Punya sahabat yang mendadak jadi sultonah? Itu yang Maudy rasakan sekarang. Meski sejak menginjakkan kaki di Bali ia sudah merasakan hal itu tapi masih ada sadar diri yang ia miliki. Tapi sekarang? Ketika tak sampai tiga jam setelah telepon dengan sang sahabat terputus, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Berikut dengan pelayan cottage yang tampak bingung karena ada beberapa orang berseragam hitam serta berbadan kekar dan agak menakutkan mencari salah satu tamu yang menginap di sana.
Maudy sendiri kaget dan jelas ketakutan tapi setelah Barra menelepon via sambungan video call dengan tampang mengantuk, rambut berantakan, serta mengenakan piyama tidur, barulah Maudy percaya.
"Bos baik banget, sih," seloroh Maudy sembari menarik kopernya keluar. Jangan tanya isinya yang semrawut. Serta tas yang mendadak menggelembung karena Maudy terpaksa memasukkan barangnya tanpa dibenahi. Biar saja lah ketimbang dirinya harus packing dulu, bisa-bisa ia selesai dua jam lagi.
"Sampai bertemu di Jakarta!" Barra langsung memutuskan sambungan telepon itu dengan segera. Membuat Maudy menderaikan tawanya. Meski menyebalkan Barra itu tetap lah Barra. Memiliki sisi lembut juga perhatian yang membuat Maudy tau, kalau Regi menemukan jodoh yang sangat tepat.
"Ada lagi yang harus dibawa, Non?" tanya salah satu di antara mereka.
Mata Maudy mengedar cepat, ia juga mengecek satu demi satu tempat yang ada di sekitaran cottage. Termasuk closet siapa tau ada barangnya yang tertinggal. "Sepertinya enggak, Pak."
"Baik, Non. Mari."
Maudy juga tak perlu repot mengangkat semua barang bawaannya. Untungnya, astaga Tuhan ... kadang Maudy ini perlu bersyukur dengan kepiawaiannya membeli beberapa barang cantik atau souvenir di tempat wisata yang ia kunjungi. Jadinya ketika kepulangannya secara mendadak ini terjadi, ia sudah tak perlu pusing dengan oleh-oleh yang sudah ia siapkan terutama untuk sang ibu. Kalau Regi? Tak usah. Uangnya sudah banyak. Bisa membeli sendiri apa yang ia inginkan seputaran Bali.
Sebuah minibus terparkir di tepian jalan dekat pintu gerbang cottage. Maudy mengerjap pelan. dalam hati ia berkata, artinya ia melakukan perjalanan darat dari Denpasar ke Jakarta? Yang benar saja! Pantatnya ini dibuat Tuhan tak terlalu menonjol. Seksi pun kalau mengenakan bikini. Itu juga yang mengatakan hal itu secara terang-terangan Bobby. Tapi kalau harus duduk selama berjam-jam di mobil? Maudy rasanya ingin kembali tidur saja.
"Silakan, Non."
Maudy meringis. Ingin menolak tapi wajah Barra yang mengantuk juga tampang Regi yang khawatir akan keadaannya terbayang jelas. Padahal ia sudah berulang kali mengatakan kalau dirinya baik-baik saja. Tapi Regi sama sekali tak percaya. Ia bersikeras sampai akhirnya Maudy bingung harus bilang 'iya' atau 'iya, segera jemput gue.'
Pasrah, Maudy pun memasuki minibus yang sudah dibukakan pintunya oleh salah satu dari pria tadi. Barra bilang, mereka adalah orang suruhan Barra. Yang akan mengawal Maudy pulang sampai Jakarta. Apa pun yang Maudy inginkan, tinggal katakan pada mereka. Kalau saja ini siang hari, maka keinginan Maudy adalah membawa banyak tas belanja sepenuh mungkin. Meminta mereka membawakannya. Juga menguras habis uang Barra.
Tapi itu tak akan terjadi, kan? Ini menjelang tengah malam.
Kalau saja ada lalat atau lebah atau apa pun serangga terbang yang berkeliaran di sekitaran Maudy, pastinya ia akan masuk dan terisap dalam mulut gadis yang menganga lebar ini. Bagaimana tidak. Interior minibus yang akan ia naiki ini keren juga super mewah. Tempat duduknya bisa disetel untuk merebahkan diri belum lagi ia yakin, tingkat kenyamanannya terjamin di sana. TV layar datar tersedia di sana serta ... sudah lah, Maudy naik saja. Tak perlu dijelaskan lagi betapa elegan minibus ini.
Bokong yang tak seberapa untuk ia khawatirkan jadinya tak lagi dirisaukan. Perjalanan menuju Jakarta malam ini pastinya tak akan terasa. Ah ... terima kasih, Rex. Katanya dalam hati. Mengucapkan langsungnya nanti saja ketika ia sudah ada di Jakarta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Away From Me
RomansaKisahnya Maudy-Bobby Spin off dari story Bos Tampan vs Kacung Songong *** Kata orang, jangan membenci terlalu dalam. Jika bom cinta jatuh, repotnya tak tanggung-tanggung. Tapi Maudy terabas kata-kata itu. Bagaimana bisa timbul cinta kalau dibuat jen...