25. Rooftop

250 68 64
                                    

"Ingus itu hal menyebalkan nomor dua setelah matematika."
-Ca(milla Cabello)

***

Pagi ini Caca sudah bersiap dengan seragamnya. Masa skors nya sudah berakhir dan kini dirinya harus siap ke sekolah, meskipun nanti dia akan seseorang diri di kelas.

Caca menuruni tangga santai, hingga tiba di meja makan, tatapan sinis dari Rara yang diterimanya. Entah salah apalagi dirinya kini.

"Sudah kaya tuan rumah saja. Padahal disini cuman numpang," monolog Rara, tapi Caca tahu itu ditujukan pada dirinya.

Caca memberanikan dirinya kali ini, tak mengindahkan ucapan Rara dan duduk disebelah mama Dita lalu meminum susu dihadapannya.

Rara berdecih pelan, jika saja Tomy tak mengatakan sesuatu kemarin, Rara sudah pasti menampar Caca karena tak menggubrisnya.

Adib datang dan duduk tepat di sebelah Caca yang kosong. Melahap roti yang telah diolesi mentega banyak dengan khidmat. Caca mengernyit heran, kemudian mendekatkan dirinya pada Adib.

"Enak, kah?" bisiknya.

Adib hanya melirik kemudian mengangguk. Hal itu membuat Caca menirukan gaya Adib, namun lidahnya menolak itu dan refleks memuntahkannya di meja makan.

Rara mendelik tajam, "KAMU! JOROK BANGET MENGGANGGU—"

"Bu..." Tomy menatap ibunya tajam, ia sudah bilang supaya ibunya ini tak terlalu mempermasalahkan apapun tentang Caca, jika tidak ia akan menyuruh ibunya itu untuk lekas kembali ke Jogja.

Caca tahu diri, dengan segera membersihkan kotoran akibat ulahnya dan bergegas keluar rumah setelah menyalimi semuanya.

Didepan rumah Caca bingung, dirinya tak memiliki kendaraan untuk ke sekolah. "Semoga ada sugar daddy ngasih tumpangan," harap Caca.

"Kalau naik bus, duit jajan gue kepotong, idol gue udah comeback harus rajin menabung. Cerita di wattpad kemarin mau terbit, gue kudu hemat dan nyari asupan duit lebih banyak lagi!" ucap Caca tegas.

"Ntar malem gue kudu dinas."

AAAAAKKK...

Caca berteriak kaget tatkala kepalanya terpasang sesuatu yang berat, ia menoleh kebelakang dan mendapati Adib yang kini tengah memasang helm pada dirinya sendiri.

Helm kok berat ya, kaya masalah idup aje. Batin Caca.

"Lo—"

Lagi-lagi Adib mengangkat tubuh Caca keatas jok motor. Caca tidak memberontak malah dirinya kesenangan, sembari tersenyum manis Caca berujar, "Makasih om."

***

Bel istirahat pertama berbunyi, seperti dugaan dirinya dijauhi oleh semua teman-temannya.

Gathan yang berada disampingnya pun hanya mengajaknya bicara beberapa kali saja.

"Lo, mau ke kantin?" tanya Gathan.

"Mau, sama l—"

"Sendiri ya, gue sibuk," sahut Gathan memudarkan senyum yang sempat terbit di bibir Caca.

Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang