Hal terfavorit yang bisa Maudy lakukan di villa adalah berenang. Lengkap dengan tray berisi makanan yang mengambang di atas kolam. Belum lagi pemandangan yang ada di bibir kolam yang mengarah ke pantai. Di dalam villa besar dan bisa dikategorikan mewah ini, ada dua kolam yang tersedia. Satunya memang dikhususkan untuk outdoors di mana view yang tersaji memang menggugah selera siapa pun untuk menenggelamkan diri di sana.
Satu lagi, lebih tertutup dan pernah Maudy cicipi berenang di sana. Tenang. Hanya ditemani lampu temaram juga beberapa jejer tanaman yang apik tertata.
Kali ini, Maudy memilih kolam satunya. Matanya tertuju lurus pada kumpulan air sebiru langit yang cukup membuatnya teralih dari rasa jengkel. Sesekali ia mengambil camilan yang tersedia di sana. Persis seperti kaum borjuis menghabiskan liburannya dengan segala kemewahan yang tersedia. Lagi pula bukan Maudy yang meminta, kan? Selama hal itu tersedia di sini dan gratis, Maudy santai saja.
Dirinya dipaksa untuk tinggal di sini, kan?
Rasa manis dari sirup yang baru saja ia teguk melalui ujung sedotannya, masih terasa bahkan setelah ia dua kali memutari kolam renang yang cukup luas ini. Sama seperti hatinya yang masih juga meninggalkan rasa gamang karena sebab tertentu. Setelah dipikir secara jernih, kenapa juga dirinya harus marah dan tak terima keberadaan Bobby di sini? Kalau dirinya terganggu, berarti menunjukkan kalau eksistensi Bobby memang mempengaruhinya, kan? Seharusnya ia bersikap biasa saja. Tak perlu over apalagi sampai marah-marah tak jelas pada pria itu.
Benar, kan?
Serupa dengan manisnya sirup tadi, ingatannya mengenai apa yang terjadi dengan dirinya dan Bobby menempel bagai magnet tak bisa disingkirkan begitu saja. Sekuat apa pun ia menepis. Maudy ingin membuat penyangkalan sedemikian rupa juga, percuma. Karena memang hal itu yang mendadak Maudy pikiran dan terus menerus menggerus sisa waras yang ia punya.
"Sialan!" Maudy keluar dari dalam air. Diusapnya dengan cepat wajah yang basah dengan air kolam.
"Kapan kata-kata lo itu lembut dan enggak kasar?"
Refleks Maudy menoleh dan merotasi matanya dengan cepat juga kejengahan yang hinggap pada dirinya semakin jadi. "Mau apa lo ke sini?"
Bobby mengernyit bingung. "Ini salah satu properti punya Dini—eh, maksud gue. Ini villa punya Om Rustam. Gue boleh singgah di mana pun gue mau."
Maudy menatap lurus pada Bobby yang berjalan menyusuri tepian kolam. Juga gerakannya yang terlihat melakukan pemanasan. Sebelum terlambat, Maudy harus memastikan satu hal. "Lo mau berenang?"
"Iya lah. Gue butuh rileks setelah perjalanan jauh dari Surakarta ke Bali. Di Bali dihajar sama cewek gila."
"Lo bilang gue gila?" Maudy matanya melotot tak terima tapi Bobby hanya memberi tatapan meremehkan.
"Merasa atau enggak?"
"Berengsek lo!" Maudy menepuk air kolam dengan kerasnya yang membuat percikan cukup kuat. Sebagian air kolam mengenai Bobby juga tray yang berisi makanan tadi. Hampir bisa dipastikan kalau makanan itu akhirnya ... bergoyang tak tentu arah dan bisa mengotori kolam. Beruntung Bobby sigap dan langsung menyelamatkan tray berisi makanan itu sebelum tumpah dan membuat kekacauan di kolam.
"Gila lo, ya!"
"Lo yang gila!"
Bobby memilih menyingkir dari sana sembari membawa tray itu ke dapur. Sepanjang jalan juga ia berpikir tak akan bertemu Maudy di sini tapi Bobby seharusnya menyadari, Barra dan perintah absurdnya itu tak lekang oleh waktu.
"Lho, Den, kenapa dibawa ke sini? Mbak Maudy belum makan sejak pagi katanya." Jo yang menghampiri Bobby tampak terkejut karena tray yang berisi makanan kesukaan Maudy, si gadis periang yang kadang berubah mirip singa itu masih terlihat utuh. Hanya disentuh camilan kecil serta sirupnya saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Away From Me
RomansaKisahnya Maudy-Bobby Spin off dari story Bos Tampan vs Kacung Songong *** Kata orang, jangan membenci terlalu dalam. Jika bom cinta jatuh, repotnya tak tanggung-tanggung. Tapi Maudy terabas kata-kata itu. Bagaimana bisa timbul cinta kalau dibuat jen...