[29] Bobby yang minta izin, Maudy yang kelabakan

3.1K 671 114
                                    

"Ehm ... yang asyik liburan sampai lupa sama Mami," kata Sisil begitu ponselnya direspon Maudy. Beberapa hari ini, komunikasi dengan Maudy lebih banyak terjalin dengan chat saja. Jarang sekali Maudy membuat panggilan suara atau pun video. Meski Sisil tak pernah keberatan akan hal itu karena ia sendiri pun sibuk dengan kegiatannya di luar rumah.

"Ih, Mami gangguin aja," jawab Maudy dengan selorohan. "Lagian, ya, Mi. Mami ini sibuk sama gym dan kelas senamnya, kan? Aku tau, lho, jadwal Mami. Enggak perlu dusta dan bikin keadaan kalau Mami ini korbannya aku."

"Iya-iya. Hanya kamu yang paling mengerti Mami," sindir Sisil telak. Yang mana membuat Maudy terbahak keras.

"Kalau kata anak zaman sekarang, Mami baper."

"Biar aja baper karena anak sendiri enggak ngerti perasaan Mami yang rindu."

"Mami!" Maudy makin jadi tertawa. Air yang ia mainkan tepat di ujung kakinya, menimbulkan riak yang cukup menimbulkan cipratan. Hal itu membuat pria yang ada di ujung sisi lain kolam berdecak tapi akhirnya terkekeh. Mendengarkan Maudy bicara dengan orang tuanya, membuat sebagian besar hatinya iri.

Bagaimana tidak. Ternyata interaksi yang baru kali ini Bobby perhatikan, berbanding terbaik dengan sosok Maudy yang ia kenali. Sebagian besar. Di mana di mata Bobby, Maudy ini tak pernah ada sungkannya bicara. Apa yang ingin ia katakan, itu lah yang keluar dari mulutnya. Selalu mandiri dan terlihat biasa saja di bawah under preasure yang ada di lingkungan Honda Fatmawati. Dan satu hal yang paling berkesan dari Maudy di mata Bobby; kelugasannya bersikap.

Tak ada yang ditutupi perempuan yang kini masih tertawa karena panggilan teleponnya ini.

Kedatangan Bobby menjelang sore tadi mendapat kerutan tanya di kening. Tapi Bobby tetap lah Bobby yang keras kepala. Apa yang menjadi tujuannya mampir di La Joya, harus terwujud: mendengarkan mengenai kisah masa lalu Maudy. Juga beberapa hal mengenai gadis yang kini tampak lebih semringah karena percakapan yang baru dimulainya ini.

Dan jackpot sekali macam melihat ekor komet dengan mata telanjang! Bobby mengetahui sisi lain Maudy yang lebih dari sekadar menggemaskan ketimbang bibirnya serta ketakutan akan patung besar dengan mata melotot dan gigi besar, yang mana bisa Bobby artikan langkah besarnya untuk semakin dekat dengan Maudy.

Beruntungnya ia! Langsung dipeluk dan hampir digelayuti dengan manja oleh Maudy, lho! Masih bisa diingat sama Bobby! Bahkan jadi bahan ledekan tersendiri. Ingin rasanya ia kembali mengusili gadis itu tapi nanti. Belum saatnya. Jadi ia memilih untuk menyimak dengan baik dan benar percakapan yang terlihat seru dan hangat sekali.

Sementara itu Sisil kembali bicara, "Jadi sebulan di sana?"

"Jadi lah. Sayang dong villa yang aku sewa sebulan ini." Maudy nyengir yang mana mendapat tanggapan berupa cibiran serta sedikit cipratan dari Bobby. Terang saja Maudy mendelik tak terima. Andai di tangannya tidak ada ponsel yang tengah ia gunakan pasti tangannya juga membalas perbuatan Bobby. Seenaknya saja. Mesti ia tak mengeluarkan sepeser uang pun, itu bukan kemauannya, kan? Sejak awal Barra yang bilang untuk tinggal di villa yang ada di Canggu. Lalu dengan seenaknya digeser ke Intercontinental oleh Bobby. Dan sekarang diasingkan di La Joya dengan pemandangan surga!

Nikmat mana lagi yang Maudy dustakan? Menggeleng pelan berusaha mengenyahkan segala pemikirannya. Ia harus fokus pada pembicaraannya dengan sang ibu. Niat Maudy itu hanya merendam kakinya saja di kolam. Sembari bicara banyak dengan Bobby termasuk mendengarkan pekerjaannya tadi di Somerset. Ternyata menyenangkan juga melihat betapa serius Bobby menceritakan dengan detail kerja sama dengan Somerset. Termasuk negosiasi yang ia lakukan lebih dari tiga bulan lalu.

"Yang penting hati-hati selama di sana."

"Iya, Mi." Maudy berkata sambil menjulurkan lidahnya pada Bobby yang masih menjahilinya lewat percikan air.

Drive Away From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang