25.

21K 1.5K 77
                                    

"My mother's waiting for you," ujar Chance membuyarkan lamunan Kartyva, "Dia ada di taman belakang dekat kamar Lou, aku yakin kau tau di mana kamar Lou."

"Ada apa?"

Chance mengedikkan bahunya tak acuh, "Aku tidak tau, mungkin dia ingin membicarakan sesuatu denganmu."

Saat itu juga Kartyva langsung merapikan pakaiannya dan pergi untuk menemui ibunya Lou, sesuai dengan arahan yang Chance berikan.

Di dalam perjalanan, langkahnya terhenti tepat di depan kamar Lou. Rasanya ia ingin mengetuk pintu itu atau jika bisa mendobraknya. Sudah sejak pagi Kartyva tidak bertemu dengan Lou.

Pria itu seolah menghindarinya. Seberapa keras usaha Kartyva untuk menemuinya, usahanya tidak membuahkan hasil. Pria itu benar-benar menelantarkannya setelah membawanya kemari, entah apa yang terjadi tetapi Kartyva tidak boleh kehilangan 10.000 dollarnya.

Kartyva menghentakkan kakinya sengaja sebelum kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Ketika ia sampai di taman belakang, ia bisa melihat ibunya Lou dan Harvor di sana, seolah mereka memang sengaja menunggunya karena begitu Kartyva tiba, mereka langsung menyadari kehadirannya.

"Aunt—"

"Bukankah aku sudah bilang untuk memanggilku mommy saja?" potong Abbey, ibunya Lou meraih lengan Kartyva untuk membawanya duduk.

"Duduklah, aku aku ingin memperlihatkanmu sesuatu."

Kartyva hanya tersenyum semanis mungkin, sebenarnya ia sedikit kesal mendengar nama Lou. Kenapa Lou tidak bisa seramah ibunya atau adik-adiknya? Setidaknya seperti More atau Harvor.

"Ini foto-foto Lou saat kecil," Abbey membuka sebuah album berukuran besar yang sudah ada di sana sebelum Kartyva datang.

Meski Kartyva masih tersulut oleh kekesalan, ia tetap antusias ketika melihat foto-foto itu. Mulai dari Lou lahir, belajar merangkak, makan, masuk sekolah, bahkan foto Lou ketika membuka perusahaan pertamanya.

"Mommy menyimpan semuanya?" Sejujurnya ia sedikit iri karena Lou memiliki begitu banyak foto, sedangkan dirinya hanya memiliki satu foto yang ia simpan di dalam dompet.

"Aku senang mendokumentasikan semua apa yang mereka lakukan."

Astaga apa Kartyva boleh iri? Ia juga ingin memiliki foto sebanyak ini dan... ibu yang menyayanginya seperti ibunya Chance.

Menyadari ekspresi Kartyva, Abbey mengeluarkan kamera yang sudah ia persiapkan sebelumnya. "Kamu ingin berfoto dengan mommy?"

Tentu! Oh astaga...

Ia tidak mungkin menolak.

Awalnya Kartyva dan Abbey foto berdua selayaknya ibu dan anak yang terlihat sangat dekat, selanjutnya Abbey memotret Kartyva sendirian.

"Mommy akan mencucinya dan memberikannya kepadamu juga," seru Abbey melihat Kartyva yang terlihat antusias memandangi foto-foto dari kamera miliknya.

Ujung bibir Abbey tertarik memperhatikan perempuan itu. "Kartyva, kamu tau? Sejak awal aku sudah menyukaimu dan saat aku tau kau bersama putraku," Abbey menjeda, menggenggam tangan Kartyva lembut, "Jujur aku tidak memiliki alasan untuk menolakmu."

Perlahan senyum pada wajah Kartyva memudar, perkataan Abbey justru melukainya. Ibunya Lou sangat baik kepadanya, sedangkan...

Ia dan Lou membohonginya, ia membohongi semua orang dengan berpura-pura menjadi kekasih Lou.

Bagaimana Kartyva bisa membohongi seseorang yang begitu baik?

Kartyva tidak ingin keadaannya semakin canggung sehingga ia berusaha mengalihkan perhatian Abbey. Satu-satunya cara adalah kembali melihat foto-foto kecil milik Lou.

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang