Mobil sudah berada tepat di pelataran parkir rumah Barra. Yang mana sering dikunjungi Bobby saat tahap renovasi. Tak pernah terbayang dalam benak Bobby kalau pria seperti Barra yang ribetnya minta ampun itu akhirnya menikah. Terbayang jelas pesta pernikahan saudara plus sahabat lekatnya itu berlangsung. Ada saja yang bikin Bobby kepalanya mau putus saking tak menduga kenapa bisa Barra bertingkah menyebalkan begini?!
Memang bukan perkara yang besar tapi tetap saja ia yang dibuat repot dan harus menyesuaikan dengan pihak WO yang menangani. Belum lagi permintaan Rere Herdiyanto di menit terakhir sebelum berlangsungnya acara. Bobby benar-benar tak habis pikir dengan mereka berdua. Ia sangat beruntung pihak WO sangat professional menangani klien banyak mau seperti mereka.
Ibu dan anak sama saja kelakuannya. Merepotkan!
Sebenernya ini komplek dekat dengan rumah Tante Rere. Bobby juga suka berkunjung ke sana malah punya kamar sendiri di rumah utama Barra. Baik Rere atau Rustam, sudah menganggap Bobby anak kedua mereka. Sejak awal kuliah dulu, Bobby memang tinggal di sana. Bukan lantaran hubungan saudara saja tapi memang hanya Bobby yang mampu mengimbangi keanehan yang Barra miliki. Makanya kenapa Rere dan Rustam senang sekali kalau Bobby akhirnya mau ke Jakarta meskipun ada drama.
Buat Bobby, Barra itu teman, musuh, saudara, sahabat, juga rekan kerja yang menyebalkan juga mengasyikkan. Termasuk mulutnya yang terkadang membuat Bobby ingin sekali memberi bon cabe level sepuluh. Apalagi hobinya yang membuat kernyitan di dahi Bobby makin banyak dan dalam.
Mulai dari maskeran, luluran, belum lagi krim siang dan malam. Oh, satu lagi jangan pernah lupakan kalau Barra punya pelembab bibir yang katanya bisa membuat bibir miliknya selalu lembab. Ya Tuhan! Bobby terkadang bergidik ngeri dengan hobi dan kesukaan sepupunya ini. Namun di atas semua itu, Barra adalah makhluk Tuhan berjenis kelamin pria yang normal dan waras.
Buktinya bisa membuat Regi hamil. Artinya ... milik Barra teruji klinis kemampuannya, kan?
Sebelum ia benar-benar membuka pintu mobilnya, sekali lagi, benar, sekali lagi Bobby menarik napas panjang. Mengisi paru-paru dengan banyak udara karena yang akan ia hadapi bukan hanya Rere, Regi, dan Barra. Syukur untung kalau ada Rustam yang menjadi kubu menyenangkan di antara mereka bertiga. Tapi juga satu sosok yang tak bisa ia pungkiri keberadaannya; Maudy Senandika.
Gadis itu sudah terkonfirmasi ada di dalam rumah Barra. Belum bisa Bobby lupa bagaimana serangan kedua dari Maudy perkara ciuman khilafnya. Padahal dia sendiri tau kalau Maudy membalas tiap sentuhan yang menari di atas bibir mereka itu. Sial betul kenapa dirinya yang kena hajar dan disalahkan?
Kalau mengingat hal itu, membuat Bobby semakin bergidik ngeri. Tapi ia tak bisa mundur, kan?
Langkahnya memasuki gerbang rumah bercat hitam, bahkan dari depan saja sudah terdengar senda gurau di dalamnya. Sebenarnya Bobby menyadari kalau Maudy ini gadis yang mengasyikkan hanya saja ... ia butuh mengusap dada. Gadis itu kelewat ketus kalau berhadapan dengannya entah diawali karena apa. Sampai sekarang ia tak tau salahnya apa selalu mendapat lirikan tajam, kata-kata sinis, belum lagi tatapan enggan seperti Bobby ini virus paling mematikan di dunia.
"Eh, sudah datang!" sambut Barra begitu melihat sosok Bobby tepat di ambang pintu rumahnya. "Mukanya biasa aja, lah. Enggak perlu merasa terpaksa gitu."
"Siapa yang terpaksa?" Kali ini suara Rere yang menginterupsi. Di tangannya terdapat nampan berisi camilan serta beberapa potong bolu berlapis keju. Bobby langsung saja melotot karena kesukaannya ada di sana.
"Wah, Tante enggak perlu repot siapin aku gitu," kata Bobby dengan cengiran lebar. "Tau aja aku laper. Tadi habis meeting gantiin Barra enggak dapat makan."
Rere terperangah. "Benar begitu, Barra?"
Barra melotot tajam. Kalau saja tak ada Regi di dekatnya sudah pasti Barra akan mencekik sepupunya itu sampai meminta ampun. Enak saja! Bicara asal sekali si Bobby ini! Belum pernah mendapatkan potongan gaji karena memberikan informasi palsu mengenai bosnya, ya? "Mama percaya sama Bobby?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Away From Me
RomanceKisahnya Maudy-Bobby Spin off dari story Bos Tampan vs Kacung Songong *** Kata orang, jangan membenci terlalu dalam. Jika bom cinta jatuh, repotnya tak tanggung-tanggung. Tapi Maudy terabas kata-kata itu. Bagaimana bisa timbul cinta kalau dibuat jen...