca langsung sigap memberikan bekalnya pada Adib dan mengambil alih ikan bakar yang nampak terus meledeki lidahnya untuk segera mencicipi.

"Eh Dib mau kemana?" tanya Caca saat melihat Adib bangkit dan mulai melangkah.

"Ke Rahmatullah." Suwer Adib jengkel banget sama Caca, emosi dan sedikit rasa kepedasan membuat tubuhnya makin gerah dan lengket.

Caca yang sudah menggerogoti tubuh ikan hingga tandas sisa tulang, memutuskan untuk mengikuti Adib sekalian cuci tangan, meski sedikit terpincang.

"Eh Dib heh beneran mau bunuh diri lo?!" Caca sontak mendekap salah satu tangan Adib setelah melihat Adib yang membuka kaos putihnya dan hendak meluncurkan diri ke air terjun.

Deg.

Adib memerah, pun begitu dia pria biasa yang penuh dosa. Mana mungkin berkontak fisik dengan lawan jenisnya tak berefek apapun.

F*ck for this girls! Batin Adib.

"Caca! Plis jangan bikin gue ngamuk sama lo?"

"Kok ngamuk, salah gue apa?"

Make nanya lagi!

"Lo nyusahin gue. Lo bikin tubuh gue kotor pake banget. Lo bikin gue laper. Lo bikin gue boyokan lo—

"Hushhh! Yang udah berlalu biarlah berlalu."

Memang ya, meladeni Caca itu sangat MENYEBALKAN!

Byurrr..

Kali ini Caca tahu Adib sedang apa tanpa menunggu jawaban Adib. Wah ide bagus juga buat berenang. Tapi kakinya agak sakit.

"Adib!!! Tangkep gue!" Tanpa menunggu persetujuan Adib Caca nyebur hingga mau tak mau Adib sigap dan untungnya Caca jatuh tepat dihadapannya.

Adib tertegun, gadis satu ini nampak begitu manis. Bibir tipis yang nampak pucat, hidung bangir yang bikin Adib pengin njawil, dan mata bundar yang berbinar.

Kini Adib tahu, Caca memanglah cewek bego. Terlihat dari tatapannya yang sangat polos, tiap Caca bertanya padanya ia pasti selalu menatapnya dengan tatapan kebodohan. Seolah ia orang yang tak tahu segalanya.

Tapi kalau dilihat dari cara berbicaranya Caca seperti cewek blangsak yang keselek toa masjid. Udah cerewet suaranya brisik banget lagi.

"Dib woy! Lo terpesona?" ucapan Caca refleks membuat Adib sadar.

"Ngapain lo loncat-loncat, udah tau kaki lo sakit. Sumpah lo bullshit banget tau gak!"

"Iih emang sakit. Ini salah lo! Pake renang segala kan gue jadi pengin!"

"Salah gue terus, cowok emang selalu aja salah."

"Iyalah kan emang adanya mas-salah, bukan mas-bener." Adib melepaskan Caca lalu berbalik dan melanjutkan renangnya.

Namun, Caca saudara kancil yang nyebelinnya kebangetan melompat dan kedua tangannya langsung terkunci di lehernya.

Caca kaget dengan raganya, bisa-bisanya bertingkah begitu. Masalahnya ini Adib telanjang dada loh.

Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang