[30] Come back to Jakarta. part 1

2.8K 682 134
                                    

Sebenarnya Maudy tak ingin Bobby kembali secepat ini, sih. Tapi mau dibilang apa kalau kekasihnya orang yang cukup atau sebenarnya sangat sibuk. Bahkan belum juga tiba di bandara Ngurah Rai, sudah banyak telepon masuk dan memastikan banyak jadwal pertemuan penting di hari esoknya. Mau mengeluh dan heran, tapi ini Bobby. Yang sejak awal Maudy tau kalau pria yang berjalan santai di sampingnya ini memang sangat sibuk.

"Kamu pulang seminggu lagi, kan?" tanya Bobby memastikan. Sebenarnya ia belum ingin pulang ke Jakarta tapi jadwalnya padat sekali. Ia juga sedikit berdebat dengan sang ayah karena pria paruh baya itu menuduh Bobby hanya membuat sebuah alasan. Tapi terserah, Bobby tak terlalu memedulikannya. Ia memang harus menyelesaikan banyak urusan.

Barra dan tempat-tempat yang akan dibangun dan dikelola sangat merepotkan Bobby. Eh ... tak boleh mengeluh, Bobby. Katanya dalam hati. Bonus yang akan ia terima pun besar. Dengan mengingat itu saja sudah membuat Bobby bersemangat kembali.

"Mas sudah tanya itu beberapa kali, lho." Maudy mencibir tapi tak sungkan untuk membalas genggaman tangan yang sejak tadi terkait ini. ditambah sedikit bersandar pada tangan Bobby yang cukup kekar ini. "Kenapa? Kangen, ya? Makanya yang lama di Balinya. Pulang bareng aku."

"Nanti aku khilaf," seloroh Bobby.

"Memang dasar aja pemikirannya aneh. Kalau pasangan lain itu di Bali semuanya travelling. Diving. Main speedboat. Ini mah enggak," sungut Maudy tak terima yang mana membuat Bobby akhirnya tergelak.

"Kenapa enggak bilang, sih?"

"Sudah berlalu." Maudy dengan cepat menepis tangan Bobby yang akan mengusilinya lagi. Rambutnya sudah ia tata sedemikian rupa, lho. Biar apik dan rapi tapi kenapa Bobby selalu mengacaknya? Apa mesti tangannya Bobby ini diborgol saja biar bisa sedikit dikendalikan?

"Seminggu lagi kita ketemu di Jakarta, ya. Baik-baik selama di Bali enggak ada aku. Kalau ada apa-apa, panggil Jo. Jangan sampai kamu keluar enggak didampingi Jo. Bali enggak seindah yang kelihatannya, Dy. Apalagi kamu itu cantik, lho. Kalau kenapa-napa gimana aku?"

"Ya gimana apa?" Maudy pura-pura lugu. "Lagian, ya, yang mau deketin aku juga mikir. Aku ini galak kalau kata Mami. Seenaknya kalau bicara. Cuma orang aneh aja yang mau dekat sama aku."

"Aku dong?" tunjuk Bobby pada dirinya sendiri. "Kamu itu aneh cuma di depan aku, ya, Tigress. Kalau sama orang lain kamu kalem, manis, gampang diajak bicara, humble. Aku itu bingung sama kamu awalnya. Gimana bisa seorang Maudy punya dua kepribadian. Ternyata aslinya memang macam Tigress."

"Rennes!" Mata Maudy mendelik tak terima. "Bisa-bisanya ngejelekin pacar sendiri!"

"Bisa-bisanya juga kamu bilang kekasih yang ganteng ini aneh." Bobby menjulurkan lidahnya, meledek Maudy yang makin merengut. Bertepatan juga pengumuman kalau keberangkatan tujuan Jakarta sekitar tiga puluh menit lagi.

"Jangan kangen aku, ya," kata Bobby ketika sudah tepat berada di pintu keberangkatan. "Baik-baik selama aku enggak ada. Jangan pernah abaikan pesan dan telepon dari aku."

"Haiyah. Kenapa lebai banget, sih, macam mau LDR gitu."

"Lho, Jakarta-Bali kan jauh, Tigress. Kalau aku kangen gimana?"

"Ya enggak gimana-gimana, lah."

"Aku seret kamu pulang ke Jakarta, ya."

"Tolonglah hamba yang masih ingin diving dan mainan speedboat. Jangan dulu disuruh pulang sama pacar karena kangennya seberat kapal pesiar."

"Ngaco!" kata Bobby tapi kemudian membawa tubuh gadis mungil di depannya ini dalam pelukan. Erat dan tak diizinkan sama sekali bagi Maudy sekadar bergeliat melepaskan diri. ''Tunggu sebentar, Dy. Aku masih kangen."

Drive Away From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang