Maudy tak pernah menyangka kalau Malik benar-benar membuktikan ucapannya. Agak risih sebenarnya tapi ia sudah terlanjur mengiakan ajakan tersebut juga ... astaga! Ini benar-benar akan ia lakukan?
"Sudah siap?" tanya Malik dengan senyumnya yang memang menawan. Maudy saja masih ingat, pemuda kurus itu kala tersenyum ditambah penampilannya yang sekarang? Sudah jauh lebih berisi, kentara sekali gurat dewasa di wajahnya, belum lagi sikapnya yang membuat Maudy seraya ditarik dalam memorinya yang manis bersama Malik dulu.
Pria itu mengulurkan sebuah helm berwarna merah senada dengan miliknya. Juga motor matic yang Maudy bisa sebut itu speedboat lantaran bentuknya yang agak mirip perahu cepat itu. Tak salah, kan? Memang design motor N-max seperti itu. Kalau saja di sampingnya ada Regi, pasti sahabatnya itu akan mendebat tanpa ampun mengenai julukan yang Maudy berikan pada motor keluaran Yamaha itu.
"Ehm ... memangnya kamu enggak kerja?" tanya Maudy dengan tatapan gamang. Sebenarnya pertanyaan ini sudah ditanyakan semalam tapi karena obrolan mereka kelewat seru apalagi membahas masalah panti, Maudy singkirkan sejenak. Membicarakan kenangan di mana mereka berdua sama-sama dalam satu frame memang semenyenangkan itu.
Lantas sekarang, Maudy bolak balik memastikan kalau dirinya tak salah melihat sosok Malik pagi ini. Dia juga sudah memastikan kalau hari ini hari senin. Harusnya Malik bekerja, kan? Maudy juga masih ingat keluhan yang keluar dari bibir Aish mengenai ayahnya. Yang selalu sibuk dengan banyak meeting dan pertemuan penting di mana Aish selalu ditinggal begitu saja. Dan sekarang? Bagaimana bisa Malik seenaknya mengajak Maudy keluar dan hanya berdua.
BERDUA!!!
Yang benar saja!
Dan kegilaan ini belum berakhir karena Maudy segampang itu mengatakan, "Oke. Jemput, ya."
Tololnya terlalu hakiki kalau Regi ada di dekat Maudy. Tapi bagaimana Maudy bisa menolak pria se-charming Malik? Belum lagi penampilannya yang bisa dibilang macho juga cool ini. Ya Tuhan! Jaga jantung Maudy biar debarannya masih bisa terkontrol!
Ditambah sekarang Malik malah makin jadi tersenyumnya. "Kamu sudah bertanya itu beberapa kali, Dy. Lupa?"
Maudy memilih meringis saja, lah! Benar kah seperti itu? Kenapa Maudy tak ingat, ya?
"Ayo, nanti keburu siang. Biarpun pakai motor tetap saja harus memprediksi waktu." Malik mengenakan kembali helmnya. Bersiap agar Maudy juga segera menaiki bagian belakang motor yang sudah ia nyalakan mesinnya. "Siap?"
Kalau sudah seperti ini mana bisa Maudy menolaknya, kan?
Sepanjang motor itu mengaspal pada jalan seputaran Canggu, semilir angin yang menerpa wajah Maudy begitu membuat ia jauh lebih rileks. Matanya sesekali ia pejamkan. Menarik napas sedalam mungkin dan mengisi paru-parunya dengan banyak udara. Mesti udaranya hampir sama seperti ia di Jakarta tapi setidaknya tak ia temui macet di Bali. Belum lebih tepatnya.
"Kita mau ke mana?" tanya Maudy begitu menyadari kalau ia belum tau arah tujuan kali ini.
"Yang jelas pasti kamu suka, kok."
Rasanya Maudy ingin memukul punggung Malik tapi tidak. Ia tak akan melakukan hal itu. Ada sebuah misi tertentu kenapa dirinya mau menyetujui ajakan Malik kali ini. Tak apa dikatakan gila, setidaknya, setelah hari ini berlalu minimal masa lalunya memiliki jawaban.
Jadi Maudy memilih untuk menikmati betapa punggung itu demikian tegap dan lebar. Cocok sekali dijadikan sebuah sandaran. Tapi yang pasti, bukan untuk Maudy yang sekarang meskipun bayang Malik di masa lalu masih terbayang. Tak ada yang Maudy bicarakan lagi selama berkendara bersama. Walau sesekali Malik mengajaknya bicara, tapi Maudy memilih agak bungkam. Alasannya, "Aku enggak dengar. Maaf. Nanti saja, Malik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Drive Away From Me
RomanceKisahnya Maudy-Bobby Spin off dari story Bos Tampan vs Kacung Songong *** Kata orang, jangan membenci terlalu dalam. Jika bom cinta jatuh, repotnya tak tanggung-tanggung. Tapi Maudy terabas kata-kata itu. Bagaimana bisa timbul cinta kalau dibuat jen...