9. Maghrib with Dita Karang (KW)

509 154 95
                                    

***

Sabarkan Caca, Tuhan.

Manusia imut, punya kesabaran yang besar. Jadi Caca harus sabar.

Sudah cukup omong kosong dengan bagong ini. Sandekala gini setan ikutan nimbrung ngerusuhin, nanti gak kelar-kelar jadinya.

Caca memilih bangkit sendiri lalu menghempaskan tangan Adib kasar, dan akhirnya menaiki motornya lalu manancap gas alias ngebut padahal kecepatan 50km/jam.

Begitu, sudah bisa dikata ngebut, kan?

Barulah sampai tengah jalan ia rem mendadak, untungnya jalanan sepi, sesepi hati para pembaca kisah Caca.

Menoleh kebelakang namun tak mendapati sosok bagong bernama Adib.

Sialan, mana manusia resek itu!

Caca baru ingat, ia akan pergi kerumah tante Dita, eh palah dirinya ngebut padahal tak tahu arah jalan.

Sementara Adib, kini tengah kebingungan mencari Caca yang entah ada dimana, tadi didepan parkiran sekolah ia kedatangan sosok istimewa dalam hatinya.

Dia, kekasih Adib yang kemarin baru dihempaskannya. Akibat rengekan mamahnya untuk menerima perjodohan dengan anak kadal, jadilah ia memutuskan kekasihnya secara sepihak.

Kedatangan cewek ini membuat Adib risau, pasalnya hatinya masih sepenuhnya milik cewek itu. Takutnya, ia jadi bimbang dan memilih kembali dengan kekasihnya, maka kiamat lah hidupnya.

Mama Dita pasti akan ngamuk besar, dan kekasihnya bisa jadi imbas bahan ghibahan.

Maka dari itu, Adib hanya berhenti sebentar, tanpa turun dari motornya ia berujar dengan datarnya, "Pergi dari hidup gue. Gue udah gak cinta sama lo."

Setelahnya Adib melaju pergi, pikirannya bercabang. Satu memikirkan kekasih— ups, mantan kekasih dirinya.

Satu lagi mikir anak kadal lari kemana. Jika ditanya kenapa Adib mau-maunya memikirkan keberadaan Caca maka jawabannya hanya satu.

Mama Dita.

Kalau ia sampai menapakkan kakinya dirumah tanpa si anak kadal, habislah riwayatnya.

Tiba-tiba netranya menangkap sosok yang amat menyebalkan dihidupnya— tengah berhenti ditengah jalanan yang syukurnya tengah lenggang ini. Kalau rame, tentu anak kadal ini tinggal nama.

Tin! Tin!

Sedangkan Caca terkejut melihat sebuah ninja dengan pengemudi mengenakan helm kayak mau maling alias fullface binti rapet— yang ternyata si bagong Adib.

"Darimana aja lo?!" semprot Caca sebal.

"Gue yang harusnya nanya. Kan lo yang harus ikutin gue," jawab Adib santai macam di pantai.

"Ya kan gua lupa." Caca menghidupkan mesin motor bebek berwarna fusion magenta yang bernama pinky.

"Follow me!" Lalu Adib menjalankan motor lebih dulu, dengan kecepatan sedang.

"Follow naon huuaaaa?! Eh bentar, kalo di instagram follow itu ikuti. Jadi, gue disuruh ngikutin bagong dong?" monolog Caca, menghendikkan bahu lantas menyusul Adib, si bagong calon husbie-nya.

***

"Jamber?!"

"Kita pulang sekolah tante, bukan dari Jember!" elak Caca.

Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang