22. Adib bercerita

291 68 45
                                    

"Sendiri itu menyenangkan, tapi tidak untuk berkepanjangan."

***

PLAAKKK!!

Caca merasakan nyeri dibagian pipinya. Yah, dirinya mungkin harus terbiasa dengan tamparan.

Rara memandang Caca dengan pandangan jijik, seolah ia melihat tumpukan bangkai didepan matanya.

"Kamu, malu-maluin keluarga, baru beberapa hari kamu disini, kamu udah bikin masalah! Di skors hah? Ga punya otak kamu sampai bertindak seperti itu hah?" teriak Rara kuat.

Rara tau tentang skors Caca di sekolah, begitupun masalah tadi. Dan hasilnya sudah Caca duga akan seperti ini.

"Kedatanganmu itu, cuma bikin susaahhh!!!!"

Caca terdiam dengan bulir bening yang dengan derasnya terus mengalir. Ingin sekali Caca berucap jikalau dirinya tak salah, dirinya tak mengerti apapun.

Namun, akankah ada seseorang yang percaya?

Ini keluarga barunya, lingkungan hidup barunya. Semua masih terasa asing bagi Caca begitupula mereka yang menerima kehadiran Caca, mana mungkin dengan mudah percaya?

Sahabatnya yang sudah 1 tahun bersama saja, enggan mempercayainya.

"Sudah, lebih baik kita antarkan saja gadis ini kepada wanita jalang itu! Dan kau Tomy, ambil paksa uang pembelian anak ini dari wanita itu!" ucap Rara tegas.

"Tapi—

"Uang apa bu?" Dita memotong kalimat Tomy dengan cepat.

Rara mendekati Dita dengan perlahan, matanya menusuk tajam tepat di netra Dita, "Kamu pikir saya tidak tahu?! Kamu kan yang menyuruh anak saya membeli gadis ini? Dengan tawaran yang sangat tidak jelas?!"

"E-enggak bu, Dit—

"Kalau Adib dan gadis sialan ini dijodohkan, yang berarti menjadi menantumu alias anakmu juga, maka hutang yang dimiliki janda sialan itu akan lunas, dan bahkan dia akan diberi  uang lebih, kan?!" Rara mencengkram rahang Dita membuat Tomy lekas melerainya.

"Tomy bu, bukan Dita yang minta!" bela Tomy.

Caca tersenyum miris, lihatlah dirinya mampu membuat sebuah keluarga berantakan.

"CACA YANG SALAH!"

"Kehadiran Caca itu, sumber masalah kalian. Jadi, Caca mohon maaf sebesar-besarnya. Terimakasih untuk beberapa hari lalu, terimakasih sudah memberitahu Caca kalau Caca bukan anak kandung ibu Fara, Caca permisi." Caca berbalik badan dan mendapati Adib dibelakangnya tengah menatap datar dirinya, selanjutnya Caca melangkah perlahan menuju pintu.

Namun, sebuah tangan mencekalnya kuat. Caca sedikit terkejut hingga saat berbalik, ia melihat mama Dita dengan mata berair mentapnya sendu, "Jangan tinggalin mama, lagi."

Caca yang tengah menahan isak tangisnya mengerutkan dahi bingung, "Mama, Caca disini cuman beban, gak papa kok, Caca juga disini cuma menantu dadakan, Caca pamit mama," ucap Caca sedikit bergetar.

"ENGGAKK, kamu anak mama, kamu Oryza anak mama!!!!" teriak Dita histeris sembari menarik-narik tangan Caca brutal. Caca meringis sakit, dahinya kian mengerut bingung.

Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang