32.

19.8K 1.4K 62
                                    

Terbangun dengan Lou di sampingnya, memeluknya sama erat persis seperti semalam adalah hal yang tak pernah Kartyva bayangkan sebelumnya.

Mendapat perlakuan seperti ini membuat Kartyva merasa dilindungi. Ia juga perempuan yang menginginkan perlakuan manis meski Kartyva tidak pernah mendapatnya sebelum ia mengenal Lou.

Kartyva tau Lou tidak mencintainya, pria itu hanya menginginkan tubuhnya tetapi perlakuan manis yang Lou lakukan selalu berhasil membuatnya menjadi perempuan yang haus akan kasih sayang dan perlindungan.

"Apa ada sesuatu di wajahku, Tilie?" Sejak tadi Lou memang sudah bangun, jauh sebelum Kartyva bangun. Ia juga tau jika dari tadi Kartyva sedang menatapnya.

Mendengar itu membuat Kartyva salah tingkah dan membalikkan tubuhnya tetapi Lou menahannya. "Kau baik-baik saja?"

Kartyva diam, sangat lama.

Tidak ada panggilan sayang atau panggilan spesial. Bukan pertanyaan yang romantis tapi sungguh hatinya menghangat.

"Kau tidak pergi bekerja?" tanya Kartyva balik. Memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Lou.

"Tidak."

"Aku sudah baik-baik saja, sebaiknya kau pergi bekerja. Lagi pula ada Arve di sini," papar Kartyva berusaha meyakinkan.

Melalui lampu kamar yang redup, Kartyva masih bisa melihat kerutan pada dahi Lou. "Hari ini perusahaan memang libur, kenapa kau menyuruhku bekerja?"

Oh...

Bagaimana Kartyva bisa begitu percaya diri jika Lou tidak pergi bekerja karena ingin menjaganya? Bodoh...

Sangat bodoh. Sekarang ia merasa malu karena begitu percaya diri.

Tetapi seharusnya Lou sedikit berbohong agar ia tidak terlihat begitu menyedihkan.

Dengan satu tarikkan, Kartyva bangkit dari ranjang untuk turun dan membersihkan diri meski sebenarnya ia tidak rela. Baru-baru ini, Kartyva mulai terobsesi dengan aroma Lou.

Mungkin setelah bersama pria itu untuk waktu yang cukup lama dan akhirnya Kartyva terbiasa. Rasanya ia ingin kembali ke ranjang dan mendekap Lou, menghirup aroma tubuhnya hingga malam dan esok hari.

Jika bisa ia ingin melakukan itu.

"Ada pesta perusahaan," lanjut Lou menyusul Kartyva bangkit, menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang sehingga Kartyva bisa melihat tubuh bagian atas Lou yang terbuka.

Astaga, Kartyva bisa membayangkan apa yang ada di balik selimut tebal itu.

"Pesta?" tanyanya berusaha untuk fokus agar Lou tidak menyadari matanya yang tak bisa diajak berkompromi.

"Kau mau ikut?"

"A-apa boleh?" Kartyva gugup, bukan karena tawaran Lou melainkan karena selimut yang perlahan tersibak, membuat Kartyva harus sedikit kesusahan menelan salivanya.

"Kenapa tidak?" Sepertinya Lou tidak bodoh, pria itu menyadari gelagat Kartyva karena sekarang Lou menarik tangan Kartyva untuk kembali ke atas ranjang.

Twinkle With TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang