Maudy sebenarnya agak grogi gitu tapi karena terlalu excited dan rasanya menyenangkan sekali ada di sanggar ini, jadi lah tanpa tau diri ia keasyikan menari-nari. Memang mendapatkan arahan tapi tetap saja, Maudy banyak melakukan kesalahan. Tapi semua itu tak membuat Maudy menyerah. Bukan Maudy namanya kalau gampang menyerah, kan?
"Ih, kenapa tangan aku enggak bisa lentur gitu?" Maudy protes tapi dia sendiri yang tertawa terpingkal-pingkal karena ulahnya. Belum lagi ketika bermain dengan matanya. Lirik sana lirik sini. Inginnya bisa melirik dengan tajam tapi selalu saja tak berhasil. Alhasil lagi-lagi ia menderaikan tawa yang menulari rekan sekelompoknya ini. Terdiri dari enam orang perempuan termasuk Maudy. Sementara yang pria kebanyakan hanya memperhatikan cara pengiring musik menabuh gamelan.
Di gazebo tempat Maudy berlatih tari, ada beberapa turis dan wisatawan lainnya yang sama seperti Maudy; baru pertama kali belajar. Sang pelatih, Kunala Laksmi, hanya terkekeh memperhatikan pengunjung hari ini. Juga sesekali menyemangati dan membenahi kalau ada yang sedikit kurang dari gerakan yang ada. Nala, panggilannya, memahami kalau mereka yang ada di sini tengah mempelajari budaya tanah kelahirannya; Bali.
Bagaimana raut wajah antusias serta semangat yang tinggi untuk bisa melakukan seperti yang ia contohkan, juga arti dari gerak yang ia lakukan bersama anggota tubuhnya, yang mana memiliki filosofi tersendiri. Makna yang bisa diimplementasikan dalam hidup keseharian insan yang ada. Juga menjadi kenangan tersendiri bagi mereka yang ada di sini ketika berkunjung ke Bali.
"Kak Nala," panggil Maudy sembari menguncir tinggi rambutnya. Dirapikan kembali tatanan yang sempat berantakan karena latihannya. "Aku nyerah, lah. Break dulu. Capek."
Nala hanya tertawa serta mengangguk. Sejak kedatangan gadis yang tampak cantik mengenakan kebaya kuning gading dengan obi pink serta kamen yang menutupi sampai batas betis, gadis itu tak ubahnya pusat dari segala tawa yang tercipta di sini. Agar gerakannya tak terbatas, tak lupa juga satu celana panjang dikenakan hampir semua peserta latih tari ini. Pun Maudy. Gadis yang datang sendirian, dengan penuh percaya diri bicara dan berkenalan dengan mudahnya, bicara seolah mereka semua sudah mengenal lama. Belum lagi suasana yang mendadak hidup karena kedatangannya.
Senyum yang ada di wajah Maudy serupa dengan obi yang ia kenakan; cantik dan merekah indah.
"Iya, break dulu. Sudah sejak tadi juga latihannya. Oiya, jangan lupa sabtu nanti ada pertunjukan di Uluwatu dari sanggar kami. Siapa tau semuanya bisa berkenan datang."
"Kak Nala tampil?" tanya Maudy dengan cepatnya yang mana mendapatkan anggukan dari sang pelatih tari sementaranya ini. "Wah, keren. Aku enggak akan lewatkan nanti." Lalu gadis itu pun menghampiri teman barunya. "Sabtu depan janjian ke Uluwatu gimana, Xena dan Jess? Datang ke pertunjukan Kak Nala. Aku kembali ke Jakarta, Minggu pagi. Masih sempat, kan?
"Boleh!" Jess langsung tanggapi dengan semringah.
"Tapi, Jess, kita belum bilang sama Kak Riga, lho."
"Astaga!" Jess tepuk jidat. "Nanti gue yang bilang."
"Eh? Jangan enggak pamit sama suami masing-masing, ya. Bawa anak-anak juga. Aku mau kenalan. Boleh, kan?"
"Boleh dong," sahut Jess dengan cepatnya sementara perempuan di sebelahnya hanya tersenyum tapi mengangguk menyetujui. "Nanti pas selesai sesi latihan ini juga mereka jemput. Kamu bisa kenalan sama Gwen dan Langit. Sekarang biarkan dua bocah itu merusuhi hidup ayahnya dulu."
Mesti Maudy ikut larut dalam tawa mereka, terutama pada bagian 'merusuhi hidup ayahnya'. Yang mana kalau Maudy bayangkan ... tunggu, tidak-tidak. Itu terlalu tinggi bagi benak Maudy. Yang sekarang dijalankan saja sudah terlihat apa yang mengganjal. Untuk menggapai satu hal yang kini berputar di benaknya itu butuh perjuangan. Bukan hal yang mudah apalagi ia belum tau kapan perangnya dimulai. Apa yang harus ia siapkan. Jangan sampai ia bertemu ayah dari kekasihnya di tempat di mana Maudy tak bisa menyembunyikan dirinya yang asli.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Away From Me
RomanceKisahnya Maudy-Bobby Spin off dari story Bos Tampan vs Kacung Songong *** Kata orang, jangan membenci terlalu dalam. Jika bom cinta jatuh, repotnya tak tanggung-tanggung. Tapi Maudy terabas kata-kata itu. Bagaimana bisa timbul cinta kalau dibuat jen...