09.

21.9K 1.5K 22
                                    

Earby berlari memeluk Kartyva. "Mommy!" Kartyva pun langsung menggendong Earby dan membawanya duduk di meja makan.

"Dia mencarimu semalaman," kata Davy sambil menata piring untuk sarapan.

Ouh lihatlah, Kartyva merasa ia ibu yang sangat jahat dengan meninggalkan putrinya di rumah begitu saja sedangkan dirinya pergi ke club malam.

"Earby ingin bersama mommy."

"Maafkan mommy, Earby, semalam mommy bersama Aunt Chance." Kartyva mengusap rambut pirang Earby seolah menenangkan anak itu.

"Daddy tidak bisa mengikat rambut Earby," lapor Earby kepada Kartyva.

Biasanya setiap pagi Kartyva akan mengikat rambut anak itu dengan berbagai warna karet rambut tapi pagi ini, rambut anak itu terurai begitu saja.

"Sekarang kamu sudah pintar mengadu ya?" celutuk Davy mengangkat Earby dari pangkuan Kartyva. "Sarapan dulu, setelah itu mommy akan mengikat rambutmu."

Setelahnya tidak banyak yang terjadi, seperti biasa mereka sarapan dan sesekali mendengarkan cerita Earby. Hanya saja Kartyva merasa jika Davy lebih sering menatapnya.

Ia bahkan sampai susah untuk menelan makananya sendiri karena terus-terusan ditatap oleh Davy.

Apa Davy tau tentang semalam? Tidak...

Tapi bagaimana jika Davy tau? Apa Kartyva harus memberitahu Davy?

"Kau baik-baik saja?" Tiba-tiba Davy kembali mengejutkan Kartyva.

"Aku?" Kartyva tertawa sumbang, "Tentu, tentu, aku selalu baik. Kenapa? Apa aku terlihat tidak baik-baik saja?"

"Kau terlihat sedikit gelisah," terang Davy secara frontal.

"Euhm... apa kau hari ini pergi bekerja? Aku ingin membawa Earby ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan."

Davy menggeleng artinya hari ini ia tidak pergi bekerja. "Aku akan mengantarmu."

Kartyva tidak menjawab lagi dan berusaha secepat mungkin untuk menyelesaikan sarapannya kemudian membawa Earby ke dalam kamar untuk menguncir rambutnya.

Untungnya hari ini Kartyva juga tidak bekerja sehingga ia bisa menemani Earby ke rumah sakit.

Dan meski pun ia bekerja, ia tidak akan membiarkan Earby ke rumah sakit tanpa dirinya. Kartyva akan selalu menemani putrinya itu.

Tangan Kartyva bergerak lincah mengikat rambut Earby seperti seorang profesional. Ya, dia memang sudah melakukan ini sejak Earby berumur dua tahun.

"Daddy akan ikut ke rumah sakit ya mommy?"

"Iya..."

"Earby tidak suka rumah sakit."

"Mommy juga."

"Kalau begitu kita tidak usah pergi ya, mommy."

Kartyva menatap putrinya dari pantulan cermin di hadapannya. Sekilas Earby terlihat benar-benar mirip dengannya, hanya warna mata mereka yang berbeda.

"Tidak pergi ke rumah sakit artinya tidak ada pita rambut baru, Earby."

Senyum kecil Kartyva mengembang melihat Earby yang memanyunkan bibirnya. Putrinya itu sangat menyukai pita rambut dan Kartyva hanya membelikannya setiap Earby melakukan check up.

"Baiklah, tapi kali ini Earby mau pita berwarna putih."

"Kenapa?"

Earby membalikkan badannya dengan semangat, matanya menatap Kartyva dengan polos. Memamerkan senyum manisnya dengan bibir pucat sedikit kebiruan.

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang