Maudy termasuk orang yang tidak suka menyembunyikan apa yang ia rasa. Ketika berada dalam kondisi di mana ia tak nyaman, mulutnya mendaraskan banyak nada ketidaksukaannya. Ditambah pemilihan kosa katanya yang terkadang bisa membuat orang sakit hati dan tak terima. Apa Maudy pikirkan? Tidak sama sekali. Prinsip dasarnya, ia tak suka, ia katakan. Ia merasa benar, akan ia perjuangkan.
Terlalu blak-blakan. Belum lagi emosinya yang gampang tersulut membuat ia sebenarnya kesulitan memiliki teman. Yang benar-benar mengerti perkataannya. Yang tak menyalahartikan apa yang ia ucapkan. Juga memahami kalau perkataan Maudy juga tersirat pesan khusus; ia peduli pada sekitarnya.
Berada di samping Regi lah, ia berhasil mengontrol lidahnya. Mulai mengalihkan dengan kata-kata yang jauh lebih halus tapi penuh dengan daya tarik. Yang membawanya menjadi salah satu sales dengan target achievement yang luar biasa. Tapi ... sekali lagi ditekankan dengan kata 'tapi' Maudy berlaku seperti itu hanya kepada calon pembelinya. Entah itu pembeli lama atau baru yang iat temui sepanjang pameran Honda yang tersebar di beberapa mall besar. Atau event tertentu di tempat umum yang cukup menarik perhatian.
Hanya sebatas itu saja.
Sisanya? Jangan tanya. Maudy kembali sebagai pribadinya yang asli. Yang kadang juga mendapati lirikan sinis dari rekan kerjanya. Hanya Regi sejauh ini yang tahan dengan ucapan Maudy yang terlalu serampangan.
Akan tetapi, kemampuan bicaranya mendadak lenyap ketika ia duduk berhadapan dengan Malik. Berkali-kali ia sesap kopi latte pesanannya sekadar menutup gugup. Tak langsung dihabiskan, sih, tapi kentara sekali kalau Maudy mengalami kecanggungan yang cukup besar.
"Kamu apa kabar?" tanya Malik setelah cukup lama terdiam seperti ini. Jujur, pria ini sangat tak menduga pertemuannya dengan Maudy Senandika. Gadis yang ia kenal bertahun-tahun silam. Yang masih ia ingat betapa menyebalkan dan urakannya ketika bertindak. Juga ... satu hal yang membuatnya berjuang keras untuk bisa hidup dengan layak.
"Baik," sahut Maudy dengan singkatnya. Inginnya, sih, banyak bertanya mengenai kepergian Malik yang seenaknya menurut Maudy. Bahkan sekadar mengucapkan salam perpisahan saja tidak dilakukan pemuda itu di masa lalu. Sehari sebelum ia pergi, Malik masih bersikap biasa saja. Seolah tak terjadi apa pun di mana memuluskan rencana kepergian Malik.
Maudy bukan bersedih tapi kecewa. Sangat kecewa. Tiap hari sepulang sekolah, bahkan mengerjakan pekerjaan sekolah pun di panti, bersama anak-anak lainnya saling belajar meskipun Maudy ujung-ujungnya yang mengajari mereka. Tapi semua Maudy lakukan dengan senang hati. Juga bertemu Malik yang menurutnya dewasa. Membuka banyak pemikirannya mengenai kisah-kisah remaja yang berjuang untuk menghidupi diri sendiri.
Dan sekarang?
Semesta mempertemukan mereka dengan cara paling aneh menurut Maudy. Tambah banyak saja pertanyaan di benak Maudy perkara hidup Malik sebenarnya. Tapi tak bisa ia suarakan dengan mudah karena sungguh, suasana di kedai kopi kali ini canggung sekali. Entah bagaimana bisa mereka nantinya bicara dengan cara yang normal seperti masa lalu.
Keberadaaan Aish? Sudah kembali ke hotel. Maudy antarkan begitu mereka selesai makan. Anak itu makan lahap sekali. Diakui oleh anak itu kalau sejak pagi belum makan. Rasanya Maudy ingin memaki Malik kalau ingat pengakuan Aish tadi.
Sementara Malik tersenyum tipis seraya sesekali lewat ekor matanya menilai bagaimana Maudy yang kini ada di hadapannya. Diletakkan cangkir kopi hitam pesanannya. Ada satu jeda yang ia gunakan sekadar memunculkan kembali memori lama dengan gadis di depannya. Maudy jarang sekali mengenakan pakaian dengan warna-warna khas perempuan. Celana panjang dan kaus longgar dengan topi adalah kesehariannya ketika bermain bersama anak panti yang lain. Tapi sekarang?
"Enggak sangka bisa bertemu kamu di sini."
Maudy mengangkat matanya yang sejak tadi ia gunakan dengan kesia-siaan; membaca berulang kali menu yang tertera di buku. Sampai rasanya Maudy hapal beserta harga yang ada di masing-masing menu. "Sama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Away From Me
Roman d'amourKisahnya Maudy-Bobby Spin off dari story Bos Tampan vs Kacung Songong *** Kata orang, jangan membenci terlalu dalam. Jika bom cinta jatuh, repotnya tak tanggung-tanggung. Tapi Maudy terabas kata-kata itu. Bagaimana bisa timbul cinta kalau dibuat jen...