4. Bisikan Ibu

565 185 199
                                    

"Bisikan ibu lebih ngeri dari bisikan tetangga."
-Caca jodohnya Jaemin.

***


"Hai!"

Waduh, pagi-pagi begini sudah dapat say hi dari cowok yang teramat tampan.

"Hai," balas Caca lesu.

"Tumben lesu gitu?" tanyanya.

Caca menatap lawan bicaranya sebentar, lalu "Gimana gak lesu, pagi buta gini uang jajan udah kepotong."

"Apapun cerita lo, gue denger." Cakra menatap Caca mantap, kalau begini jantung Caca gak akan berhenti senam dibuatnya.

"Kemarin ada DIKIT masalah, terus gue nitipin motor ke bengkel, niatnya tuh cuma mau dititipin doang. Taunya pagi tadi pas ngambil ternyata sama akangnya diservis beneran. Dompet gue langsung ingusan dengernya."

"Salah siapa lo gak ngomong di titip doang."

"Kegugupan ka." Jawab Caca seadanya, kebetulan ternyata udah sampai didepan kelas Caca.

Caca memang terbilang dekat dengan Cakra. Sekitar pertengahan kelas sepuluh Cakra mulai memepetinya. Entah karena apa alasannya Caca tak tahu.

Yang jelas menurut Caca, Cakra mendekatinya karena Caca mirip Camila Cabello, alias cuantekk.

Kalau ditanya soal perasaan Caca ke Cakra, tentu bukan hanya sekadar menganggap teman. Caca sudah naksir berat ke cowok manis bin tampan ini. Namun, Caca selalu enggan menerima pernyataan cinta dari cowok ini.

Pasalnya setiap Cakra menyatakan cinta, pas Caca lagi makan dikantin, lagi minum, lagi dihukum pelajaran, lagi nahan kencing, terutama pas lagi jalan ke kamar mandi, maka Cakra akan teriak sekenceng mungkin kalau ia suka sama Caca, bikin Caca makin ngibrit agar segera mengeluarkan isi dari kandung kemihnya.

Maka dari itu, Caca pikir Cakra tak pernah serius soal rasa padanya.

"Woy Ca, malah mgelamun. Udah nanti kalau mau jajan dikantin gue bayarin deh biar gak lesu gitu."

Kalau begini kan Caca langsung sumringah.

"Serius ka?! Uluh-uluhh baik sekali ka Cak—

Ehemm...

Plis, jangan bilang dia lagi!

"Ehemm.. Minggir," ucap Adib. Iya, Adib lagi, Adib lagi.

"Lo i—

Ucapan Caca terputus kala netranya menangkap tatapan dendam yang diberikan Adib. Pun gimana, kemarin ia habis bikin anak orang yang baru menolongnya itu bonyok.

Dan, belum minta maaf.

Caca otomatis meminggirkan diri, tangan nakalnya yang tak sadar malah menggenggam tangan Cakra dan dibawa minggir pula, menjejerinya.

Cakra tersenyum, ia tahu ada kemajuan dalam hubungannya. Satu langkah lagi, maka kelar urusannya.

"Hehe mau lewat ya silakan...."

Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang