Extra Chapter

23.3K 1.3K 31
                                    

Hal yang paling Lou sukai ketika ia pulang ke rumah adalah melihat istrinya yang sudah menunggunya, selama satu tahun pernikahan mereka, istrinya tak pernah absen untuk menyambutnya dan melepaskan dasinya.

Pernah sekali Lou melepas dasinya sendiri dan istrinya itu marah kemudian meminta Lou untuk memakai kembali dasinya dan pergi ke kantor lalu pulang agar ia bisa membuka dasinya untuk Lou.

Tapi hari ini sedikit berbeda, Lou tidak melihat Kartyva menyambutnya.

Istrinya juga tak ada di meja makan. Hanya ada para pelayan yang menyambutnya.

Aneh.

Ke mana istrinya?

Tanpa berpikir panjang Lou bergegas naik ke lantai dua untuk mencari istrinya di kamar.

Dahinya semakin berkerut begitu ia membuka pintu kamar karena tidak ada satu pun lampu yang hidup dan ia baru menyadari jika sepanjang koridor lantai dua juga cukup remang.

"Tilie?" panggil Lou berusaha untuk menekan saklar untuk menghidupkan lampu. "Sayang aku pula–"

Lou tergelak menggantung ucapannya sendiri begitu berhasil menyalakan lampu kamarnya.

"Can you help me, Louive?" sambut Kartyva menghampiri suaminya dengan tangan nakalnya yanf melingkari leher Lou, mengusap kepala belakang pria itu dengan sensual, sengaja menggodanya.

"Wow, surprise?"

Wajah Lou menghangat melihat apa yang sedang istrinya pakai, lingerie berwarna putih lengkap dengan garter belt dan stocking. Kartyva tau betul jika ini adalah warna putih, favorite Lou.

Ya, di antara semua lingerie milik istrinya, Lou paling menyukai lingerie berwarna putih.

Sejak menikah istrinya itu memang mengoleksi banyak lingerie dan jangan ditanya dari mana ia mendapatkan semua lingerie itu, tentunya ini semua ide gila Abbey, ibunya.

"Kamu diam saja? Tidak ingin membantuku?" Kartyva masih menikmati ekspresi Lou, mata pria itu bahkan tak berkedip untuk sedetik pun.

Dengan cekatan ia melepaskan jas milik Lou, melemparnya asal kemudian melepas simpul dasi Lou, membiarkannya tergantung di leher Lou dengan kancing kemeja pria itu yang terbuka menampakkan sebagian dada Lou.

"Sebaiknya besok kamu tidak mengeluh sayang." Tak tahan dengan semua godaan yang dilayangkan istrinya, Lou menarik pinggang Kartyva, merapatkan tubuh itu sehingga istrinya bisa merasakan milik Lou yang langsung bereaksi ketika melihat Kartyva. "Sepertinya makan malam bisa menunggu, karena ini lebih penting."

Lou tersenyum kecil sebelum memiringkan wajahnya untuk menyatukan bibir mereka, memangutnya dengan gerakkan yang pelan tanpa menggebu seolah menikmati setiap detiknya. Bibir itu selalu terasa manis di mulut Lou. Ia tidak pernah bosan mencium istrinya, jika saja istrinya tidak memerlukan jeda untuk bernafas mungkin ia tidak akan berhenti.

Sebelah tangan Lou menekan tengkuk istrinya, memperdalam pangutan mereka dan tangan yang lain ia gunakkan untuk mengusap punggung istrinya dengan sensual sebelum berpindah meremas bokongnya.

Satu tahun menikah dengan Lou membuat Kartyva sedikit lebih ahli dan mengerti apa yang Lou inginkan, terbukti ketika ia mulai menggoda Lou dengan menciumi leher pria itu serta membuka kancing kemejanya, tak lupa jari-jari itu sengaja menyentuh kulit Lou.

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang