Sudah 4 bulan setelah hari pertama masuk Universitas, Chenle dan teman-temannya benar benar mewujudkan perkataannya. Mereka sama sama masuk ke universitas yang sama, tetapi dengan jurusan yang berbeda.
Chenle pun sekarang lebih friendly dibandingkan sebelumnya, tidak ada lagi Chenle yang pendiam dan menyimak. Sesekali Chenle membuat lelucon atau menimpali candaan teman temannya di tengah kesibukan dunia perkuliahan.
Proses menuju dewasa telah merubah Chenle menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dia lebih belajar menghargai orang lain, lebih berusaha mengerti keadaan orang lain, bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, bahkan sudah pintar menasihati teman temannya jika sedang terpuruk.
Mereka semua tinggal di satu rumah yang dibelikan oleh Papa Chenle untuk singgah selama perkuliahan. Mereka memulai hidup bersama di Bandung, tumbuh dan belajar di kota yang lumayan jauh dari kota kelahiran mereka semua.
Saat ini, Chenle sedang berada di Kantin kampusnya untuk makan siang. Ia belum makan dari pagi karena ada kelas pagi dan dirinya terlambat untuk bangun, sehingga ia melewatkan sarapannya.
Renjun sudah marah dan bahkan menelfonnya untuk sekedar marah marah sambil mengingatkannya makan berkali kali, padahal sebetulnya ia sedang libur sekarang.
"DIRFA!" panggil pemuda yang sedang berjalan ke arah Chenle.
Chenle menanggapinya dengan senyuman serta lambaian tangan lemahnya.
"Kamu baru keluar kelas?" tanya Chenle kepada pemuda yang baru saja duduk di depannya dan mencomot 1 kerupuk kulit milik Chenle.
"Ga baru juga sih, udah ada 20 menit kayaknya, tapi aku dipanggil sama kakak dulu tadi jadi aku harus ke FK dulu baru kesini" jawab pemuda itu.
"Habis ini masih ada kelas atau udah selesai?" tanya Chenle kepada pemuda yang sedang meminum es teh manis yang dipesannya saat masuk ke kantin kampus.
"Nggak ada udah abis, kamu?" tanya pemuda itu kembali kepada Chenle yang sedang menyuapkan nasi dan soto ayamnya itu malas.
"Aku juga nggak ada, tadinya mau langsung pulang tapi Kak Injun tau aku belum makan dari pagi jadi marah marah harus makan dulu disini" jawab Chenle dengan dengusan kecilnya yang membuat pemuda dihadapannya tersenyum gemas dan mengacak rambutnya pelan.
"Ya makanya kamu jangan tidur malem malem, kalau udah ngerasa ngantuk, cape, mata udah berat itu jangan malah bikin kopi jadinya telat bangun kan" ucap pemuda dihadapannya dengan nada yang lembut.
"Ya gimana orang tugas aku banyak Ji, jadi aku mau beresin semuanya biar nanti aku bisa balik ke Jakarta" sahut Chenle dengan raut wajah yang sangat kusut, tapi sangat menggemaskan di mata Jisung.
"Iya aku ngerti, sekarang tugasnya masih banyak? aku bantuin deh biar cepet selesai ngerjainnya, terus kita balik ke Jakarta bareng mau?" tanya Jisung dengan memperhatikan Chenle yang sedang menyuapkan nasinya.
"Emang kamu bisa kerjain?" tanya Chenle sambil mengedipkan matanya lucu.
"Ya bisa lah sayaang, emang kamu kira aku gabisa apa" ucap Jisung dengan nada yang menjengkelkan bagi Chenle. Chenle hanya merengut kesal, ia merasa hari ini emosinya ingin meledak.
Ya, Chenle dan Jisung sudah berpacaran sejak 2 bulan yang lalu. Mereka memutuskan untuk menjalin hubungan setelah Jisung memantapkan hatinya dan mengajak Chenle pergi ke taman bermain pada hari itu. Di tengah kota, setelah membeli cimol, dan duduk di kursi dekat tukang gulali yang tumbuh bunga bunga dengan warna yang cantik.
Jisung sudah membiasakan dirinya untuk memanggil Chenle dengan sebutan Dirfa, nama tengah dari pria mungil itu, alasannya agar ia beda dari yang lain.
Sebelumnya Chenle kira mereka tidak akan pernah menjalin hubungan, mereka akan usai saat masa Jisung meminta Chenle untuk menunggunya dengan sabar.
Chenle tidak pernah menyangka bisa menjalin hubungan dengan pujaan hatinya yang diam diam ia perhatikan saat kelas 10 SMA.
Jisung yang diam diam masuk ke universitas yang sama dengannya karena paksaan kakaknya. Mark meminta Jisung untuk masuk ke universitas yang sama dengannya agar biaya kos bisa sharing bersama Jeno dan Lucas.
Jisung awalnya tidak pernah menyangka bisa masuk ke universitas yang sama dengan Chenle, tapi ia bersyukur dan menganggap bahwa ia dan Chenle adalah takdir yang Tuhan berikan. Chenle mengubah hidupnya menjadi lebih baik, Chenle adalah hadiah terbaik untuknya. Ia berjanji saat ia di introgasi oleh Renjun untuk selalu membuat Chenle bahagia, dan tidak pernah mengecewakannya.
Hallo!
Cerita ini benar benar sudah berakhir, aku minta maaf kalau ngegantung kalian banget HAHAHA.
Im sorry guys, peace!
Anyway, terima kasih telah mengikuti cerita perjalanan cinta diam diam Chenle Radirfa dengan semua keraguannya ya! aku banyak terima kasih buat kalian yang udah sabar nunggu endingnya, pas Ji udah confess dan suruh Chenle nunggu kalian malah di gantung :( im really sorry hehe.
Aku menghilang sesaat karena udah mulai banyak tugas, dan setelah ngerjain tugas pun aku istirahat, refresh otak, me time lah kebanyakan. Aku juga punya waktu untuk ngerenung dan tanya sama hatiku sendiri tentang semua perjalanan hidupku kedepannya gimana.
Aku harap kalian bisa dapet waktu untuk me time ya! manjain diri kalian, istirahatin seluruhnya maupun badan, jiwa, dan apapun yang menurut kalian cape ok! Jangan patah semangat, kalau kalian merasa capek sama diri kalian, coba kalian tanya sama hati dan otak kalian maunya gimana.
Pokoknya aku banyak terima kasih untuk semuanya! i love u all, terima kasih untuk dukungannya.
See u in next story!
— xoxo, markkiwifey 💗🕊️
KAMU SEDANG MEMBACA
doubt - chenji ✅
Ficção AdolescenteTentang Dirfa yang ragu harus melupakan atau menetapkan hatinya untuk Nevan. on going ; lokal au! kinda aangst warn! ⚠bxb⚠ ⚠harshword⚠