04.

27.2K 1.8K 30
                                    

"Daddy, kenapa kita selalu menerbangkan balon?" Sebelumnya Earby tidak pernah mempertanyakan kebiasaan Davy yang selalu membawa pulang balon berwarna putih dan menerbangkannya bersama Earby.

Tetapi hari ini, tiba-tiba saja anak itu mempertanyakan hal itu.

Davy tersenyum, ia memang tidak pernah memberitahu siapa pun alasannya selalu menerbangkan balon, termasuk Kartyva.

"Balon ini untuk mommy."

Jawaban Davy sukses membuat Earby terlihat bingung. "Mommy?"

"Mommy suka warna putih," jelas Davy menatap balon helium putih yang baru saja lepaskan, balon itu terbang ke atas tanpa beban.

"Kenapa diterbangkan? Kenapa kita tidak memberikannya kepada mommy?"

Earby masih berusia empat tahun, anak itu belum bisa berbicara dengan begitu jelas dan mendetail, tetapi Davy mengerti apa yang putrinya itu katakan.

Belum sempat Davy menjawab, anak itu lebih dulu melepaskan genggaman tangannya untuk berlari ke pagar, begitu melihat Kartyva pulang.

"Mommy!" teriak Earby sambil merentangkan tangannya, seolah meminta agar Kartyva menggendongnya.

Sambutan hangat Earby langsung membuat Kartyva memeluk anak itu. "Kamu sudah mandi dan meminum obatmu?"

"Sudah mommy." Tangan Earby mengelilingi leher Kartyva, memeluknya.

Matanya yang berwarna steel blue itu menatap Kartyva dengan penuh cinta. Mata yang selalu membuat Kartyva luluh dan sedih secara bersamaan.

Mata yang dimiliki oleh Earby persis seperti matanya, mata yang tidak pernah dimiliki oleh Kartyva mau pun Davy.

"Kamu tidak merepotkan daddy bukan?"

"No, kami baru saja menerbangkan balon untuk mommy," Earby memegang kedua sisi wajah Kartyva dengan telapak tangan kecilnya. "Daddy bilang mommy suka warna putih."

Kartyva tersenyum—senyum yang dipaksakan, kemudian memeluk Earby lebih erat.

Aku suka warna kuning.

Kartyva menggeleng kecil, menepis pemikirannya. Ekspresi wajahnya berubah berseri. Menyadari Davy yang sedang berdiri menatapnya, membuat Kartyva mendekati pria itu dengan Earby dalam gendongannya.

"Aku akan memasak lalu kita akan makan malam bersama."

Davy tidak menjawab dan lebih memilih untuk mengikuti Kartyva dari belakang untuk masuk ke dalam rumah. Rumah yang tidak besar juga tidak kecil.

Tetapi cukup untuk mereka tinggali, dengan dua kamar tidur, satu kamar mandi, dapur, dan juga ruang tamu.

Dengan cepat Kartyva menurunkan Earby di ruang tamu dan memberikannya beberapa mainan selagi ia harus memasak dan Davy sudah menjaganya seharian.

Ruang tamunya berada di depan dapur, sehingga ia masih bisa mengawasi Earby selagi memasak.

"Kartyva," panggil Davy, "Sebentar lagi aku harus pergi karena ada sedikit pekerjaan. Aku bisa menitipkan Earby padamu?"

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang