[26] Bimbang, kah?

3.1K 663 87
                                    

"Lo sudah kirim email ke Somerset?

Bobby yang baru membuka matanya, sekali lagi mengerjap. Sebenarnya mata ini belum ingin bekerja sama. ia masih mau terpejam dan menikmati waktu liburnya. Sebentar. Libur?

"Enggak tau."

"Lo gila? Jam berapa ini? Lo bilang dikerjakan sore kemarin bisa langsung beres."

"Sorry!" Bobby menyibak selimutnya dengan cepat. Tak peduli rambutnya berantakan, hanya mengenakan celana pendek juga bertelanjang dada. Sedikit terhuyung karena masih merasa distorsi waktunya benar-benar sangat mengejutkan. "Kasih gue tiga puluh menit."

"Lo ngapain, sih, memangnya?" sembur Barra. Di ujung sana, ia sudah mengepalkan tangan kuat-kuat. "Lo yang bilang enggak butuh bantuan gue tapi begini."

"Iya, calon bapak berisik amat. Ini gue kerjain." Bobby langsung berkutat dengan laptopnya. Matanya sekali lagi ia kucek lantaran masih terasa lengket.

"Lo di mana memangnya?"

"Bali. Mana lagi. Enggak ada niat balik ke Surakarta."

"Jakarta?"

"Opsi lanjutan itu, sih."

"Lo di mana?" tegas Barra.

"Lo mau gue cepat kerjakan atau lo mau ganggu gue?"

"Jawab. Lo di mana?"

"La Joya." Bobby meletakkan ponselnya dan mengaktifkan loadspeaker.

"Sama Maudy?"

"Ya lah."

"Lo benar-benar nyari masalah. Gue sudah bilang jangan begini caranya, Bob!"

"Dan gue terima perjodohan sialan itu? Enggak, Barra. Gue tau apa yang harus gue kerjakan. Kalau nanti Papa mergokin gue sekamar sama Maudy lalu nyeret gue ke KUA, its fine. Gue terima dengan lapang dada dan rasa syukur berlipat ganda."

"Gila lo."

"Kan, gue bergaulnya sama lo. Panutan gue itu Bos Barra Herdiyanto yang selalu benar."

Barra ngakak! "Di Jakarta gue rasa lo habis digoreng Regi."

"Ya enggak lah. Sahabatnya aman dan damai, kok. Tidurnya nyenyak pula." Bobby terkikik geli. Bayang wajah cantik Maudy yang masih terpejam terus saja membayang di pelupuk matanya. "Ternyata gini, ya, rasanya tidur di samping orang yang kita suka."

"Mending lo kerja dulu baru cerita. Gue takut laporan itu isinya nama Maudy semua."

Kali ini Bobby yang tergelak. "Enggak segitunya. Gue masih bisa berpikir rasional."

"Bagus lah. Gue masih bisa mengandalkan lo berarti."

"Lo niat nyari pengganti gue? Silakan." Bobby menyugar rambutnya disertai seringai tipis. "Kalau lo bisa cari pengganti yang jauh lebih kompeten ketimbang gue, gue acungi jempol."

"Sombongnya enggak hilang-hilang."

"Barra, gue itu anak polos sebelum kenal sama lo. Bergaul sama lo yang banyak mau, banyak tingkah, keinginannya enggak boleh terbantah, juga munafik bin ngeselin, bi—"

"Lo ngedikte bos sendiri?" tanya Barra dengan nada tak percaya. "Bagus gue sayang sama lo, Bobby. Kalau enggak, lo sudah gue pecat dari lama."

"Hamdalah bikin bos Barra bangkrut."

"Sialan!!!" maki Barra tapi setelahnya ia tergelak kuat. "Sudah-sudah. Kembali ke inti pembicaraan kita."

Drive Away From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang