***
"Lo gak ada niatan menyingkir dari dada hot gue?!" ungkap Adib datar nan jutek setelah menelan keheningan beberapa menit, berat coy.
Caca terhenyak, dengan sigap dirinya bangkit dari atas Adib dengan pipi yang merah-merah delima. Ya Allah, Caca malu.
"Lo..." ucap Adib menggantung membuat Caca menautkan alis heran.
"Gatel," lanjutnya.
"Anjing," balas Caca singkat, padat, dan sudah cukup lah bikin Adib menjadi sangat pengen nyekek Caca saat itu juga.
"Gue gak suka cewe kasar," sahut Adib.
"Gue, gak nanya. Mau lo suka kek, enggak kek!" Caca melirik Adib sinis.
Iya juga, batin Adib.
"Lagian tipe gue juga yang gak punya sawan ehem kok," lanjut Caca kemudian beranjak pergi ke sofa.
Mereka memang sudah membuat keputusan, kalau mereka tidur berpisah dan akan seranjang bila mata Dita mengawasi saja.
Sedikit tak rela karena Caca harus menerima kenyataan setiap pagi punggungnya encok akibat tidur di sofa. Tapi itu lebih baik timbang tiba-tiba Caca bunting tak terduga.
"Maksud lo?!" Alis Adib bergelombang, bingung akan kalimat yang terlontar dari mulut mungil Caca, sawan ehem? Sungguh, Adib tak paham.
"Ya elo, eham ehem gak jelas anjiirr, lu pikir eham ehem bikin lu cool? Enggak, kek kena sawan bwahahahaa!" Caca tertawa lepas, ditambah ekspresi Adib yang nampak ternista itu membuat Caca makin mencengkram perutnya akibat pegal ketawa terus.
"Tapi gue ganteng, kan?" Seketika Caca terdiam. Sementara Adib, tetap saja bertampang jutek, minta digeprek memang.
"Pede kali anzaaayyy!!" ucap Caca lantang namun sangat disayangkan kepalanya mengangguk. Sangat pergi blokir, bukan?
Arrgggh, padahal bibir Caca sudah semaksimal mungkin untuk berbohong, kenapa kepalanya tak bisa diajak konspirasi?
"Mmm, gue mau tidur bye!" Caca salah tingkah sendiri dibuatnya, dan kemudian memutuskan untuk pergi kealam mimpi.
***
Caca rasa, hidupnya akan makin banyak drama, terbukti pagi buta Caca sudah kena omel lagi oleh nyai Rara, ditambah lagi dirinya yang entah kenapa sedang tidak beres.
Seperti menyapu, bukannya dengan sapu malah memakai cikrak, mencuci piring di mesin cuci yang berakhir selusin piring dan beberapa gelas hancur.
Dan kini, dirinya tengah mengolesi roti tawar dengan close up warna hijau.
"Goblok!" Caca terkejut, sapaan pagi hari yang sangat wow itu dengan sopannya masuk ke gendang telinga Caca, kira-kira siapa pelakuannya wahai bunda-bunda sekalian?
Ahh, sudah tertebak kalau itu...
Adib Johnson, suami jadi-jadian Caca yang sudah rapih memakai seragam kebangsat— ups, maksudnya kebangsaan SMA Wira Jaya.
"Pantes eyang benci lo, lo gobloknya emang ga nanggung." Astaga, sungguh nylekit, Caca butuh ke psikiater takut-takut psikisnya bakal terganggu, akibat kalimat yang dilontarkan Adib.
"Lo budek apa gimana, sih?" Adib kembali bertanya dengan nada naik satu oktaf, kala netranya masih mendapati kegiatan Caca yang tak beres itu tak kunjung berhenti, sebelum Rara mengamuk lebih baik Adib hentikan kegoblokkan stadium 4 yang Caca punya, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)
Roman pour Adolescents[TIDAK USAH DIBACA, CERITA BERANTAKAN DAN TIDAK DILANJUTKAN!!!] Kenapa gue tiba-tiba ngerasa jatuh cinta? Tapi, pada siapa? *** "Why did i suddenly falling love?" tanya Caca pada diri sendiri. Sebenarnya ia bisa saja mengungkapkan kalimat itu dengan...