Prolog

8.2K 838 8
                                    

"Aku enggak bisa melanjutkan hubungan ini, Dy."

Gadis yang tadinya asyik menyantap makanan di depannya, berhenti. Menatap lawan bicaranya dengan pandangan serius. Kali ini setelah sejak tadi ia sedikit mengabaikan karena perutnya butuh diisi.

"Maksudnya?"

Sang lawan bicara hanya tersenyum kecil. "Hubungan kita. Sampai di sini saja."

Mata si gadis mengerjap pelan. "Maksudnya? Kita putus?"

Ia mengangguk.

"Kenapa?"

"Kamu mau jawaban aku yang mana?"

"Bohong."

Lagi-lagi sang lawan bicara tersenyum. "Kamu baik."

"Itu aja?"

"Selebihnya, aku sudah sering peringati dalam keseharian kita, kok. Kamu sudah dua-dua, pasti paham kata-kataku."

Sang gadis mengangguk pelan. "Oke, kalau itu mau kamu."

"Kamu enggak ... marah?"

Gadis berambut hitam itu menggeleng. "Kenapa harus marah?"

Kening si pria berkerut. Mengenal gadis ini selama satu tahun setengah membuat ia cukup hapal kebiasannya, terutama kata-katanya yang selalu tanpa penyaring alias asal bicara. Namun pada akhirnya, sang pria hanya mengedikkan bahu.

"Aku ... permisi duluan?"

"Sure. Aku bawa motor, kok."

Lantas pria itu meninggalkan sang gadis. Tanpa pernah ia sadari, betapa hati gadis itu terluka demikian besar. Tangannya mengepal kuat. Selera makannya lenyap entah ke mana. Pun perlahan air matanya menetes tanpa diminta.

"Satu setengah tahun gue dibuang sia-sia. Berengsek," makinya pelan.



****
xixixiix emang Maudy mulutnya minta dilakban 

Drive Away From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang