Extra Chapter

29.9K 1.4K 45
                                    

          "Istrimu sedang mengandung." Arlington menegakkan tubuhnya sekilas menatap ke arah Kartyva yang berada di meja makan, sedang tertawa bersama Abbey.

Menantunya itu memang sangat dekat dengan Abbey karena Abbey sangat menyukai anak perempuan sedangkan anak perempuan satu-satunya yang mereka miliki tidak bisa diatur dan memiliki sifat yang keras seperti kakak-kakaknya.

Oleh sebab itu ketika Kartyva menikah dengan putra pertamanya, Abbey sangat senang dan mereka tidak memerlukan waktu yang lama untuk dekat. Hampir setiap hari Abbey mengunjungi Kartyva, entah untuk mendandaninya, mengajaknya pergi belanja dan sebagainya. Lou dan Arlington terkadang sampai harus memisahkan mereka dengan sedikit paksaan karena kedekatan Abbey dan Kartyva terkadang secara tidak langsung menjadikan mereka, suami-suami yang kurang belaian.

"Belum?" Sebelah alis Lou terangkat, berusaha untuk terlihat tenang. Ia sedikit terkejut karena ayahnya menyinggung hal ini, apa Arlington sedang meminta cucu kepadanya?

Arlington berdehem kecil, mengambil koran untuk menjadikannya properti, pembicaraan ini akan terasa canggung untuknya dan Lou. "Aku memberitahumu, istrimu sedang mengandung."

Lou jelas bingung dengan apa yang Arlington maksud karena Kartyva tidak sedang mengandung. "Dia tidak sedang mengandung dad."

"Kalian sudah periksa ke dokter? Besok daddy akan menyuruh dokter keluarga untuk memeriksanya."

Lou semakin heran kenapa ayahnya begitu bersikeras, apa Arlington sudah sangat menginginkan cucu?

"Aku tidak mengerti, dari mana kau bisa tau jika istriku sedang hamil?" Sekilas pandangan Lou terarah kepada Kartyva, jangan sampai Kartyva mendengar pembicaraan mereka. "Aku rasa Tilie juga tidak tau jika dia sedang hamil."

Bagaimana mungkin ayahnya itu mengetahui bahwa istrinya sedang mengandung di saat ia dan Kartyva sendiri tidak tau jika Kartyva sedang mengandung.

"Suami yang payah, bagaimana kau bisa tidak menyadari kehamilan istrimu sendiri?" Mungkin ini saatnya Arlington memamerkan kemampuan dan bakat terpendamnya. "Aku sudah memiliki enam anak, perubahan kontras istrimu tentu aku bisa menyadarinya dengan mudah."

Arlington menaruh koran yang ia pegang dan mendekatkan tubuhnya untuk berbisik. "Gelagat istrimu persis seperti ibumu ketika mengandungmu."

Lou sangat jarang berekspresi ketika berbicara dengan ayahnya sendiri dan sekarang wajahnya terlihat seperti kancil bodoh yang kebingungan.

"Jadi... istriku sedang hamil?" Lou bingung apa ia harus senang atau bagaimana?

Tentu ia senang jika Kartyva benar hamil tapi jika dugaan Arlington salah, maka itu akan membuatnya sedih karena sudah berharap bukan?

"How stupid my son," ungkap Arlington dari lubuk hatinya yang paling dalam. "Jika tebakkanku salah maka 30% saham perusahaanku akan jatuh ke tanganmu."

30 persen.

Sepertinya Lou tidak akan mendapatkan 30 persen itu karena perkataan Arlington kemarin terbukti benar. Lou tidak berbohong, ia sangat senang bahkan istrinya tak kunjung berhenti menangis saat mengetahui ia sedang mengandung.

Bagaimana mereka berdua tidak menyadarinya sedangkan Arlington lebih dulu mengetahuinya?

"Bagaimana?" Kartyva duduk sesegukkan, tak henti-hentinya mengusap perutnya sendiri.

"Kenapa kamu menangis?" Lou tertawa kecil melihat wajah istrinya yang sudah memerah terutama hidungnya yang sangat merah.

Bukannya menjawab, Kartyva justru kembali bertanya. Kali ini Lou sudah mengusap air matanya. "Menurutmu anak kita laki-laki atau perempuan?"

Laki-laki atau perempuan, menurut Lou tak ada bedanya. Mengetahui Kartyva sedang hamil saja ia sudah senang bukan main.

"Apa saja, asal mirip denganmu."

"Mirip denganku? Kenapa?"

Pantas saja Kartyva menjadi lebih sensitif dan sedikit cerewet. "Karena kau cantik." Lou mengecup singkat bibir ranum istrinya itu.

Cantik? Artinya Lou menginginkan anak perempuan.

"Why are you suddenly asking me this?" Lou tidak bisa membaca pikiran istrinya tetapi jelas ia tau jika ada sesuatu yang mengusik istrinya.

Dengan satu tarikan, Lou menarik tubuh istrinya dan mendudukan tubuh itu ke atas pangkuan Lou.

"I just want to make sure," jedanya sembari berpikir, "The baby might not be in your plan yet."

"You're really in my plan, everything about you is in my plan." Lou menatap mata Kartyva dalam, bersungguh-sungguh ketika ia mengatakan itu.

Seperkian detik kemudian Lou menurunkan Kartyva dari pangkuannya, mendudukan istrinya di atas ranjang sedangkan Lou berlutut tepat di hadapan istrinya. Kartyva tidak mengerti, apa yang ingin Lou lakukan tetapi ia hanya diam memperhatikan pria itu.

Lou mendekatkan wajahnya pada perut Kartyva yang tertutupi oleh dress, kedua tangannya ia letakkan di atas paha istrinya.

"Baby," bisik Lou masih bisa didengar oleh Kartyva, "Selama kau berada di dalam sana jangan membuat mommymu kesulitan, tumbuhlah dengan sehat."

Unung bibir Kartyva terangkat naik, hal kecil seperti ini saya bisa membuat Kartyva senang dan sedih secara bersamaan.

"Daddy dan mommy sangat mencintaimu, dan setelah kau lahir, daddy dan mommy akan memberikanmu banyak adik." Lou tersenyum membayangkan berapa banyak anak yang bisa ia miliki.

Jika Kartyva mau, ia akan membangun mansion yang lebih besar lagi, mereka akan memiliki banyak anak. Lou akan sangat senang mendengar tawa, tangisan, jeritan anak-anaknya kelak.

"Kau sudah berpikir untuk memberikannya adik?" Kartyva mengusap rambut Lou kemudian melingkarkan tangannya pada leher Lou.

"Jika kau menginginkannya." Sebenarnya semua keputusan ada di tangan Kartyva, karena Kartyva yang akan mengandung–membawa anak mereka selama sembilan bulan dan berjuang untuk melahirkannya ke dunia ini.

Lou hanya berperan kecil, membesarkan mereka, merawatnya dengan cinta dan menafkahi anaknya.

"Bagaimana aku bisa menahan untuk tidak jatuh cinta dengan pria semanismu?" Kartyva berhambur memeluk Lou. "Aku sangat mencintaimu."

Menurut Kartyva, hidupnya sekarang sangatlah sempurna. Bukan karena Lou memiliki harta yang banyak tetapi pria itu memiliki sesuatu yang orang lain tak miliki, pria itu bisa memberikan Kartyva sesuatu yang tak bisa orang lain berikan.

Kartyva sangat bersyukur untuk keluarga kecilnya sekarang. Ia bersyukur atas Lou di dalam hidupnya.

Yang penasaran sama anaknya Lou.
Nanti bakal aku sisipin di Hidden Desire.

See you!

Terima kasih untuk semua pembaca Twinkle With Tears, sampai berjumpa di ceritaku yang lain <3

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang