02.

32.6K 2.2K 17
                                    

Lou lupa jika dia tidak membawa baju ganti, padahal kaos yang ia kenakan sudah sangat basah oleh keringat. "Kerr, aku akan langsung kembali ke perusahaan."

"Pakaian Anda, Sir?"

"Kau bisa mengambilkannya di penthouseku? Langsung antarkan saja ke kantorku." Kerr langsung mengangguk menuruti perintah yang di berikan oleh Lou. Sedangkan Lou langsung bergegas mengemudikan mobilnya untuk kembali ke perusahaannya.

Setiap siang setelah makan siang pria itu memang selalu menyempatkan waktu untuk berolahraga meski kebiasaan itu selalu dilarang oleh ibu dan mantan tunangannya karena perutnya bisa sakit.

Lou meninggalkan mobilnya begitu saja di lobby dan menyerahkan kuncinya kepada security. Wang Center memiliki sebelas lift di lobby, sepuluh lift untuk seluruh karyawan dan satu lift yang berada di ujung adalah lift khusus milik Lou.

Pria itu menekan tombol bertuliskan LW dan pintu lift tertutup tetapi belum sempat pintu itu tertutup, tangan seseorang menahannya membuatnya kembali terbuka.

"Hah! Maafkan aku, aku sedang terburu-buru..." Lou meneliti perempuan yang barusan menyerobot masuk ke dalam lift dengan tatapan yang tajam.

"Kau tau ini lantai berapa, Sir?" tanya perempuan itu sambil menunjukkan kertasnya.

Lou tidak menjawab dan langsung menekan tombol yang menunjukkan lantai sepuluh. Meski begitu Lou tetap saja merasa kesal karena pertama, perempuan ini tidak disiplin—apa dia tidak bisa membaca? Jelas-jelas ini bukan lift karyawan, dan kedua, dia perempuan.

"Aku akan melakukan interview pekerjaan hari ini."

Oh aku tidak peduli.

"Aku terlambat karena anakku sedikit rewel tadi."

Bukan urusanku.

"Aku harap mereka akan memaafkanku."

Aku harap—

Tiba-tiba saja perutnya terasa panas dan perih secara bersamaan membuat Lou tertunduk, memegang perutnya yang seperti tertusuk pisau.

Secara tak sadar ia menahan nafasnya sendiri karena perutnya semakin perih. Semua terjadi begitu cepat, Lou tidak bisa menahan rasa sakitnya sehingga ia jatuh tak sadarkan diri.

Melihat itu, Kartyva langsung panik dan menghampiri Lou.

"Sir? Astaga... apa aku baru saja menakutimu? Kau masih hidup atau sudah mati?" Kartyva menggoyangkan tubuh pria itu.

Oh tidak bagaimana jika pria ini meninggal dan ia dituduh sebagai pembunuh?

"Sir tolong jangan membuatku panik!" Melihat kaos pria itu yang sedikit basah membuat Kartyva menyingkap kaos pria itu, dan menaruh tangannya tepat di atas dada Lou.

Tubuh pria ini terasa dingin—sangat dingin, apa pria ini sudah mati atau semacamnya?

"Wait a minute, wait a minute!" Kartyva memegangi kepalanya sendiri berusaha untuk berpikir mencari cara.

Dengan cepat Kartyva membuka outer miliknya dan menutupi tubuh Lou, dengan maksud menghangatkan tubuhnya.

Kartyva juga menekan tombol merah pada lift berharap ada seseorang yang datang atau lift ini bisa bergerak lebih cepat.

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang