Bobby sebenarnya tak terlalu haus tapi melihat lirikan sinis Maudy yang bertambah ratusan kali lipat, ia seperti berada di gurun Sahara yang panasnya mendekati 40 derajat celcius. Mungkin. Soalnya Bobby belum pernah ke sana. Siapa tau mendapatkan kesempatan untuk berkunjung entah dalam keadaan berbisnis atau bulan madu. Lho? Mendapatkan senyum Maudy siang ini saja sulit sekali bagaimana bicara mengenai bulan madu.
Pria itu meneguh sisa sirup manisnya dengan perlahan. Tetes terakhirnya saja sangat ia nantikan untuk membasahi tenggorokannya yang lagi-lagi sudah mengering. Ia pun meletakkan gelas yang tersisa embun karena dinginnya sirup yang baru saja ia teguk dengan sangat perlahan. Mata tajam itu masih memperhatikan tiap jengkal pergerakannya. Seolah sengaja untuk menelanjangi dirinya yang ... memangnya Bobby punya salah?
Demi Uranus yang jauh dari Bumi!
Bobby ini tak bersalah, kan? Memangnya salah memberitahu orang tua gadis pujaannya kalau sekarang mereka berhubungan intens. Juga membawa orang tuanya untuk bertemu di ruang tamu yang tak jauh dari tempat mereka berdua duduk. Terdengar di sana ada celoteh juga tawa riang, sesekali juga tawaran untuk mencicipi camilan yang tersaji di depan mereka.
Berbeda jauh dengan yang Bobby alami sekarang.
"Tigress," panggil Bobby akhirnya. "Marah?"
"Pikir sendiri." Maudy buang muka. Wajahnya tertekuk masam. Bibirnya mungkin kalau diukur sudah lebih dari lima centi majunya. Belum lagi kekesalan di hatinya yang makin jadi. Ia pikir Bobby hanya main-main dengan kata-katanya. Sayangnya Maudy lupa betapa Bobby selalu serius dengan kata-katanya. Sorry, yang Maudy maksud untuk beberapa hal. Terutama pekerjaan yang sangat ia cintai itu. Dan tak habis pikir juga untuk hubungan mereka yang mirip baby corn alias jagung muda! Baru seuprit!
Ya Tuhan!
"Jangan marah, ih. Jelek tau," kata Bobby penuh rayuan. Bahkan ia beranikan dirinya untuk menyentuh ujung dagu Maudy tapi naas, tangannya langsung mendapat sambutan keras. "Sakit, Tigress," keluhnya.
"Biarin aja! Biar mikir."
"Apa yang mesti aku pikir lagi?" Bobby mau tersenyum tapi ditahan sedemikian rupa. Berharap sekali dirinya bisa menahan diri agar tak menyemburkan tawanya. "Aku melakukan ini karena aku serius sama kamu."
"Tapi bisa ngomong dulu, kan? Kamu bisa kirim aku pesan dulu. Bukan main seenaknya datang ke rumah, ditantangin Mami justru dikabulkan!"
"Lho, itu menunjukkan keseriusan aku, kan?" Bobby tak tahan juga. Tawanya ada di sudut bibir.
"Habis aku ditanya segala macam sama Mami. Banyak hal yang enggak bisa aku jawab, bikin aku dijewer Mami katanya aku enggak perhatian sama pacar sendiri."
"Memang mami kamu tanya apa?"
"Banyak!" sela Maudy dengan cepat. "Termasuk makanan kesukaan kamu, hobi kamu, segala macam tentang kamu itu aku ditanya!"
Sudah lah, Bobby tak tahan. Akhirnya ia tertawa juga. Sampai sudut matanya basah. Sayangnya Maudy justru mencibir telak dan melancarkan banyak pukulan di lengannya. Tak sakit, tapi membuat Bobby makin jadi gelaknya. Kenapa Maudy hari ini tampak menggemaskan? Biarpun galak dan sinis tapi tetap saja di mata Bobby kekasihnya ini membuat mood Bobby naik ribuan persen. Bahkan kalau bisa digambarkan, indikator sisi bahagia di sisi Bobby ini membludak. Takutnya meledak dan sampai luber ke mana-mana.
"Aku juga enggak tau, kan? Aku taunya kamu hobi marah, manja, penakut."
"Rennes!"
Untuk kali ini, Mady sudah tak bisa lagi mempertahankan kekesalannya. Ia akhirnya ikut tertawa lantaran Bobby ini memang sesuatu. Di sela tawanya, ia berkata, "Nyebelin banget,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Away From Me
RomanceKisahnya Maudy-Bobby Spin off dari story Bos Tampan vs Kacung Songong *** Kata orang, jangan membenci terlalu dalam. Jika bom cinta jatuh, repotnya tak tanggung-tanggung. Tapi Maudy terabas kata-kata itu. Bagaimana bisa timbul cinta kalau dibuat jen...