"Kenapa diantara tiga pilihan, gue harus pilih salah satu?"
***
Caca tengah menunggu seseorang dipagi ini. Menyesal ia telah berangkat sepagi buta kalau ternyata orang yang ditunggu ini ngaretnya sialan banget.
Padahal Caca berangkat pukul 06.15, tapi sampai sekarang pukul 06.45 orang itu tak kunjung menampakkan sehelai rambutnya.
"Ca, lo bengis?"
Tuhan, tolong sabarkan Caca.
"Ndasmu. Diem aja deh lo, Mir!" Dasar Mira, bikin Caca pengin ngasih taik kebo saja.
"Ya abis lo kek risau, nunggu siapa lo? Ajal?!" tanyanya sekali lagi.
"Brisik deh lo Mir! Tak sumpel lambemu!"
"Pake apa? Kalo bibir Taehyung lahir batin gue ikhlaaasss be ge te!!!" Mira malah kegirangan banget kalau soalan begitu.
Caca tak mengindahkan ucapan Mira, terus menatap kearah pintu kelas berharap orang itu segera datang sebelum bel.
"Ca lo tau gak? Itu ada murid—
"Gak!!" Semprot Caca keras, palingan Mira akan memberitahu hal tak berfaedah.
"Yeee, ini itu pentiiingg be ge te! Dengerin nih, di kelas kita bakalan ada—
Belum sempat Mira menyelesaikan perkataannya yang berisi kabar hot ini, Caca sudah minggat duluan, melengos meninggalkan dirinya yang tengah melompong no jaim.
Sementara Caca lantas menggerek orang itu, yang sedari tadi ditunggunya. Untungnya masih ada sedikit waktu untuk membicarakan hal penting dengan orang itu.
Orang itu, yang barusan hendak merekatkan telapak kakinya pada lantai kelas pun hanya terbingung, tapi dirinya gak mengelak sedikitpun.
Sampai akhirnya mereka menapakkan kakinya ditaman belakang yang cukup sepi, sangat sepi malahan.
Sebenernya Caca takut untuk membawa orang itu kesini, tepatnya dibawah pohon mangga yang kaya akan semut merah menyala. Tapi ia rasa, ini yang paling pas.
"Secara jelasnya, gue cuma mau bilang, gue menolak dengan keras perihal kemarin. Dan gue juga mau, lo begitu," terang Caca keintinya.
"Gak," balasnya.
"KENAPA WOEY!!" Caca berteriak tepat dihadapan mukanya, semoga aja napasnya bau kasturi.
Mengendikkan bahu lalu berujar, "Yang jelas, kita harus setuju."
"Gak, gak bisa gitu dong. Itu kan harus berdasar dua keputusan, dan gue gak mau, gak bakalan!" final Caca, yang tak diindahkan.
"Emang lo sepenting apa? Sampe kita butuh keputusan menurut opini lo?"
"Lo ya, resek banget sih jadi orang! Kenapa juga lo harus setuju sama hal itu? Lo, suka sama gue?" Caca melirihkan kalimat terakhirnya.
"Gak! Perlu lo inget, kemarin lo belum kasih imbalan ke gue. Jadi, ini imbalan yang gue mau, lo nerima perjodohan ini. Harus!" Setelah itu, Adib pergi melenggang meninggalkan Caca yang lagi baca niat buat nonjok muka Adib, eh malah minggat duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Suddenly Falling Love? (Tidak Dilanjutkan)
Teen Fiction[TIDAK USAH DIBACA, CERITA BERANTAKAN DAN TIDAK DILANJUTKAN!!!] Kenapa gue tiba-tiba ngerasa jatuh cinta? Tapi, pada siapa? *** "Why did i suddenly falling love?" tanya Caca pada diri sendiri. Sebenarnya ia bisa saja mengungkapkan kalimat itu dengan...