part 10

3.6K 248 44
                                    

"Pulang" suara langit tercekit kala melihat bintang menangis supaya langit melepas kekikannya.

Langit langsung melepaskan raya,badan raya langsung ambruk seketika di lantai dengan dada yang masih sesak raya mearaup oksigen sebanyak banyaknya.

Langit sudah menarik tangan bintang menjauh dari kerumunan rasya,leo dan dafa yang melihatpun hanya bisa diam tapi tidak di dalam hati ya mereka kesal,marah melihat bintang di perlakukan seperti itu.

Rasya mendekati tubuh bintang dengan tidak berpersaannya rasya menjambak rambut raya "akh..sakit bego"

"Sakit hm?" rasya makin menjambak lagi rambut raya membuatnya mendongakan wajahnya.

"plak!" dengan satu tamparan rasya menampar pipi raya "satu untuk pipi bintang" seringai rasya.

"Plak!" sekarang diliran leo mengikutinya "dua untuk jambakan bintang" wajah leo tidak seceria seperti biasa terlihat wajah yang menyeramkan.

"Plak!" dafa dengan kerasnya menapar sekali lagi pipi raya "tiga karena lo udah berani nyakiti bintang"

siswa siswi disana hanya melihat sambil memekik kaget tak ada yang berani mendekat apalagi membantu raya karena mereka tau siapa langit dan kawan².

Rasanya tubuh raya sudah tak bertulang lagi tubuh raya ambruk seketika ketiga laki² itu hanya tersenyum kecil melihat perbuatan mereka dan meninggalkan raya yang sudah tak sadarkan diri dengan keadaan mengenaskan.

langit membawa bintang pulang dengan taxsi karena dia tak membawa mobil tadi pagi di antara rendi dia sudah menghubungi daddynya dan mommynya.

Bintang hanya bisa menunduk takut melihat tatapan langit yang tak bisa diartikan lagi,langit benar² marah padahal kan bukan dia yang salah tapi tetap saja langit marah.

Sesampainya di mansion langit langsung membopong bintang sampai kamar mbiil sudah menunggu sedari tadi di depan pintu sedangkan rendi masih dalam perjalanan.

"Ya ampun bibin kamu kenapa nak" mbiil langsung menangkupa wajah bintang yang terlihat sudut bibirnya membiru akibat tamparan dari raya dan jangan lupakan rambut yang acak²an.

"Mommy hiks hiks" bintang langsung memeluk mbiil menumpahkan segala ketakutannya melihat langit seperti tadi bintang tidak mengetahui langit akan seemosi seperti tadi.

"cup cup jangan nangis mommy di sini nak" mbiil mengusap ngusap punggung bintang sambil memeluknya berharap bintang merasa tenang.

"Mom lepasin dulu bibin mau aku kompres dulu!" ucap langit datar.

Mbiil pun menurut tapi tidak dengan bintang dia malah mempererat pelukannya "Jangan lepas mom aku takut!"

"Bibin nurut sama abang"

bintang hanya menggeleng di pelukan mbiil "nak ayo di kompres dulu yah lukanya nanti malah tambah sakit ya nak"

"Engga mom takut hiks hiks"

"Brak" tiba² pintu terbuka menampilkan rendi yang sedang mengatur napasnya karena sudah berlari.

"ADA APA INI!"

Langit menghela napas panjang "nanti ceritanya dad sekarang bibin harus di obati dulu!"

Rendi langsung mendekati bintang "Ya ampun siapa yang berani berbuat seperti ini sama kamu" seketika wajah rendi langsung memerah menahan amarah memuncah melihat keadaan bintang seperti itu.

Bayangkan belum saja satu minggu sekolah setiap hari bintang pulang dengan mengenaskan dan ini yang paling parah.

Rendi mengambil mangkok berisi air hangat yang di pegang langit "sini daddy kompres dulu sayang sudah jangan nangis terus nanti kamu sesek napasnya!"

"Dad...ta..kut" ujar bintang terbata bata karena bintang masih sesegukan menangis.

"Udah jangan takut di sini ada kita,kita engga akan mencelakai kamu sayang"

Langit yang mengerti bahwa bintang masih takut dengan dia langsung keluar dari kamar bintang mencari udara untuk menenangkan diri sejenak.

Rendi segera membersihkan luka di bibir bintang hati rendi sangat² marah,kecewa dan sakit melihat anaknya seperti ini dulu istrinya dan apa sekarang anaknya pun mengalaminya.

"Pelan² dad sakit"

"Diem daddy udah pelan²"

Mbiil mengambil segelas susu coklat hangat untuk bintang supaya lebih tenang menurut mbiil.

"Di minum dulu sayang mungpung masih hangat" bintang mengambil gelas susu di tangan mbiil sekarang bintang sudah berganti baju dan sudah di periksa oleh rendi.

"Harus istirahat yang banyak daddy engga mau tau awas aja kalau kamu ngeyel!"

"Iya dad aku lelah aku mau bobo tapi daddy sama mommy temenin aku di sini yah"

Mbiil dan rendi pun ikut naik ke atas kasur bintang dan memeluk bintang dengan sayang tak ada yang lebih berharga daripada keluarga.

Tak lama dengkuran halus terdengar dari mulut bintang rendi tadi sengaja memberikan obat penenang pada bintang.

"Mas bibin kenapa?" mbiil melihat bintang dengan wajah sendu.

"Bibin akan baik² saja kamu engga usah banyak pikiran yah nanti kamu sakit bibin kuat ko" ujar rendi menenangkan istrinya.

Di kamar langit sudah satu jam berendam bathtub dirinya merasa bodoh dan merasa tak bisa menjaga bintang karena dirinya lalai bintang mengalami kejadian yang tak di inginkan.

"Akh..gw lalai lagi menjaga bintang"

"Gw bukan kakak yang baik buat bintang"

"Maafkan kakak bintang"

Langit terus bergumam mengeluarkan semua kesedihan dan kemarahannya.

Di tempat lain raya sudah terisak tangis tak henti hentinya bayangkan saja wajahnya sudah tak karuan karena tamparan dari teman² langit dan apa sekarang dia di sekap di sebuah gudang tua.

"Lepasin gw mau pulang hiks hiks"

"Lepasin gw tolong²" teriak raya mungkin ada orang yang akan menolongnya.

Tak lama terdengar suara derap langkah seseorang yang sayangnya raya tak dapat melihat dia siapa karena matanya tertutup kain hitam.

"SIAPA!" teriak raya.

Tak ada jawaban sama sekali langkahnya semakin mendekat dan mendekat "Srett" hanya dengan satu tarikan saja kulit tangan raya mengeluarkan darah.

"Akh...sakit bego! Lepasin gw"

"Srett..." sekarang pipi raya yang di lukai "tes tes tes" darah mengucur di tangan dan pipi raya membuat raya meringis kesakitan.

"AMPUN SAKIT LEPASIN GW HIKS HIKS TOLONG..." tubuh raya sudah sangat sakit dan perih.

Tapi tak ada jawaban sama sekali dari seseorang yang melakukan penyiksaan terhadap raya dia malah mengukir nama bintang di lengan raya yang belum terkena goresan pisau kecilnya.

Raya hanya bisa berteriak kesakitan sampai tak sadarkan diri karena tak bisa menahan rasa sakit di sekujur tubuhny.

Setelah selesai dengan ukiran² di tubuh raya seseorang itu membuka tali yang mengikat tangan dan kaki raya dengan tidak berperasaanya dia menyeret raya sampai keluar gedung dan membiarkannya di pinggir jalan.

"Kesalah terbesar yang lo perbuat buat kesayanganku" dia meninggalkan raya begitu saja tanpa belas kasihan sedikitpun.

aq up moga suka dengan jalan ceritanya kalau ada ide² lain boleh sok amparken di comen ok..jangan lupa vote dan comen makasih.

Story twin'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang