19.

19.6K 1.4K 57
                                    

Chance menatap Lou tak habis pikir, "Have you lost your mind, brother?"

Bagaimana tidak? Kaki Chance rasanya lemas ketika melihat kakaknya yang sangat pintar itu membawa Kartyva—temannya ke rumah.

"Kita akan membicarakan ini nanti, semua orang sudah menunggu, okay?" bujuk Lou dengan tenang.

Tangan Lou terangkat pelan menyentuh kepala adiknya tetapi dengan cepat Chance menepisnya. "Tidak! Astaga, Ya Tuhan, bukankah aku bilang kalau Kartyva tidak mengetahui bahwa kau adalah saudaraku?"

"Kalau begitu kau harus memberitahunya malam ini." Solusi yang Lou berikan justru semakin menyulut amarahnya.

"What? Kau berbicara semudah peliharaanku menerkam dirimu!" Menghela nafas gusar, "Lou aku memintamu untuk merahasiakannya tetapi kau malah membawanya kemari."

"Aku terpaksa, biar aku yang berbicara dengan Tilie, nanti."

***

"Aku yang memaksanya sendiri, kau harus makan yang banyak jika tidak maka aku akan sangat tersinggung." Ibunya Lou antusias sambil memenuhi piring Kartyva dengan makanan.

Kartyva sendiri duduk di antara Abbey dan Lou, di hadapannya ada More dan Chance yang sesekali menatapnya.

Sejujurnya dalam posisi ini Kartyva sedikit canggung dan merasa bersalah terutama ketika keluarga Lou memperlakukannya dengan sangat baik.

Meski ia masih terkejut dengan kehadiran Chance dan More di sini, mereka adalah saudara Lou.

"Mommy jangan berbicara seperti itu, dia akan menelan piringnya juga," canda More membuat Lou menatap adiknya itu penasaran.

"Kau mengenalnya?" tanya Lou kepada More.

More memang jahil dan suka bercanda tetapi ia tidak akan melakukan itu kepada orang yang tidak ia kenal atau baru ia kenal.

"Dia temanku dan Chance, ya kan Kartyva?" Mereka memang saling mengenal dan sempat berteman baik sebelum akhirnya lost contact, hanya Chance yang masih berhubungan baik dengan Kartyva.

"Aku iri karena Arlington memiliki calon menantu," celutuk Edward, pamannya Lou sambil mencuri pandang ke arah putrinya—Sydney.

Acara makan malam berlangsung dengan baik, atau tepatnya Lou sudah merencanakan dan menskenario semuanya dengan baik tetapi Kartyva masih tidak menyangka jika Lou sangat pandai berbohong karena ekspresi pria itu sangat meyakinkan.

Sebenarnya untuk apa Lou membohongi keluarganya sendiri? Kartyva tidak mengerti.

Bbagaimana jika mereka menyadari jika Kartyva dan Lou sedang berpura-pura?

"Harvor kau harus segera menyusul kakakmu, sejak kecil kau selalu mengikuti jejak Luigene sampai-sampai kau juga mengikutinya melajang," cecar Edward melihat kedekatan Luigene dan keponakannya itu.

"Dan kau Luigene, keponakanmu sudah akan menikah tetapi kau masih melajang?"

"Apa kau lupa jika kau juga masih lajang Edward?" celutuk Shaleeya yang tak lain tak bukan bibinya Lou.

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang