36.

19.9K 1.5K 60
                                    

          Sudah hampir satu jam Kartyva memperhatikan tubuhnya sendiri dari pantulan cermin. Perempuan itu berdiri di depan cermin kamarnya dengan hanya menggunakan bra dan celana dalam, memperhatikan perutnya yang sedikit membuncit.

Tangannya tak hentinya mengusap perut itu dengan heran. Kartyva memang merasa jika ia makan dengan sangat lahap dan banyak, tepatnya ia selalu makan dengan porsi yang banyak tetapi baru kali ini perutnya membuncit. Ia sendiri tidak tau apa yang ia makan sampai sebuncit ini.

"What happened?" telapak tangan hangat melingkar pada perut Kartyva yang sedikit buncit, kulitnya bersentuhan langsung dengan tangan hangat dan besar milik Lou, oh astaga ia sangat menyukainya.

Kartyva menggenggam tangan Lou yang ada di perutnya tanpa mengalihkan tatapannya dari cermin. Pria itu menumpukan dagunya pada bahu Kartyva. "If I tell you, you have to promise not to laugh."

Senyum tipis Lou semakin membuat Kartyva yakin jika Lou akan tertawa setelah mendengar ini.

"Just spill it," ujar Lou memberi kecupan kecil pada bahu terbuka Kartyva. Berdiri tanpa menggunakan pakaian di depan Lou seharusnya membuat Kartyva malu tetapi karena ia sudah terlalu sering seperti ini, rasa malu itu seakan hilang begitu saja.

Sekarang Kartyva tidak tahu malu, dengan perut buncitnya.

"Lihatlah perutku sedikit buncit, sepertinya aku menggemuk," kerutan halus tak lepas dari dahi Kartyva, menandakan perempuan itu heran akan perubahan bentuk tubuhnya sendiri.

Benar bukan dugaan Kartyva? Lou tertawa, meski tawa kecil tetapi pria itu tertawa.

"Jika diperhatikan perutmu memang sedikit membesar," terlihat dari pantulan cermin, Kartyva memanyunkan bibirnya, "Tetapi tidak masalah, setidaknya payudaramu juga ikut membesar."

Lou mengeluarkan smirk nakalnya dan itu bisa dilihat oleh Kartyva melalui pantulan cermin. Segera ia membalikkan badannya menghadap Lou dan menyipitkan matanya, "Aku tau kau sedang menggodaku Sir, tetapi perkataanmu barusan terlalu frontal!"

"Berdiri tanpa mengenakan pakaian di depanku apa itu tidak terlalu frontal, Tilie?"

"Ow, kau berusaha untuk menyalahkanku! Bukankah ini kamarku? Kenapa kau masuk ke dalam sini tanpa permisi dan memelukku dari belakang?"

"Karena ini rumahku dan karena aku menginginkanmu." Jarak keduanya semakin mendekat sehingga Lou bisa dengan mudah melingkarkan tangannya lagi seolah memeluk.

Kartyva memang bodoh, sangat bodoh. Tidak ada satu hari tanpa kebodohannya. "Menginginkanku? Menginginkan apa..." suaranya perlahan terdengar parau, ia gugup.

"Silly Tilie," bisik Lou kecil, meniup daun telinganya sebelum dengan gerakkan cepat membawa tubuh Kartyva seperti karung beras di atas pundaknya. Pria itu menjatuhkan Kartyva di atas ranjang.

"Apa Earby sudah tidur?" tanya Lou berada di atas Kartyva dengan lengan yang menahan beban tubuhnya agar tidak menghimpit perempuan itu.

Anggukan Kartyva tentu membuat Lou sangat senang. "Heem, dia ada di kamarnya."

"Tidak ada yang akan menganggu." Perlahan pria itu membuka kancing kemejanya hingga sesekali kulit mereka bersentuhan. Harus Kartyva akui, ini adalah hal yang paling ia sukai, ketika kulit Lou bersentuhan dengannya.

"Menganggu apa?" satu alis Kartyva mengangkat, pandangannya tak luput dari Lou.

"Mengangguku."

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang